=> Mencintai itu sulit

16 0 0
                                    

Mencintainya itu sulit, tapi ternyata untuk tidak jatuh cinta padanya jauh lebih sulit.






Kata 'bahagia' saja sepertinya belum cukup untuk mengambarkan suasana hati Chacha saat ini. Punya kesempatan bisa duduk bareng dengan orang yang ia suka sama sekali belum pernah terlintas dalam angannya akan bisa menjadi nyata. Mungkin benar kata Naomi, ia tipe orang yang lebay.
Tapi memangnya siapa yang bisa membohongi hati, dan walaupun memang bisa. Ia tidak ingin, paling tidak ia tidak ingin membohongi hatinya sendiri yang merasa senang karena bisa di jemput oleh Adit saat ini.

Yups, Adit pria yang sudah ia taksir sejak pertama kali ia ketemu sekitar 2 tahun yang lalu. Saat kakaknya mengajak datang kerumah setelah kuliah.
Sudah cukup lama memang, tapi hingga kini rasa itu masih ia pendam.
Ia memang lebih memilih untuk menyimpannya dalam hati walau dulu Naomi sering bilang untuk mengungakapkan saja. Tapi karena selalu ia bantah sepertinya gadis itu juga sudah menyerah untuk menasehati.
Dan kini hanya memilih menjadi pendengar setia. Akh, Chacha memang merasa beruntung punya sahabat sebaik itu.

===========================

"Ma kasih ya kak Adit, karena udah repot - repot jemput gue," Kata Chacha sambil melepaskan helmnya dan segera menyodorkannya pada Adit.

"Iya sama sama. Nggak repot kok. Lagian lo kan adiknya Reihan, itu artinya lo adik gue juga," Balas Adit sambil tersenyum.

Chacha ikut tersenyum. Tepatnya tersenyum paksa. Ini nih salah satu alasan kenapa ia tidak mau mengungkapkannya. Karena selama ini, sebaik apapun Adit padanya pria itu selalu mengatakan kalau ia hanyalah sebatas 'adik'. Sesuatu yang tidak pernah Chacha ceritakan kepada Naomi, sahabatnya.

"Ya sudah, kalau gitu gue pergi dulu ya. Masih ada kelas soalnya," Kata Adit lagi.
Kali ini Chacha hanya membalas dengan anggukan.

============================

Keesokan harinya, seperti biasa Chacha pasang senyum gembira. Rasanya tak sabar hati untuk membagi rasa gembiranya itu pada Naomi, sahabat terbaik yang pernah ia punya. Tapi belum sempat mulutnya terbuka keningnya sudah terlebih dahulu mengernyit saat melihat wajah Naomi.
Wajah gadis itu terlihat sedikit pucat dengan lingkaran hitam di matanya. Membuatnya mengurungkan niat untuk bercerita yang justru malah ia ganti menjadi kalimat tanya.

"Naomi, lo kenapa? Lo sakit?"

Sekilas Chacha mendapati kalau gadis itu meliriknya sebelum kemudian kembali menatap buku yang ada di hadapan. Kepalanya mengeleng tanpa kata sama sekali.

"Tapi muka lo pucat gitu," Tambah Chacha lagi, jelas merasa khawatir.

"Gue nggak papa kok. Cuma cape aja," Balas Naomi, kali ini gadis itu mencoba meleparkan senyuman yang sangat Naomi yakini sebagai senyum paksa.

"Memangnya lo abis ngapain?" Tanya Chacha hati - hati.

"Yah banyak," Sahut Naomi ngambang.

"Oh ya, ngomong - ngomong kemaren gimana? Kak Adit beneran jemput lo?"

Mendengar nama 'Adit' yang di sebut, wajah Chacha langsung berubah. Gadis itu sama sekali tak mampu menahan senyum untuk segera mengembang di wajahnya.

Bahkan sepertinya ia juga sudah lupa dengan kondisi sahabatnya karena mulutnya langsung terbuka dengan lebar untuk menyerocos tanpa henti. Tentu saja tentang perasaan yang ia punya selama ini.
Tak urung ia juga mengungkapkan tentang opininya tentang ke mungkinan Adit menyukainya dengan mengabaikan bagian kalau pria itu hanya menganggap dirinya hanya sebatas 'adik.

"Kalau lo emang beneran suka sama dia, dan lo yakin kalau dia itu memang suka sama lo kenapa nggak lo tembak aja dia langsung sih?" Potong Naomi tiba - tiba ketika Chacha sedang asik dengan ceritanya.

Kumpulan Cerpen Cinta SedihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang