CPS 26 || masa lalu

169 15 1
                                    

📖Happy reading 📖

Kenzhi berjalan lunglai tak tentu arah. Ia hanya mengikuti ke arah mana kakinya berjalan. Kejadian tadi siang membuatnya begitu shock, emosinya seketika melonjak naik saat mendengar teman Kenzha sendirilah yang meneror Kenzha.

Ia tak habis pikir, kenapa banyak sekali orang orang yang ingin menyakiti adik kecilnya. Ia merasa gagal sebagai seorang kakak.

"Zhi itu kaka Zha yang paling kerenn, jadi Zhi jangan nangis yaa??"

"Zhi liattt Zha punya boneka beruang di beliin bundaa hehe."

"Zhi nama panjang Zhi gini kan nulisnya?"

"Heh beruang kusut amat tuh muka, nih emping lu."

"Dih gitu doang nangis lu, malu sama otot lu noh."

"Zhi jangan tinggalin gue ya? Tinggal lu yang gue punya."

"Zha......"

"Kenzha....."

"Kamu dimana? Zhi kangen....."

Rintik hujan yang perlahan deras menemani jalannya Kenzhi. Tak dihiraukannya orang orang yang berlarian kesana kemari. Tak peduli pula badannya di senggol hingga oleng. Ia hanya terfokus pada Kenzha yang ada di pikirannya.

Ia tak peduli pada umpatan umpatan yang di tujukan padanya karna bertabrakan dengan orang orang. Kenzhi hanya terus berjalan. Jauh. Hingga Kenzhi tersadar kakinya membawanya ke tempat gelap nan sepi.

Tidak ada orang, hanya bunyi hujan yang menggeraung. Kenzhi menengadahkan wajahnya, membiarkan air hujan menyapu kesedihannya.

Dari jauh ada beberapa orang yang mengawasi nya. Seseorang mendekat perlahan ketika tau Kenzhi tak menyadari keberadaan mereka. Ia menyiapkan kain bius dan pisau lalu bersiap di belakang Kenzhi.







Hap












Brukkkk

































































































































"Dasar ogeb! Pikiran lu kemana si sampai ga sadar ada orang di belakang lu!"

Kenzhi membeku, ia tercengang. Saat ini samar samar di indra penglihatannya yang berbaur dengan air hujan ia melihat adiknya berdiri gagah dengan tongkat bisbol di tangannya. Iya. Adiknya. Kenzha kecilnya sekarang berada di hadapannya.

Berpikir bahwa itu khayalan dan akan segera menghilang, Kenzhi segera memeluk adiknya erat. Air matanya mengalir deras mengalahkan derasnya hujan. Badannya bergetar saat pelukan hangat itu terasa nyata.

Ia menangis tak bersuara. Suaranya tak bisa keluar saking banyaknya kata yang ingin ia ucapkan. Yang terdengar hanya Isak tangis rindu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cegan Preman Sekolah (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang