Sepertinya hari yang buruk

3 1 0
                                    

Hari ini pembagian raport semester ganjil, orangtua murid di persilahkan menuju ke kelas anaknya masing-masing. Kai dengan sigap memanggil mbok Darmi penjual nasi uduk depan SMA Merpati Putih. Dia tidak mungkin menyuruh ayahnya untuk mengambil raportnya. mbok Darmi dengan senang hati membantu Kai karena Kai dan teman-temannya sudah langganan.

“Mbok Darmi makasih banyak ya udah bantuin Kai, janji deh Kai bakalan lebih sering mampir ke warung sambil bawa pasukan haha.” Kai menunjukan mbok Darmi jalan menuju kelasnya.

“Walah gausah sungkan sama mbok kaya sama siapa aja. Kebetulan warung juga ada yang jaga, jadi aman pokokna mah.” Jawab mbok Darmi jenaka. Emang orangnya asik banget, sefrekuensi deh sama gengnya Kai jadi betah nongkrong lama-lama di warung mbok.

“Mbok nanti gausah ikut ke aula ya, takutnya lama. Raport Kai diambilin aja udah bersyukur.”

Setelah pembagian raport wali murid langsung menuju aula untuk mendengar pengumuman ranking para murid. Jadi ranking siswa hanya di umumin pas di aula aja, yang orangtuanya engga dateng otomatis engga akan tau ranking anaknya. Biasanya di aula juga kepala sekolah mengumumkan anggaran dan lainnya yang harus di penuhi sebelum kenaikan kelas.

“Sip mbok masuk dulu ya.” Mbok Darmi masuk ke kelas Kai 11 IPA 1 sambil mengacungi jempol.

Setelah mbok Darmi masuk, Kai memanggil Keenan dan Bruno dan mengajaknya ke kantin.

“Gimana Kai raport aman? ada yang ngambil?” tanya Bruno. Bruno ini beda kelas sama Kai dan Keenan. Bruno kelas IPA 2 regular. Sedangkan Kai dan Keenan IPA 1 unggulan.

“Mbok Darmi yang ngambil biasa, ngga mungkin bokap gue kan.” Kai terkekeh setelah menjawab pertanyaan Bruno.

“Sabar ya Kai mungkin belum waktunya, mau pesen apa nih biar gue pesenin.” Bruno mengalihkan pembicaraan.

“Gue soto deh sama es jeruk laper belum sarapan. Lo apa Nan?”

“Samain aja biar ngga repot.” Jawab Keenan, Keenan anaknya ngga suka banyak ngomong, kalo ngomong juga seperlunya aja.

“Oke gue pesen dulu.” Bruno menuju warung soto bu Tutik sendirian, udah biasa tenang dia mah ngga disuruh juga inisiatif sendiri, cuma satu alasannya asal ada yang bayarin makanan dia hahaha. Sebenarnya Bruno kaya hanya saja kenapa harus ngeluarin uang selagi ada yang bayarin.

“Gue yakin lo ranking satu sih Nan.” Kai mengajak ngobrol Keenan yang daritadi hanya main handphone.

“Gue ngga yakin selagi masih ada Zetta di kelas kita.” Jawab Keenan sambil memasukan handphonenya kedalam saku.

“Zetta makan apa ya kok bisa dia ranking satu terus dari kelas sepuluh.” Kai menopangkan dagunya dengan kedua tangan.

“Gausah mikirin orang, mending mikirin diri sendiri gimana supaya lo ngga ketendang ke kelas regular.” Keenan sekalinya ngomong berfaedah banget, lihat saja muka Kai sangat masam.

Bagaimana tidak, Kai posisinya terancam sekarang. Waktu kelas 10 semester 2 dia ranking 27 dari 30 murid. Meleset sekali aja dia masuk ke kelas regular.

Jadi sekolah SMA Merpati Putih itu mempunyai dua kelas, unggulan dan regular. Kelas unggulan merupakan kumpulan murid-murid pintar, dan gratis biaya SPP selagi masih bertahan di kelas tersebut. Kelas ini juga terbagi menjadi dua jurusan yaitu IPA dan IPS. Sebenarnya hanya ada 2 kelas setiap jurusan. IPA 1 dan 2 begitupun IPS 1 dan 2.

Semua murid berlomba agar bisa masuk ke kelas unggulan, selain gratis juga banyak bonus lainnya seperti bisa mendapat undangan dari Universitas top di dalam atau bahkan luar negeri.

Apa anak regular bisa masuk ke kelas unggulan? bisa, syaratnya ranking tiga besar. Jadi setiap kenaikan kelas semua murid di ranking baik yang unggulan maupun regular.

Murid kelas unggulan yang ranking tiga besar dari bawah otomatis akan terlempar ke kelas regular dan semua bonus selama di kelas unggulan hangus. Begitupun anak kelas regular yang ranking tiga besar dari atas akan masuk ke kelas unggulan, jadi seperti itu sistemnya.

Kelas regular juga mempunyai hak yang sama seperti kelas unggulan hanya saja tetap membayar SPP tiap bulannya dan besaran uangnya tidak main-main perbulan bisa dua digit.

“Lagi pada mikirin apa sih diem semua heran, gue daritadi manggil loh gada yang nyaut.” Cerocos Bruno, dia kesal daritadi memanggil mereka gada yang dateng bawain mangkok soto. Dia sampai meminta tolong ke bu Tutik agar ikut membantu membawakan mangkuk ke meja mereka.

“Temen lo nih bikin gue mikir aja, kalo gue rankingnya ngga naik bisa-bisa gue sekelas sama lo.” Kata Kai masam.

“Bagus dong sekelas sama gue, kan jadi ada temen.” Jawab Bruno.

“Lo mah kaya lah gue mau sekolah bayar pake apa.” Keinginan Kai untuk sekarang ngga muluk-muluk, dia bisa bertahan di kelas unggulan sampai lulus aja udah bersyukur banget.

“Tenkena Kai bokapnya Keenan kaya tujuh turunan, padahal anaknya orang kaya yah, kenapa dia sekolahnya gratis.” Bruno menata mangkuk sesuai dengan yang mereka pesan.

“Karena Keenan pinter lah, ngga kek elo bokapnya kaya, anaknya beban banget.” Kai menusuk siku Bruno dengan sendok yang ada di depannya.

“Hati-hati ngomongnya bos, ntar lo kedepak ke kelas regular ngga ada lagi tuh omongan lo yang songong itu.” Keenan hanya menghela nafasnya pasrah, mereka berdua kalo berantem adu mulut susah di pisah, dua-duanya sampai sekarang masih konsisten dengan sebutan mulut mercon.

Keenan yang paling normal dari mereka mulai menyantap sotonya dengan santai tanpa mendengarkan ocehan mereka yang ngga akan ada habisnya.

Kringgg

Suara bel pengumuman berbunyi nyaring, semua murid yang berada di kantin langsung menutup mulut mereka rapat agar pengumuman bisa terdengar dengan jelas.

“Pengumuman-pengumuman kepada seluruh dshdgsd harap menuju ke shgds. Sekali lagi kepada semua hdbcdh harap menuju ke shdsh segera.”

“Pengumuman apaan anjir, Bu Beti kalau ngomong kaya orang lagi kumur-kumur.” Jangan salahkan telinga Bruno kalo ngga bisa ndenger pengumuman tadi, liat aja yang lain juga lagi pada bisik-bisik menanyakan hal yang sama.

“Bukan salah ibunya itu, emang spiker nya kan kaya gitu, sekolah elit ganti spiker sulit.” Komentar Kai yang dari kelas 10 emang kalo ndenger pengumuman selalu pas bagian penting malah grusuk-grusuk.

Masalahnya bukan sekolah ngga ada dana buat ganti spiker, emang setiap kali diganti pasti selalu gitu. Kayanya emang udah ditakdirin buat muridnya agar bisa menerjemahkan bahasa planet lain.

“Jangan-jangan dedemit di sekolah ini ngga terima kalo spikernya diganti, makanya selalu dirusakin sama penghuni sininya.” Bruno ikut menambahkan, semua ucapan Bruno selalu dikaitkan dengan makhluk ghaib, setan yang ada di pojokan aja sampe bilang ‘gue lagi yang kena, gue ngga tau apa-apa loh’.

“Kita disuruh ke aula kayanya.” Kata Keenan yang sebenarnya dia juga ngga ndenger dengan jelas pengumuman apa. Tapi kan diliat dari sikon sekarang pasti mereka semua disuruh ke Aula untuk mendengar pengumuman ranking.

“Emang yah Keenan itu punya ikatan batin sama Bu Tutik.” Bruno bangkit dari kursi ketika soto dimangkuk udah abis masuk ke perut.

“Prett, elonya aja yang budeg.” Sumpah demi apapun kenapa sih si Kai selalu menjawab perkataan Bruno. Bikin dia kesel aja, padahal sendirinya juga tadi nanya loh.

“Hustt udah udah, mending sekarang kita langsung ke Aula.” Keenan menghentikan ucapan yang akan keluar dari mulut Bruno. Keenan udah tau aksi selanjutnya yang dilakukan oleh kedua sahabatnya itu, berdebat dengan mulut udah kaya cewek aja.

Keenan langsung menggiring mereka menuju Aula untuk melihat pengumuman ranking.

SUPERIOR CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang