.. ˙ ₊ [ 𝙿𝚛𝚘𝚕𝚘𝚐𝚞𝚎]

75 20 132
                                    

ㅤ     — Di tempat kita memulai

ㅤ     — Di tempat kita memulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh, sedang apa kamu?"

Kenji geram mendapati seseorang memperhatikan kegagalannya dari balik pohon berdaun lebat. Makhluk cupu berambut pendek itu malu-malu menunjukkan wajahnya yang bersembunyi di balik kokohnya batang pohon.

"A-aku ... aku tidak—"

"Lempar bolaku!"

"Eh?"

"Eh?" Afirmasi bocah laki-laki bertopi biru itu.

"Kau tidak dengar? Kubilang lempar bolaku!"

Nada anak laki-laki itu meninggi di tiap kata yang terucap. Membuat decak kagum anak perempuan berambut pendek itu tergantikan oleh ketakutan.

Takut jika seseorang yang dia sukai selama ini marah besar dan berakhir membencinya. Jadi, dengan segera dia lempar bola bisbol milik Kenji pada pemiliknya.

Sayangnya, lemparannya itu hanya sejauh dua meter, sementara Kenji ada lima meter jauhnya di depan sana. Kenji yang melihat itu sukses memasang ekspresi melongo di tempat.

"Hah?"

"Maaf, maaf ..." mohon anak perempuan itu seraya memungut kembali bola bisbol berwarna putih tersebut. Dia berlari kecil ke arah Kenji berdiri. Diserahkannya bola itu dengan hiasan wajah polosnya yang merah merona.

Pemandangan anak perempuan yang mengenakan sweater merah muda bercorak kucing dan wajahnya yang semerah buah ceri itu mengundang kebingungan Kenji. Ada apa dengannya?

"Hm, yah. Terima kasih," ucap Kenji pelan.

Diambilnya bola itu dari tangan si lawan jenis dengan wajah datar. Tetapi, sebelum anak perempuan itu berbalik, Kenji meletakkan topi birunya ke atas kepala si anak perempuan. "Matahari membakar wajahmu."

Salah. Kenji melakukan hal yang salah karena justru wajah anak perempuan itu semakin memerah. 

Bingung? Tentu saja Kenji kebingungan. Dia mundur menjauhi anak perempuan yang dikiranya seperti bom yang mau meledak sangking merahnya wajahnya itu. "Heh? Jangan meledak di sini!"

"HAAAAAAAA!!" Teriakan anak perempuan itu memiliki kekuatan memekakkan telinga Kenji. Untung saja dia cepat menutup telinganya sebelum suara nyaring itu merusak gendang telinganya.

"Bukannya bilang terima kasih, dia malah lari?" Gumam Kenji seraya memperhatikan makhluk pendek itu terbirit-birit pergi dengan topi biru bersarang di atas kepalanya.

"Huuuu, cupu!"

.
.
.
.
.

This is, HIS ARROGANCE
By Ms. Cloudie

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝑯𝑰𝑺 𝑨𝑹𝑹𝑶𝑮𝑨𝑵𝑪𝑬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang