#delapan

189 40 15
                                    

Rami berdiri di depan pintu rumah kekasihnya, 2 minggu telah berlalu dan ia sangat merindukan Aurora. Mereka memang kembali berbalas pesan seperti tidak terjadi apa-apa. Rami memaklumi setiap alasan yang Rora berikan padanya dan dengan mudah memaafkannya.

Gadis itu menatap setangkai bunga mawar di genggamannya yang akan ia berikan pada Rora. Tangannya terangkat menekan bel namun tak ada tanda-tanda bahwa Rora akan membukakan pintu, hingga percobaan ketujuh, senyuman manisnya meluruh begitu saja.

"Kemana dia? Aku yakin hari ini dia tidak ada jadwal kuliah" Monolognya seraya mengedarkan pandangan.

Rami menghela nafas saat mencoba menghubungi nomor sang gadis namun nomornya tak aktif. Ia berbalik, berniat pulang namun langkahnya terhenti kala melihat Aurora turun dari taksi dengan membawa banyak kantung belanjaan, ia tersenyum dan menghampiri kekasihnya.

"Biar aku bantu"

"Kamjagi~" Kaget Rora, Rami melebarkan senyuman dan mengambil alih kantung belanjaan dari tangan sang kekasih

"Kau habis belanja ternyata" Rora mengerjap dan tersenyum canggung

"Sejak kapan kau disini, Shin?" Tanyanya seraya membuka pintu rumah dan masuk di ikuti Rami

"Sekitar, satu tahun yang lalu" Timpalnya bercanda, Rora terkekeh

"Pantas saja rambutmu memutih"

"Aishhh~" Kesal Rami kemudian terduduk di sofa, Rora membuka lemari es dan mengeluarkan minuman, menuangkannya dalam gelas dan membawanya ke arah Rami

"Banyak sekali belanjaan mu, kau menang lotre?"

"Temanku yang membelinya dan aku memintanya" Timpal Rora santai, Rami terkekeh

"Kasihan sekali dia memiliki teman seperti preman"

"Yakk!" Kesal Rora seakan ingin memukul Rami namun dengan senyuman lebar

"Kau tidak merindukanku?" Tanya Rami menggoda, Rora menatapnya lekat, ia menaruh gelas yang sedari tadi di genggaman kemudian naik ke pangkuan Rami.

"Aku merindukanmu tapi tugas-tugas kuliahku menghalangi kita"

"Kau benar, mengapa kuliah malah menghambat percintaan?"

"Eoh~ Apa aku harus berhenti kuliah saja?" Rami kembali terkekeh seraya menyelipkan helaian rambut Rora ke telinganya

"Tidak perlu, jangan meninggalkan impian dan cita-citamu hanya demi percintaan bersamaku"

"Kau ini plin-plan sekali" Ujar Rora dengan kedua mata yang bergulir malas, Rami tersenyum kemudian menarik wajah kekasihnya.

Aurora tersenyum kemudian memejamkan mata menanti kecupan manis bibir berbentuk hati milik Rami yang sangat ia rindukan, namun setelah beberapa saat ia kembali membuka matanya.

"Kenapa kau memejamkan mata?" Tanya Rami menahan senyuman

"Yakkk! Kenapa kau selalu menyebalkan!" Kesal Rora seraya memukul-mukul pundak Rami, si gadis blonde tertawa, ia menahan lengan Rora dan menariknya cepat kemudian menyatukan bibir mereka.

Aurora mulai memejamkan mata saat Rami menggerakan bibirnya, mengulum lembut bibir bawah dan atasnya bergantian kemudian memaksa Rora membuka bibirnya saat lidahnya menerobos masuk mengajak lidah Rora beradu saling mengecap.

"Aku merindukanmu" Bisik Rora sesaat melepaskan pagutan dan dengan cepat menyatukannya lagi.

Decakan dari peraduan saliva mereka semakin lama semakin terdengar nyaring dengan tempo yang semakin cepat. Rami menggeser tubuhnya dan merebahkan tubuh Rora di atas sofa tanpa melepaskan ciuman mereka, kedua tangan Rora ia cengkram di samping kepala Rora membuat si gadis tak bisa bebas bergerak.

Babymonster Rami || Second Chance or Choice?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang