11. We're Already

32 2 0
                                    

  Di taman kampus yang tenang, Raina duduk di tepi bangku, mengayunkan kakinya perlahan sambil menatap tetesan hujan yang jatuh membasahi rumput hijau. Suara hujan yang lembut memberi suasana yang damai, namun pikirannya melayang jauh, kembali mengingat pertemuan dirinya dengan Dewangga.

  "Katanya suka tapi ga dikejer."
  "Katanya suka tapi buat bingung."
  "Suka macam apa itu, penasaran bilang aja kali."
  "Suka itu ya dikejer, usaha, bukan buat bingung."
  "Mana ada cowo yang suka tapi ngasih ketidakpastian mana ada ya cuma Dewangga. Emang cowo aneh!"

"Siapa cowo aneh?"

Raina mematung mendengar suara itu, suara berat itu tak asing di telinganya seperti. "Dewangga!" Raina berdiri, tatapannya bertemu dengan Dewangga. Hatinya ingin menangis, apakah Dewangga mendengar dirinya yang berbicara sendiri tadi?!

  "Gimana kalo gue bener suka sama lo?" Raina mengerjapkan matanya tak menyangka. "Kenapa hujan-hujanan disini? Mau sakit?" Tidak ada jawaban dari Raina, tanpa banyak bicara lagi, Dewangga mengatur posisi payung agar lebih pas, memastikan Raina tidak terkena tetesan hujan.

 "Kenapa hujan-hujanan disini? Mau sakit?" Tidak ada jawaban dari Raina, tanpa banyak bicara lagi, Dewangga mengatur posisi payung agar lebih pas, memastikan Raina tidak terkena tetesan hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka mulai berjalan perlahan bersama di bawah payung yang sama, dengan hujan yang terus turun di sekitar mereka. Sepanjang perjalanan, tidak banyak kata yang keluar. Namun, kehadiran Dewangga di sampingnya membuat Raina merasa hangat. Setiap langkah yang mereka ambil bersama di bawah payung itu membuat Raina semakin menyadari bahwa kehadiran Dewangga selalu membawa rasa nyaman dan tenang. Dewangga sesekali melirik Raina dari sudut matanya, merasa lega bisa melindungi gadis yang kini begitu sering ada dalam pikirannya.

  Setelah diantar oleh Dewangga sampai di depan rumahnya, Raina masuk ke dalam dengan hati yang sedikit berdebar. Hujan di luar masih terdengar samar, namun kini hanya menjadi latar suara yang tenang. Dia melepaskan jaketnya, menghempaskan tubuhnya di sofa, lalu memejamkan mata sejenak, mencoba meresapi perkataan Dewangga tadi.

  "Katanya suka tapi kaya ga suka."
  "Katanya suka tapi kaya gada kepastian."
  "Mana ada cewe suka tapi kaya ngasih lampu merah gitu."
  "Kalo suka harusnya kasih lampu hijau bukan merah ataupun abu-abu."

Dengan pelan, Raina menarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk beristirahat. Namun, dalam diamnya, perkataan Dewangga terus terngiang, meninggalkan jejak di hatinya yang kini dipenuhi dengan rasa rindu yang perlahan muncul.

♡♡♡

Kantin yang berisi banyak Mahasiswa tengah menikmati makanan seperti hal nya 6 Mahasiswi ini. Ayu, Nana, Julia, Marisa, Riska dan Raina. Mereka menikmati makanan hingga tiba-tiba seorang Mahasiswi memukul meja mereka dengan amarah.

"Woi! Lo yang namanya Raina ya?" Raina menatap gadis itu bingung. Sepertinya kating. Tapi kenapa?

"Bisu lo? Jawab gw?! WAH LIAT YANG DISUKAI SEORANG Dewangga Ravindra ADALAH GADIS BISU." Semua mata seketika terfokus pada mereka. Apa? Dewangga suka Raina? Itulah pertanyaan yang dibisik-bisik Mahasisiwi disitu.

Rain membaca nametag ternyata Kak Liona. Rain tau gadis itu, sejak lama dia menyukai Dewangga namun tetap saja ditolak. Sekarang Rain paham, pantas saja ditolak. "Kenapa Kak? Kalah saing ya?"

Skakmat. Omongan Rain membuat semua orang di kantin itu tersenyum salut padanya karena mereka tau kalau Liona Mahasiswi yang selalu bermasalah namun tetap tidak ada yang berani menyenggol gadis itu. Liona tersenyum miring, "berani ya lo bersaing sama gw!"

Rain tersenyum miris. "Bersaing?" Rain tertawa kecil menggeleng kepala, "jalur apa? Pendidikan? Pertemanan? Keluarga? Keuangan? Atau cintanya Dewangga?" Rain tertawa lagi, "maaf Kak, gw gapernah bersaing sama siapapun fokus naikin value aja kamu udah kalah Kak." Liona menggertakkan giginya. Gadis ini benar-benar berani sekali.

"Lancang ya lo!" Hampir saja Rain terkena tamparan Liona namun Dewangga mencegatnya dengan cepat.

"LIONA!"

Terdengar suara yang memburu seperti habis lari-lari, semua mata tertuju pada suara berat itu. Siapa yang tidak mengenali suara itu? Iya dia Dewangga Ravindra.
Dewangga yang mendapat kabar dari Rendi bahwa Liona mau melabrak Rain, langkah pria itu mempercepat menuju kantin. Tidak ada yang boleh menyakiti gadis itu. "Berani lo sentuh cewe gua, lo berurusan sama gua." Semua orang syok mendengar sebuah kalimat itu dari bibir Dewangga. Sejak kapan mereka jadian? Itulah pertanyaan yang muncul.

Jangan tanyakan bagaimana ekspresi Rain karena gadis itu tetap berekspresi biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa namun, kepalanya begitu berisik.

Ke lima teman-temannya hanya membisu melihat kejadian yang sangat tiba-tiba.

"Rain ayo ikut aku," Dewangga menggenggam tangan Rain membawanya pergi dari tempat itu. Sedangkan Liona hanya menatap kepergian mereka dengan tatapan tidak suka.

"Gila gentelman banget cs kita bray." Ujar teman-temannya Dewangga yang menatapnya bangga.

"Raina juga keren banget anjir ngga gentar sedikitpun," ujar Zaka yang masih melongo tak percaya.

  Dilain sisi dua insan yang sedang jadi pembicaraan hanya terduduk di taman dengan keheningan. Ya Dewangga membawanya ke taman jauh dari hiruk pikuk dari orang-orang.

"Maaf Rain..." Dewangga menunduk merasa bersalah. "Gara-gara aku—" Raina menggeleng. "Santai aja Ngga, gw aman." Dewangga makin terpesona pada Rain saat kata-kata tegas nan fasih itu keluar. Cewe ini berbeda. "Yaudah kalo emang bener-bener gapapa, gimana kalo kita tanding laga mata 5 menit, mau?" Raina yang merasa tertantangpun menyanggupi tantangan dari Dewangga. "Berani? Berani? Apa mau tanding mau tanding?" Goda Dewangga, Raina tertawa, pria ini benar-benar.

"Kalo menang dapet apa?"

"Dapet cinta gw Rain."

"Basi dong."

"Kenapa?"

"Karena udah lama ga dihuni." Dewangga tertawa terbahak-bahak. Rain ini memang bahaya sekali bagi hatinya.

Dewangga menatap gadis disampingnya dengan tatapan yang penuh tersemogakan, "aku harap dari segala banyaknya kebahagiaan di bumi ini kamu selalu mendapatkan kebahagiaan itu ya Rain. Diantara rasa sepi semoga kau tak pernah merasa sendiri dan semoga segala kebaikan membersamai setiap langkahmu." Tanpa sadar butir air mata terjatuh dari mata Dewangga.

Raina menghapus jejak air mata itu, perlakuan Raina tanpa aba-aba membuat jantung Dewangga berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Dewangga."

"Saya Rain."

"Semoga kamu juga ya." Balasnya, "semoga kamu juga selalu bahagia dibagian manapun dalam bumi ini." Dewangga terhenyak, hatinya meluluh, angin menerpa wajah dirinya dan Raina seakan tau kalau dirinya makin jatuh hati pada gadis lembut dan tulus di depannya ini.

  Wajah lembut penuh ketenangan itu membuat Dewanga menggila, hatinya benar-benar tidak sekuat ini menahan panah asmara yang diberikan Raina. Raina benar-benar memberikan cinta yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya, ia harap cinta itu bisa selalu membersamai.


♡♡♡
Cowo gila mana yang tiba-tiba nembak tanpa embel-embel nembak cewe? Ya cuma Dewangga seorang bosss 😭🤌🏻

RAIN IN THE DARKNIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang