Setelah makan di warung Mbok Darmi, trio kadal itu balik lagi ke sekolah karena ada latihan bulu tangkis. Baru jam dua sih, tapi biasanya udah pada stand by di lapangan gor, ngga kaya mereka bertiga yang selalu datang mepet waktu.
“Kalian ini kebiasaan kalo dateng selalu mepet.” Komentar Ganang kakak kelas yang jadi ketua bulu tangkis, Ganang ini anak IPS 1 kelas 12, mainnya jago banget apalagi urusan smash. Dia komen gitu karena trio kadal beneran tiap latihan selalu telat.
“Ngga papa dong kak, biar langsung pemanasan ngga nunggu yang lain hehehe.” Kata Bruno bercanda.
“Masalahnya kita tinggal nunggu kalian doang ini.” Ganang sebenarnya orangnya santai, selagi waktunya emang belum jam dua, kalo lebih dari itu baru dia beneran negur. Kalo yang tadi hanya bercanda kok, ekstra bulu tangkis tuh ngga ada istilah senioritas. Mereka latihannya juga santai, tapi serius kalo udah mepet-mepet lomba gini.
“Sorry kak kita telat, tadi abis makan dulu.” Kai yang baru datang dari tribun setelah meletakan tasnya meminta maaf.
“Santai asal jangan jam dua lebih aja, bulan depan kita lomba kan? Harus lebih intens latiannya.” Nasihat Ganang, lalu cowok itu menyuruh anak-anak yang lain agar berkumpul di tengah lapangan untuk melakukan pemanasan.
***
“Nan gue langsung ke resto ya udah jam lima nih.” Kai memakai helm-nya. Sekarang mereka lagi di parkiran sekolah. Kai mulai kerja bagian shift sore sampe jam sepuluhan, kerja nya di restoran punya bokapnya Keenan, Kai juga udah akrab banget sama bokapnya Keenan. Bahkan Kai kerja tuh beneran dikasih keringanan banget, yang lain shift sore tuh mulainya jam tiga, tapi Kai diberi kelonggaran waktu, dia kerja dari jam enam sampe jam sepuluh malam.Emang keliatan pendek banget sih waktunya, tapi di jam segitu tuh resto rame banget karena jam orang pulang kerja. Makanya kadang Kai bersama rekannya kewalahan.
“Gue nebeng Keenan masa?” Bruno yang dari pagi ngga bawa motor dan nebeng ke Kai merenggut sebal. Dia kalo naik motor sama Keenan tuh ngga betah, Keenan diem aja pas Bruno ajakin ngomong, beda sama Kai yang bahkan nyerocos terus sepanjang jalan sampai pengendara lain menoleh ke mereka heran.
“Kalo lo ngga mau gue tinggal.” Keenan yang udah siap-siap menstater motornya, pura-pura ngegas.
“Jangan dong, iya nih gue naik. Nan gue main ke apart lo dulu boleh ngga?” pinta Bruno yang udah duduk di jok belakang sambil pegangan pundak Keenan, cowok yang di pegang pundaknya itu nampak risih dan menurunkan tangan Bruno.
“Mainnya besok aja bareng sama Kai, libur juga kan besok sekolahnya, sekalian katanya mau ngambis.” Tolak Keenan, sebenarnya cuma alasan Keenan aja sih karena hari ini dia pengen langsung istirahat ngga mau diganggu.
“Nyenyenye,” Bruno yang udah tau jawabannya langsung mencibirkan bibirnya.
Kai mengklakson mereka dan langsung pergi ke arah restoran yang hanya memerlukan waktu selama 15 menit untuk sampai. Kai tuh sekarang lagi berusaha membagi waktunya untuk kerja dan belajar di rumah. Dia ngga boleh pindah ke kelas regular, dia harus tetap bertahan di kelas unggulan sampai lulus nanti, bagaimana pun caranya akan Kai usahakan.
***
Kai masih membereskan piring-piring yang berserakan di meja pantry. Sekarang udah jam 10 malam, dan hari ini restoran tutup cepat karena beberapa menu udah habis. Memang restoran ini rame banget pengunjung jadi ngga heran kalo jam segini menu best seller udah ludes.
Urusan membersihkan piring udah selesai, sekarang Kai tinggal bersihin meja dan kursi yang ada di outdoor. Kai membuka pintu resto dengan perlahan, memutar kedua matanya untuk memastikan udah ngga ada pengunjung.
Tatapan Kai terhenti di sudut resto, dia melihat seorang gadis yang kebingungan melihat sekelilingnya. Karena Kai orangnya baik jadi dia samperin.
“Maaf mba nyari siapa ya?” tanya Kai, Kai ragu-ragu ketika ingin menepuk pundak cewek yang ada didepannya. Cewek itu membalikan badan tampak terkejut.
“Kai?” tanya cewek itu kaget, rupanya si cewek mengenal Kai. Kai ikutan kaget pas cewek itu membalikan badan dan memanggil namanya.
“Zetta? Ngapain lo ada di sini? Nyasar?” ternyata cewek itu namanya Zetta, teman sekelas Kai yang dari kelas sepuluh selalu ranking satu. Cewek minimalis di hadapannya ini terlihat sangat kecil saat berdiri dihadapan Kai sedekat ini.Walaupun mereka berdua satu kelas, tetapi mereka hanya sebatas kenal, ngga terlalu akrab banget, maklum lah cewek pinter sirkelnya sama yang pinter juga.
“Gue lagi pesen ojek online tapi daritadi belum sampe.” Muka Zetta terlihat gelisah banget, sesekali melirik ke handphone-nya untuk memeriksa barangkali ada notif dari ojol.
“Coba di cek lagi aplikasinya, siapa tau di cancel sama mamang nya.” Kai memberi saran, Kai terus memperhatikan Zetta yang sedang mengusap lengannya. Diliat dari deket gini, Zetta cantik banget, kulitnya yang cerah, alisnya yang agak tebal terukir dengan sempurna, dan lihat hidung mungil namun mancung yang menambah kesan imut di wajahnya.
Zetta mengerucutkan bibirnya saat melihat notifikasi di handphone-nya, pesanan anda di cancel.
“Udah dua kali di cancel terus, abang ngga bisa jemput, masa gue jalan kaki?” tanya Zetta ke dirinya sendiri.
“Kai, boleh minta tolong jadi ojek gue ngga? Nanti gue bayar kok ongkosnya.” Zetta tuh orangnya ngga enakan kalo sama orang yang ngga sering ngobrol, makanya dia bilang sampai menawari ongkos yang justru bikin Kai tersinggung.
“Gue bisa kok nganterin lo pulang, ngga usah bayar loh, kaya sama siapa aja.” Kata Kai sambil terkekeh, sebenarnya dalam hati Kai menilai kalo Zetta ini anaknya orang kaya, makanya bicara tentang uang semua. Padahal kan sesama teman, selagi bisa bantu kenapa engga. Kai memaklumi ucapan Zetta yang mungkin ngerasa ngga enak sama Kai.
“Beneran ngga ngerepotin Kai?” tanya Zetta cemas, cewek itu menggigit jari-jarinya tanda khawatir, Zetta takut dimarahin bunda karena belum pulang jam segini.
“Santai, tapi lo ngga papa nunggu gue selesai beresin ini?” tanya Kai menunjuk ke arah restoran.
“Ngga papa kok, gue bantu ya.” Zetta menawarkan diri. Kai berjalan dan mulai membereskan kursi yang berantakan dan menata ke tempat yang benar.
Zetta mengikuti langkah Kai dan mulai mengangkat kursi juga. Kai melarang namun cewek itu tampaknya keras kepala.
“Ngga usah Ta, berat itu.” Kata Kai sambil mengambil alih kursi dari tangan Zetta.
“Ngga papa gue bisa kok.” Zetta terus melanjutkan mengangkat kursinya sampai Kai yang melihat Zetta kadang meringis karena ngga kuat, cowok itu terkekeh. Ingatkan Kai kalo malam ini adalah pertama kalinya Kai berinteraksi panjang dengan seorang cewek pintar di SMA Merpati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERIOR CLASS
Teen FictionKetika murid ranking bawah naik ke ranking tiga besar, disitulah cerita ini di mulai. Namanya Zavier Kai, dia cowok yang cukup populer di SMA Merpati Putih, anak kelas unggulan. Dia ranking ke 28 dari 30 murid. Tempatnya begitu terancam terlempar ke...