"Hah,hah".deru nafas Sadam terlihat begitu jelas membuat Satria reflek terbangun
"Lo Kenapa?".tanya Satria
"Sadam,Sadam mimpi mama maafin Sadam". lirihnya
"Lo mimpi kali orang mama aja gada kesini".ucap Satria membuat Sadam kembali murung ternyata itu semua hanya mimpi tapi kenapa seperti nyata?
"Udah deh dam jangan berharap lebih ke mama gue juga gak mau lo sakit hati jadinya ".ucap Satria seraya mengelus kepala sang adik
"Tapi,tapi mama? Sadam mau mimpi itu jadi nyata".sahut Sadam
"Ya tapi lo bukan tuhan yang bisa mengubah semuanya dengan instan".ucap Satria seraya mengusap wajahnya yang masih di landa kantuk
Akhirnya Satria dan Sadam pun kembali tertidur dan keesokan paginya Satria sedang membujuk adik bungsunya untk di tinggal karena dirinya harus mengambil baju ganti untuk Sadam namun anak itu malah merengek tidak ingin ditinggal
"Ya kalau baju lo sama gue gak di ambil kita mau ini baju sampe berhari-hari bau Sadam".ucap Satria
"Oke bang boleh pergi tapi nanti pas balik bawa es cream ya,please Sadam pengen es cream".pinta nya dengan mata yang berbinar
"Oke tapi gak boleh banyak ".sahut Satria membuat Sadam mengangguk
.
.
.
.
.
.
Satria benar benar menepati janji nya,cowo itu membawa kan adik bungsu nya es cream dan juga bubur dan juga buah"Abang harga es nya berapa?".tanya Sadam
"Kenapa mau lo ganti? Gak usah deh gue ikhlas ".sahut Satria membuat Sadam tersenyum
Satria jadi teringat sesuatu saat melihat adiknya tersenyum dengan cepat cowo berusia 20 tahun itu mengambil foto di dompet nya lebih tepatnya foto berukuran kecil
"Lo mirip banget sama ni anak kecil".ucap Satria membuat Sadam malu
"Itukan Sadam kenapa abang bilang mirip? ".tanya Sadam
"Loh ini adik gue? Adik bungsu gue? Masa iya sih kalau iya mana senyum manis nya?".tanya Satria membuat Sadam mengembangkan senyum nya
"Eh iya mirip ya astaga gue gak sadar".ucapnya
"Abang ihh".lirih Sadam
"Gitu dong senyum jangan nangis Mulu hidup Lo".ucap Satria
"Satria nangis juga karena cape bang,kalian normal sedangkan Sadam? Buat memahami mama aja Sadam susah".ucapnya seraya mengaduk es cream nya yang berada di cup
"Hei lihat gue,gada istilah si normal dan si cacat atau sebagai nya kita semua sama dam,sama sama memiliki kekurangan dan kelebihan kita gak bisa selalu melihat kurangnya kita tanpa kita sadari kalau sebenarnya kita ini juga ada kelebihannya".ucap Satria membuat Sadam mengangguk
.
.
.
.
Setelah menjalani perawatan yang benar benar serius akhirnya Sadam boleh pulang namun dengan catatan Sadam harus masih banyak istirahat"Sebelum pulang kita makan yuk".ajak satria membuat Sadam hanya mengangguk
Satria membawa Sadam ke tempat makan sederhana lebih tepatnya warung sarapan pagi dengan berbagai menu
"Lo mau apa?".tanya Satria
"Nasi goreng deh".ucap Sadam
"Oke".sahut Satria
"Buk saya mau pesan nasi goreng satu sama bubur ayam nya satu minum nya teh hangat dua ".ucap Satria
"Oke ".sahut si ibu punya warung
Setelah makanan nya siap sang ibu penjaga warung memberikan pesanan satria dan Satria dan Sadam pun menikmati nya
"Gimana lo suka?".tanya Satria
"Enak".sahut Sadam
..
..
..
..
..
..
..
Setelah selesai sarapan satria dan Sadam bergegas pulang. Setibanya dirumah Delima meyambut mereka dengan tatapan tidak suka"Saya cuma minta ke kamu stop pengaruhi Satria,dia anak saya ".ucap Delima
"Ma? Mama apa-apaan sih? Dia kan anak mama juga".sahut Satria
"Dia bukan anak mama,anak mama normal bukan kayak dia".sahut Delima seraya pergi berjalan meninggalkan Sadam dan Satria begitu saja
"Lu yang sabar ya ".ucap Satria membuat Sadam hanya mengangguk
Dirumah ini Sadam seperti tidak ada privasi bahkan buku diary tempat nya bercerita malah di bakar oleh Delima membuat Sadam menangis sejadi-jadinya. Kini siapa teman nya? Siapa yang akan menemani Sadam saat kesulitan dan juga di saat sedih? Bahkan buku itu kan pemberian nenek dan papanya kenapa di bakar? Apa penyebab nya? Sadam terus bertanya hingga akhirnya
"Makanya normal,cerita kok ke buku, sok-sokan banget sih gaya kamu menumpahkan semua kesedihan,kamu pikir saya peduli? Ya engga lah ".ucap Delima seraya menoyor kepala Sadam
Sadam hanya terdiam namun hati nya sakit sekali Sadam menjadi menyesal mengapa waktu itu tidak menitip buku diary nya sekalian dibawakan oleh Satria
"Lo kenapa? Yahahahaha kebakar? Apa di bakar? Hahahahha buku nya kebakar". Zaki tertawa di tengah kesedihan Sadam
KAMU SEDANG MEMBACA
si Bisu
Fiksi Remajamenceritakan tentang seorang anak bernama Sadam yang memiliki kekurangan namun di mata mentari Sadam itu sempurna