Arigato ne udh nungguin bab selanjutnya, selamat membaca cyng ^•^.. Jangan lupa dibaca, vote, and share. Jangan copy paste karya gw su! Tuhan nyiptain otak dikepala lo buat mikir...
"Mau kemana lo?", Jeff yang sedang berjongkok untuk mengambil remot tv yang jatuh memergoki adiknya yang berjalan mengendap-endap seperti maling."Eh anjing, kaget gw".
"Mulut lo", Jeff tidak suka jika adiknya itu berkata kasar.
"Maaf", cicit Barbara.
"Gw tanya mau kemana?", Jeff menelisik penampilan gadis imut didepannya yang sudah rapi dan wangi.
"Ke apartemen kak El, boleh kan Jeff?", Barbara menatap Jeff berharap supaya dirinya bisa diizinkan pergi.
"Ck mau ngapain lagi lo kesana?".
"Mainlah".
"Kalo gw ga izinin lo pergi gimana?", tanya Jeff.
"Ya gw kabur lah gampang kan", jawab Barbara dengan enteng.
"Ish, cepet masuk mobil ntar gw nyusul", Jeff melempar kunci mobilnya dan berjalan kekamarnya untuk mengambil jaketnya.
"Ganci nya keren banget", Barbara menatap kagum gantungan kunci berbentuk salju berwarna biru bening ditangannya itu.
~~~
"Inget pulangnya jangan kemaleman", Jeff membuka kaca mobilnya untuk memastikan adiknya itu bisa mendengar suaranya.
"Iya, dah Jeff", lambaian tangan gadis itu dibalas dengan senyuman Jeff.
"Gw ga nyangka ade gw udah punya ayang tapi sebagai abangnya gw masih stay jomblo".
Tangan Barbara menekan bel dan beberapa detik setelahnya pintunya pun secara otomatis terbuka.
"Wah aroma wanginya baby hugo bikin Retta tenang deh", indra penciuman gadis itu merasakan aroma wangi yang sudah familier. Mata bulatnya terpejam sejenak untuk menikmati wangi yang membuatnya candu.
"Ehm", El berdehem saat melihat gadisnya itu tersenyum sambil menutup matanya saat dirinya baru saja tiba di apartemennya.
"Baby hugo.. Retta kangen mwah mwah", setiap kali bertemu Elvano tubuh gadis itu bergerak dengan sendirinya untuk memeluk tubuh pemuda tampan itu.
"Lepas cil", Elvano jengah sendiri dengan sikap Barbara yang selalu menempel padanya setiap kali bertemu.
"Ga mau, cium dulu kalo mau lepas".
Cup, bibir El mengecup singkat dahi gadis itu.
Barbara menutup mulutnya karena terlalu syok dengan apa yang baru saja terjadi. "Ko baby hugo kupingnya merah si? Salting ya..", Barbara terkekeh melihat wajah El yang sedikit merona karena menahan malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere Boy
Подростковая литератураSemesta memang tidak bisa diprediksi, sesuatu yang tidak bisa dilupakan dalam sesaat kadang terjadi begitu saja. Perasaan hampa yang menyelimuti sudah Elvano rasakan sejak dahulu, setiap kali ia sudah mencintai seseorang maka saat itulah Tuhan menga...