sembilan : tengah malam

85 5 0
                                    

Cherly terbangun akibat sentuhan seseorang dibahunya.

Matanya menyipit melihat jam digital di meja. Kemudian memeriksa siapa yang membangunkan tidur nyenyaknya di tengah malam.

"Ada apa Om?"

Posisi membelakangi kini terlentang di sebelah Argio yang masih memainkan jarinya dibahu Cherly.

Argio tidak menjawab, pria itu merubah posisi menjadi di atas tubuh Cherly.

Kedua tangan kekarnya ditaruh di sisi kepala Cherly hingga terlihat mengukung.

"Om kenapa?"

Cherly ingin memeriksa suhu tubuh Argio di pelipis, namun tangannya segera ditangkap dan diarahkan ke leher pria itu.

"Om?"

Cherly menelan salivanya di tengah malam melihat tatapan merah efek demam yang dimiliki Argio.

Bola mata Cherly berusaha semaksimal mungkin tidak berontak ke Argio, tapi sayangnya posisi saat ini membuatnya tidak bisa beralih ke objek lain selain Argio.

"Ini Om Gio kan?"

"Ini saya," jawabnya dalam dan berat di depan Cherly.

Cherly menunduk meremas kaos Argio.

Ibu jari Argio bergerak mengelus halus pipi Cherly lalu turun ke permukaan bibir lembut Cherly.

Otomatis Cherly menatap jari dan Argio bergantian. Tangannya semakin meremas kaos Argio ketika jempolnya masuk ke belahan bibirnya yang terbuka sedikit.

Jakun Argio naik turun saat merasakan hangatnya mulut dan sapuan lidah Cherly pertama kali.

"Kulum."

Tangan dibahu Argio turun ke leher pria itu. Merasakan jakun Argio bergerak mengikuti sang pemilik.

Tatapan Cherly berubah sayu saat merasakan sesuatu yang seharusnya tidak hadir ditubuhnya.

Seharusnya Cherly mendorong jauh Argio dari posisinya saat ini bukan meremas rambut dan menyentuh jakun Argio sesuai instingnya.

Bahkan Cherly harus melilitkan kakinya kuat ketika merasakan hal aneh dibagian bawahnya.

"Eumh.."

Cherly memejamkan matanya sejenak.

Plop.

Argio bisa melihat kilatan dan benang saliva dijarinya. Sampai terjatuh ke dagu dan leher Cherly.

"Ouch!"

Cherly menggigit bibirnya saat lidah panas Argio menyapu leher dan dagunya.

Jemari kakinya menekuk ketika bibir Argio menyapa telinga dan tengkuknya.

"Om Gio!"

Argio melepaskan bajunya dan piyama kemeja Cherly tanpa izin. Tersisa tank top yang tidak mampu menutupi belahan dada Cherly.

Cherly menatap lurus pahatan indah dibadan Argio.

"Peluk saya."

Cherly menatap bingung Argio.

"Om?"

Seharusnya Cherly dan Argio melakukan sesuatu melebihi pelukan, tapi kenapa pria itu memeluk tubuhnya erat dan menenggelamkan wajah dilehernya.

"Saya butuh suhu badan kamu."

Hanya butuh suhu badan tapi kenapa harus ada sesi kulum jari dan menyentuh lehernya?

Kenapa tidak meminta dari awal tanpa harus melakukan adegan panas yang menghilangkan akal sehat Cherly?

"Om Gio."

Apakah Argio tidak tahu jika ada setitik kecewa di Cherly saat Argio menerbangkan lalu menjatuhkannya malam ini?

"Kalo cuma butuh itu kenapa harus sampai kayak tadi?"

Cherly menggeleng.

Bukan salah Argio, tapi salah diri sendiri karena menaruh harapan yang tidak seharusnya dilakukan bersama Argio.

"Om Gio cepat sembuh ya."

Cherly memeluk Argio. Berusaha melupakan sesuatu yang tidak seharusnya terjadi antaranya dan Argio.

"Cherly sayang Om Gio."

...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang