BAB 2

11 3 2
                                    

Takdir sudah dimulai

*****

Satu sekolah hening, hanya terdengar suara bisik-bisik siswi yang gibah. Jika sudah begini, tak ada yang berani melawan kepala sekolah. Bullying memang kerap kali terjadi, tetapi sepertinya ini yang paling parah. Seren mengenal korbannya, dia Dicky anak Oregan. Bagaimanapun Oregan pasti tidak terima melihat putranya tertindas seperti ini.

"Udah om, jangan lakuin apa-apa. Bawa aja Dicky ke UKS, biar aku yang negur mereka," ucapan panjang Seren tentu membuat bungkam Oregan. Segera, ia membantu putranya melesat pergi ke UKS.

"Kalian bertiga, ikut gue ke ruang kepsek kalo ga mau orang tua kalian tau!" Mereka tidak bisa berbuat apa-apa, suara sedingin es itu menyentuh gendang telinga mereka.

Di ruang kepsek, Seren duduk di kursi kebesaran milik omnya. Siapa sangka, hari pertama ia bersekolah harus mengurusi hal besar ini. Kenapa bukan kepseknya saja? Karena, Seren sendiri sudah diberi wewenang oleh ayahnya. Ketegasan Seren menurun dari ayahnya, itulah mengapa jika Seren sudah marah, tak ada yang berani membantah maupun melawan perintahnya.

"Jadi, siapa yang salah disini?" tanya Seren, tidak ada yang menjawab.

"Okey, gue to the point siapa yang nyuruh kalian buat bully Dicky?" Seren kembali mengulang pertanyaannya.

"Gue," ucap seseorang di balik pintu.

Pintu terbuka kasar, pemuda yang ia lihat pagi tadi berdiri di hadapannya dengan angkuh. Pandangannya juga sangat merendahkan dan juga membuat siapapun takut berhadapan dengannya. Seren gentar? Tentu saja tidak. Tidak ada di dalam kamusnya, ia takut dalam mengusut ketidakadilan.

"Gue yang nyuruh, lu siapa kumpulin mereka disini? Presiden lu?" Seren terbahak-bahak, humor Seren memang seaneh dan sereceh itu.

"OH gue tau lu siapa, Leon Adiwangsa. Pemilik Serenity School kita. Sayangnya lu tetep kalah sama gue, gue Serenity Rinai Cleopatra," ujar Seren setelah tawanya terhenti.

Satu kalimat yang dikeluarkan Seren membungkam mulut Leon. Leon sendiri tahu, kali ini ia bukan menghadapi orang kelas bawah melainkan kelas atas yang tentunya lebih tinggi darinya. Ya, sekolah ini memang milik keluarganya tetapi keluarganya malah memberikan saham lebih besar ke keluarga Cleopatra. Karena Patra lah yang sangat bekerja keras agar Serenity School menjadi sekolah yang berjaya seperti sekarang.

"Sayang banget ya, kalo misalnya bokap lu tau kekakuan lu disini. Apa ga makin malu mukanya di depan bokap gue?" sinis Seren.

"Lu jangan macem-macem!" gertakan Leon justru membuat Seren semakin tersenyum senang. Seren mengeluarkan tablet yang selalu ia bawa dari tasnya.

"Denger Leon, saham yang lu punya itu cuma 25% sedangkan gue, gue 75% nya. Semakin lu berbuat onar saham yang lu punya juga semakin berkurang. Sekarang yang gue tau, lu cuma dapet 15% nya," ujar Seren.

Seren kembali menggendong tas nya berlalu dari hadapan seluruh siswa yang menatapnya takjub. Belum pernah ada dalam sejarah, seorang Leon kalah debat. Semua orang yang ada di sini tidak bisa menentangnya. Hanya Seren, perempuan itu lebih berani daripada yang orang lain kira.

Pintu UKS sedang terbuka, Seren langsung nyelonong masuk tanpa salam tanpa aba-aba membuat dua orang yang sedang berpelukan hangat sedikit tersentak.

Kupu-kupu Kecil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang