04

151 42 2
                                    

"Lihat." Jisoo menyenggol lengan Rosebelle. "Mata para jantan tertuju padamu."

Rosebelle mendongak, menarik manik safirnya dari kanan ke kiri. Satu sudut bibirnya tertarik ke atas. Jelas dia merasa bangga.

Eksistensi Rosebelle telak menyita perhatian kaum adam. Di kafetaria yang sehari-harinya gaduh, kini lebih banyak terdengar dengungan mereka yang berbisik-bisik membicarakan Rosebelle. Mereka tampak tertarik untuk berkenalan dengan gadis blonde itu, namun tidak punya cukup nyali untuk membawa tungkai mereka menghampiri meja dimana gadis itu menikmati makan siangnya, atau menggerakkan bibir untuk memanggil namanya.

"Boleh kami duduk di sini?"

Ralat, ternyata ada seorang lelaki yang punya nyali untuk mendekati gadis asing itu.

"Kalian bisa mencari meja lain. Kenapa harus duduk di sini?" Jisoo kesal sebab Ren tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Jisoo-ya, kenapa tidak bilang kalau kau punya teman secantik ini?" Mata Justin mengamati fisik Rosebelle.

Rosebelle pun melakukan hal yang sama. Melihat Justin dari atas hingga bawah sebelum lelaki itu duduk di depannya. "Kau tampan." Menopang dagu tanpa memutus kontak mata dengan Justin.

"Terima kasih." Justin tersenyum senang.

"Sayangnya kau tidak punya harapan untuk mendapatkan cintaku."

Mendengar hal itu, Jisoo hampir tersedak makanannya kalau saja Ren tidak membantu menepuk-nepuk punggungnya.

"Kau sangat percaya diri. Aku suka itu." Justin meraih tangan Rosebelle. "Apa kau punya kekasih?"

"Tentu saja. Akan sangat memalukan kalau gadis cantik sepertiku tidak punya kekasih." Rosebelle tersenyum manis. "Kekasihku itu sangat tampan."

"Sayang sekali." Justin mencium punggung tangan Rosebelle. "Tapi, hide and seek adalah permainan favoritku."

Rosebelle tertawa. Netranya tak sengaja menangkap Victor yang berjalan memasuki kafetaria. "Bagaimana kalau lawan yang akan kau hadapi adalah seorang ahjussi cabul? Apa kau masih berani bermain?" Tantangnya.

Justin menaikkan satu alis. "Ahjussi? Maksudmu, aku harus bersaing dengan sugar daddy?" Dalam hati dia bermonolog. "Dan cabul?"

Di saat Rosebelle tertawa mendengar jawaban Justin, Jisoo justru berseru meneriakkan nama Victor lalu menawarinya kursi kosong di samping Justin.

Tentunya Victor dengan senang hati menerima tawaran Jisoo, karena tujuannya datang ke kafetaria memang untuk mengawasi keponakan tirinya.

"Minggir, Ren. Aku ingin duduk di samping Prof. Kim." Jisoo mendorong tubuh Ren agar lelaki itu bangun. Sayangnya tenaga Jisoo tidaklah seberapa untuk mengusir Ren dari tempat duduknya. "Kau menyebalkan sekali."

Alih-alih marah, Ren tersenyum lalu menggenggam tangan Jisoo. "Di sini saja. Aku bisa lebih mudah menyuapimu."

Jisoo mendelik namun pipinya bersemu merah. Antara malu dan kesal, dia buru-buru menaruh fokusnya pada Victor. "Maaf, Profesor, temanku yang bodoh ini menahanku."

Victor tertawa kecil. "Tidak apa-apa. Kalian pasangan yang serasi." Pujinya.

Senyum lebar Ren merekah seketika. "Kau dengar itu? Profesor bilang kita pasangan yang serasi." Menarik pinggang Jisoo lalu mencium pipinya.

"Yak! Lepaskan aku!" Mencoba berontak pun percuma. Tenaga Jisoo kalah kuat.

Kini Victor memaku obsidiannya pada Rosebelle. "Kau sudah punya teman, Bella?"

MY LOVELY RASCALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang