BAB 22 - TEMPAT RAHASIA [15+]

15 5 0
                                    

Setelah hari yang melelahkan dengan pembelajaran dan penjelajahan di museum, kami semua akhirnya bisa menghirup udara segar dan merasakan angin sore yang hangat ketika tiba di pantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah hari yang melelahkan dengan pembelajaran dan penjelajahan di museum, kami semua akhirnya bisa menghirup udara segar dan merasakan angin sore yang hangat ketika tiba di pantai. Dengan pasir lembut di bawah kaki kami, dan matahari sore ini memberikan suasana tenang namun juga penuh semangat untuk menghabiskan hari terakhir di Bali. Kami tidak akan menyia-nyiakan waktu yang tersisa sedikit ini untuk membuat banyak kenangan. Beberapa teman sudah memegang bola voli, mengajak yang lain untuk bergabung.

"Lea! Ayo main!" panggil Revano dengan senyumannya

"Aaahh! Ikutaaan!" Jawabku antusias sembari berlari kecil

Kami berlari ke arah lapangan voli pasir yang dibuat mendadak. Kai yang biasanya kalem, kali ini tampak lebih kompetitif, sering kali beradu kecepatan dengan Revano untuk memukul bola. Diandra, yang sebelumnya sibuk swafoto, akhirnya ikut bergabung dengan suara sorak-sorai dan tawa menggema di pantai.

"Eh, Diandra! Emang kamu udah bisa main ginian? kalo sakit gimana?" tanyaku penasaran dengan kondisinya

"Udah gak apa-apa kok, aku ikut main sebentar aja" jawabnya

Waktu berlalu begitu cepat, diiringi gelak tawa yang menyenangkan. Setelah permainan voli, kami duduk di tepi pantai, sebagian masih bermain seperti Kai, Kinan, dan Akbar. Diandra pulang ke kamar dengan temannya. Revano tiba-tiba duduk di sebelahku, menikmati keindahan laut tanpa banyak bicara. Ada momen hening yang terasa sangat nyaman sampai tiba-tiba ia berkata,

"Lea, ada tempat bagus di atas, mau kesana gak?" ajaknya antusias

"Hah! diatas mana?" jawabku heran

"Itu di bukit sana! ini lautnya keliatan banget keren! yuk! mumpung belom tenggelam mataharinya nih!" tukasnya seraya berdiri dan membungkuk ke arahku

"Emang kapan kamu kesana? kayak yang pernah aja!" cibirku sambil menaikan alis

"Yeee, kemaren aku kesana sendiri, yukk! cepetan!" rengeknya

"Ih, nanti Diandra nyariin kamu! Ribet! Nggak ah! lagian jauh kan?" kilahku ingin memastikan tidak akan ada masalah bila ia keluar denganku

"Ya ampun gak jauh, disitu doang tinggal naik sedikit, Leandra Kaluna. Aku jamin gak jauh! Udah cepet yuk, entar yang lain pada rusuh, ayok!" ujarnya seraya menarik tanganku yang sedang duduk.

Aku pun tidak sanggup menolak ajakannya. Ini adalah pertama kali lagi aku pergi hanya berdua dengan Revano. Entah kapan yang terakhir tapi itu sudah lama sekali ketika kami berdua mulai menjadi remaja yang asing bagi satu sama lain.

"Kamu, random banget sih, ngedadak, perasaan tadi masih diem di sebelah aku" ujarku yang berjalan disampingnya setelah kami berdua berlari dari pandangan teman-teman lain.

Hal ini mengingatkanku akan hal di masa lalu; Revano selalu mengajakku untuk pergi sejenak melarikan diri dari apa yang ku alami dirumah hanya untuk membuatku tersenyum, menikmati kehangatan kebersamaan dan berbagi hari.

JINGGA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang