chapter satu || merasa tidak beruntung

110 11 0
                                    

Sudah satu tahun sejak ibunya menikah dengan ayahnya Hayat, keduanya juga saling mencintai satu sama lain. Melihat ibunya yang tersenyum sebahagia itu, bahkan sampai melupakan kesedihannya. Membuat Reo tidak tega, jika dia harus menghancurkannya. Hanya karena Reo merasa tidak nyaman di sini.

Reo seharusnya sadar diri, bahwa selama ini pun dia tidak mampu membahagiakan ibunya. Dia hanya bisa membuat ibunya menangis, karena merasa bersalah seorang diri.

Ketika melihat ibunya sebahagia itu, Reo sudah memutuskan untuk melindungi kebahagiaan milik ibunya. Tanpa dirinya duga jika dia sudah melukai seseorang pula. Padahal Reo tidak berniat seperti itu, dia juga sudah berusaha untuk memperlakukan adik tirinya dengan baik. Hanya saja, Hayat tidak menerima kehadirannya. Itu sebabnya kenapa Reo pun tidak bisa memiliki hubungan yang baik dengannya.

"Kalian ke sekolah bareng-bareng ya, Hayat juga harus memperlakukan Reo seperti kakakmu sendiri. Kau jangan egois di sini," kata Kilan memperingati Hayat lagi.

Dia sudah tahu bahwa Hayat tidak menyukai Reo, terlihat jelas bagaimana Hayat menatap Reo dengan sinis. Dia juga tidak pernah mau makan masakan yang dibuat oleh Tanti. Untuk saat ini Kilan bisa saja sabar, tapi entah dengan kedepannya akan jadi seperti apa.

Kemudian tanpa menjawab perkataan dari ayahnya, Hayat langsung saja masuk ke dalam mobil. Dia sudah terlalu muak jika harus menanggapinya. Padahal ayahnya yang egois, pria baya itu yang sesuka hatinya saja. Bahkan tanpa meminta persetujuan dari Hayat jika berkeinginan untuk menikah.

"Reo tolong ya kau maklumi dulu Hayat itu, ayah bakalan berusaha buat dia paham. Dan nggak semena-mena sama kamu," ucap Kilan mengelus pundak Reo dengan sangat lembut.

"Aku enggak kenapa-kenapa kok, ayah jangan khawatir. Lagian Hayat juga nggak ngelakuin hal jahat, wajar kalau dia kayak gini. Dia masih belum terbiasa, apalagi kan ibunya belum lama meninggal," tuturnya yang sangat memahami keadaan Hayat saat ini.

Ini alasan kenapa Kilan menyayangi Reo, seandainya waktu itu dia bisa menikah dengan Tanti. Sudah dipastikan bahwa Reo merupakan putra kandungnya.

"Jangan buat masalah di sekolah ya sayang," ucap Tanti yang melambaikan tangannya dari ambang pintu.

Sudah lama sekali Reo tidak melihat ibunya tersenyum secerah itu, senyuman yang pernah hilang. Kini dapat terukir kembali, itu juga karena seseorang yang dicintai oleh ibunya. Yang saat ini menjadi ayah tiri baginya.

Reo tidak akan kenapa-kenapa, dia yakin semuanya akan baik-baik saja. Selagi ibunya pun bisa bahagia, Reo akan melakukan apa saja untuk mempertahankan semua itu.

"Senang ya jadi orang kaya, dulu juga kau serba kekurangan. Tinggal mu aja di flat sempit gitu," ucap Hayat dengan sinis.

"Aku memang harus bersyukur kan? Semuanya udah jauh lebih enak dari dulu."

Perkataan Reo itu masih saja terdengar menjengkelkan bagi Hayat. Dia juga sebenarnya sudah sangat kesal, hanya saja Hayat tidak bisa menahan ucapannya sendiri. Pasti ada saja kalimat-kalimat yang terucapkan dengan mudah.

Namun, Reo justru tidak menanggapinya dengan serius. Reo hanya terus tersenyum saat Hayat mengatakan beberapa hal dengan sinis.

"Awas aja kalau kau malah jadi kebanggaan ayah, kau itu bukan siapa-siapa. Ayahku adalah milikku."

࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇


Menjadi ketua OSIS tidak sepenuhnya menyenangkan, Reo yang bisa di bilang kutu buku itu. Merasa bahwa waktunya dihabiskan untuk beberapa kegiatan dari organisasi di sekolahnya, bahkan dia juga sering rapat hanya karena masalah-masalah yang dibuat oleh siswa-siswi di sekolahnya.

Apa hal seperti itu perlu? Reo tidak ingin mencalonkan dirinya sebagai ketua OSIS. Tapi teman-teman sekelasnya memaksanya. Itu sebabnya kenapa Reo bisa menjadi ketua OSIS di tahun keduanya. Sebelumnya dia hanya menjadi sekretaris osis saja, itu juga karena dia dipaksa.

Reo selalu dipaksa oleh banyak hal, bahkan ketika dia tidak suka. Ada saja yang membuatnya terpaksa untuk melakukannya.

"Kurang tidur kau? Memangnya apa aja sih kerjaan osis tuh. Kau sampai jadi kayak zombie gini," ucap Yamanaka padahal dirinya sendiri pun wakil ketua OSIS.

"Kau bercanda ya? Pertanyaanmu itu bisa kau jawab sendiri," sahut Reo sambil mendorong Yamanaka untuk menjauh. Karena wajah anak itu terlalu dekat dengannya. "Hari ini ada jam kosong, jadi biarin aku tidur dulu."

Bagaimana lagi, Reo memang sudah bekerja keras dari kemarin. Dia mengikuti rapat OSIS, mendapatkan tugas untuk mencatat murid-murid yang terlambat. Dan menghukum mereka yang melanggar aturan sekolah, menyebalkan sekali. Reo sampai menghabiskan waktunya untuk hal seperti itu.

Padahal hal itu pun bukan sesuai dengan keinginannya, dia hanya ingin ketenangan. Bisa belajar dengan damai, dan membuat waktunya tidak sia-sia.

"Kau ini jadi ketua OSIS keren tahu, kau enggak tahu ya anak kelas satu semuanya jadi penggemarmu lho," sambung Aya yang ikut dalam pembicaraan keduanya.

Aya merupakan sekretaris osis, dia gadis cantik yang ceria. Aya juga mudah bergaul dengan siapa saja, dia bisa mengerjakan tugasnya sebagai seorang sekretaris dengan baik. Seharusnya dia saja yang menjadi ketua OSIS, bukan Reo yang dari awal sudah tidak niat.

"Menurutmu keren, sedangkan menurutku itu menyiksa," sahut Reo yang kembali membaringkan kepalanya di atas tasnya, yang dijadikan bantal itu.

Di sini Reo sudah paling jujur, dia tidak berbohong sama sekali. Menjadi ketua OSIS tidak menyenangkan, apa untungnya menjadi populer, jika dirinya bisa tersiksa. Orang-orang kan hanya tahu betapa kerennya Reo, mereka tidak tahu kenyataannya saja.

"Oh iya Reo, kemarin aku ngebuat Hayat marah. Aku nggak sengaja ngebahas tentang kau. Dia marah dan bilang kalau kau bukan siapa-siapa, maaf ya aku malah ngebuat masalah gitu," ucap Yamanaka setelah Aya pergi beberapa saat yang lalu.

Reo kemudian menatap Yamanaka sambil tersenyum, dia tidak bisa menyalahkan Yamanaka. Bagaimanapun temannya itu tidak bersalah, dia juga selalu menjaga perasaannya. Dan tidak mengatakan banyak hal pada orang-orang disekitarnya, tentang apa yang sudah terjadi.

"Kau tahu sendiri, Hayat dari awal memang udah benci sama aku."

"Reo maaf ya, padahal aku tahu. Tapi aku malah kayak sengaja gitu ngomongnya," lirih Yamanaka merasa sangat bersalah pada Reo.

Namun, Reo tidak akan semudah itu menyalahkan Yamanaka. Satu-satunya orang yang dipercayainya untuk mendengarkan ceritanya itu hanya Yamanaka. Dia seseorang yang mau mendengarkan banyak hal tentang apa yang sudah terjadi.

"Jangan ngerasa bersalah lagi, yang terpenting kau jangan kasih tahu kalau kehidupanku seburuk itu. Aku udah hancur berantakan, aku bertahan juga karena ibuku," tuturnya yang memasang ekspresi wajah menyedihkannya.

Yamanaka langsung saja menepuk pundak Reo dengan kuat. Dia paling tidak suka jika Reo mengatakan hal seperti itu. Dia seharusnya bertahan untuk dirinya sendiri, bertahan demi masa depan dan bertahan  untuk kebahagiaannya.

Setelah mengetahui bahwa Hayat membenci Reo yang seharusnya diperlukan baik olehnya. Membuat Yamanaka merasa kesal juga, dia tidak perlu seperti itu. Karena Reo pun tidak melakukan kesalahan sama sekali.

"Lanjutkan tidurmu ya, aku ada janji sama Firhan."

Untuk tetap baik-baik saja nyatanya sulit, Reo tidak pernah membayangkan jika hidupnya akan seperti ini. Namun, dia yakin. Jika dia bertahan sedikit lebih lama lagi, hal-hal yang menyakitkan pasti akan berakhir juga.

✧ ▬▭▬ ▬▭▬ ✦✧✦ ▬▭▬ ▬▭▬ ✧

TBC
Aku tidak bisa menyerah sama tulisanku sendiri. Maka aku akan tetap menulis, walaupun pembacaku sedikit.

Maaf Karena Membuatmu Merasa Diabaikan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang