BAB 32

15 1 0
                                    

Aku harus mengunjungi sebuah perjamuan, entah mengapa rasanya malas sekali, aku hanya ingin berbaring dan menempel pada ranjang.

Tetapi lama kelamaan memang sangat membosankan sih, jadi aku bangun dan terpikir untuk mencari Kyran, walau sepertinya hari ini dia sibuk melatih para ksatria ksatria gila itu.

Siapa peduli, haha.

Aku turun dari anak tangga dan melihat Fellencia yang diam diam memakan sebuah udang, aku hanya tersenyum padanya dan membiarkannya.

"Ingin mencari Kyran ya? yah.. kau tau dia tidak memakai pakaian apapun saat berlatih, jadi semoga beruntung."

Apa apaan itu, aku menghampirinya karna aku bosan bodoh!

Dan benar saja, aku dapat melihatnya sedang berlatih dengan para bawahannya, tetapi yang dikatakan Fellencia tak ada benarnya, mereka semua memakai pakaian.

"Nyonya anda disini?"

Aku terkejut saat melihat sesosok pria dengan rambut orange serta mata hijau bagaikan sebuah apel.

"Iya, aku pernah melihatmu sebelumnya, tapi siapa namamu?"

"Benar juga, aku Nelson, teman seperjuangan putra mahkota."

"Ah salam kenal."

Aku hanya tersenyum dan aku dapat melihat dirinya yang membalas senyumanku, dia tiba tiba menunjuk kearah putra mahkota, dia melawan para bawahannya, itu salah satu latihannya kurasa, keren sekali.

"Semangat tuan!"

Aku mendengar suara gadis berteriak, Aria? dia masih disini rupanya, aku memutuskan untuk hanya diam dan menatapnya berlatih.

"Nyonya anda tidak ingin mendekat?"

"Kurasa tidak, aku lebih suka melihatnya dari jauh."

"Ah, baiklah, aku akan melanjutkan latihanku. Jangan sungkan untuk meminta bantuan."

Aku hanya mengangguk pelan. Kyran, mata merah mengkilat yang tajam, rambut hitamnya yang basah dan tangannya yang memegang pedang. Oh aku teringat pada ucapan kakakku, jangan jatuh cinta padanya karna dia jatuh cinta pada yang lain.

Benar, setelah latihan Kyran meminum sebuah air yang diberikan oleh Aria, bukankah seharusnya aku yang memberikan air itu padanya? dia masih nyaman dengan Aria ya, lebih baik aku pergi.

"Tuan, tadi Nyonya Helen berada disini." Nelson menghampiri tuan dan juga pelayannya.

"Benarkah? dimana dia?"

"Disan-"

Kata kata Nelson terhenti saat melihat tangga dimana Helen berada kini kosong, dia mengusap matanya pelan dan menatap tuannya lagi.

"Tadi Nyonya ada disana, mungkin dia sudah pergi." Nelson menundukkan wajahnya.

"Astaga, seharusnya aku mengajaknya duduk disini, pasti dia ingin melihat suaminya." Sontak Aria dengan wajah bersalah.

"Beliau, bukan dia." Nelson menegaskan kata katanya.

"Sudah hentikan kalian berdua, Aria pergilah, ada banyak yang harus kau lakukan dari pada hanya melihatku."

"Tapi tuan, bukankah saya pelayan pribadi anda?"

Putra mahkota hanya menghela nafas dan menepuk bahunya.

"Aku tau, tetapi kau akan membanggakanku jika kau membantu lebih."

Aria hanya mengangguk dan dengan jalan yang pelan dia menghilang dari tempat pelatihan tersebut.

"Kita masih harus terus berlatih, kalau hanya begini tak akan cukup, tetapi aku tidak ingin membuang waktu jadi sebaiknya tidak ada yang pingsan atau apapun."

Tragic FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang