11 ngambek

20.5K 977 15
                                    

mentari menerobos masuk lewat fertilisasi udara, kini pemuda yang bernama gevano perlahan membuka matanya karena merasa terganggu dengan sinar matahari.

dia perlahan bangkit dari ranjang tapi tidak bisa karena bagian belakangnya terasa sangat sakit dan berat.

"kenapa sangat sakit sekali.... tunggu ini dimana? kamar Seno tidak seperti ini" ucapnya karena merasa asing dengan ruangan yang dia tempati.

dia melihat sekeliling kamar, desainnya yang bagus tapi kenapa selalu berwarna hitam?

dia mencoba mengingat kejadian semalam yang membuat dirinya harus berada disini.

1 menit...

















































2 menit....


















































3 menit...



















































4 menit...















































5 menit...

















































"SEMALAM AKU HABIS BERHUBUNGAN DENGANNYA?!" ucapnya sambil berteriak.

dia lantas menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan betapa terkejutnya dia ketika mendapati dirinya yang tidak mengenakan sehelai benang pun.

"ouh aku sangat malu hiks... Kalingga sialan awas saja kau aku tidak mau berbicara denganmu lagi!" monolognya lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dengan posisi badan yang tengkurap.

"huwee.. mama hiks aku tidak mau berteman dengannya lagi hiks... sakit eunggh hiks..."

ceklek.

suara pintu terbuka yang pelakunya tidak lain adalah Kalingga dia keluar dengan hanya memakai handuk yang menutupi area privasinya, dia keluar lalu menatap gumpalan selimut itu dengan raut muka kebingungan karena dia mendengar Isak tangis seseorang.

dia langsung menghampiri gevano lalu menyibak selimut itu dan terpampanglah wajah bersemu gevano dengan mata sembab jangan lupakan ingusnya yang turun menambah kesan imut bagi kelingga.

"hei kenapa menangis hm? kau mau sesuatu katakan saja" ucap kalingga yang merasa iba dengan gevano.

"tidak! pergi saja kamu aku tidak mau berbicara denganmu lagi!"

"jangan seperti ini apa kau mau lolipop atau mau es krim aku belikan apapun itu" ucap Kalingga membujuk gevano yang sedang marah padanya. dia sedikit panik mendengar gevano tidak mau berbicara dengannya.

"aku mau mandi eum... g-gendong aku" ucapnya dengan malu, pria itu terkekeh "baiklah kemari aku gendong" ucapnya sambil menggendong tubuh ringkas gevano.

dia menggendong gevano ala bridal style membawanya ke kamar mandi setelah sampai di depan pintu kamar mandi kalingga langsung menurunkan tubuh gevano dan detik itu juga pintu tertutup dengan keras.

brrakkk..

"apa aku terlalu bersemangat semalam? kelihatannya dia sangat marah" ucapnya lalu menghela napas panjang dan menggunakan baju karena dia masih menggunakan handuk.

"HEI BAJUKU DIMANA?"

Kalingga yang mendengar teriakan gevano langsung terlonjak, sungguh telinganya terasa sangat sakit. kenapa teriakannya beda dengan yang tadi malam? mengingat kejadian itu membuat dirinya tersenyum sendiri.

"HEI AKU SEDANG BERBICARA DENGANMU TAHU"

"AH IYA SEBENTAR BUNA JANGAN BERTERIAK" ucapnya yang tanpa sadar juga ikut berteriak.

sedangkan didalam kamar mandi gevano tampak bersemu mendengar kata buna dari mulut Kalingga, ya walaupun dia sering mendengar itu tapi kalau ada naren saja bukan tapi disini tidak ada anak itu.

"apa apaan dia itu huh dasar nyebelin!" dengusnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

ceklek.

Kalingga yang baru saja membuka kamar mandi langsung disuguhi pemandangan didepannya yang membuat hormon dia kembali naik.

'shit apa aku harus melakukannya lagi? tapi dia terbangun'

"apa yang kau lihat!?" ucapnya karena dia tahu kemana arah pandangan Kalingga menatapnya.

suara cempreng gevano kembali membuyarkan pikiran kotornya "i-ini bajumu" ucapnya sambil memberikan baju kepada gevano.

dirinya akan menggendong gevano kembali tapi pemuda itu langsung menepis tangan kekar itu dari tubuhnya.

"jangan pegang, aku masih marah dengan kamu!"

dia keluar dari kamar kalingga menuju ke kamar milik naren walaupun dia sedikit kesusahan berjalan karena bagian bawahnya terasa sangat nyeri.

dia masuk kedalam dan mendapati naren yang masih tertidur pulas dengan bibir yang sedikit terbuka.

"lucu sekali kau jangan seperti Dady mu yang nakal sama buna ya" ucapnya sambil mengelus surai naren.

"eunggh.." lenguh anak itu yang perlahan membuka matanya lalu menatap bunanya yang sedang menatapnya "sudah bangun? sekarang mandi terus berangkat sekolah, okey" ucapnya, naren mengangguk.

-
-
-
-
-

"buna tenapa nda mam?"

"buna tidak lapar sayang kamu makan saja ya nanti buna pasti makan kalau sudah lapar"

"otey buna" ucap naren sambil tersenyum lebar membuat gevano gemas dengan anak itu.

chup

"makan yang banyak lalu berangkat sekolah"

terlepas dari itu ternyata Kalingga menatap interaksi mereka berdua dengan wajah yang masam, apa dia harus menjadi naren dulu supaya bisa dicium oleh gevano?

"Dady tenapa?"

"tidak cepat selesaikan makanmu naren ini sudah siang kau tidak mau terlambat bukan" ucapnya naren langsung mengangguk patuh.

gevano berjalan meninggalkan mereka berdua yang sedang sarapan, dia menuju ke kamar naren untuk membersihkan kamar itu.

sebenarnya ada pembantu lainnya tapi dirinya ingin membersihkan saja, lagipula dia merasa bosan kalau hanya berdiam diri dirumah yang  besar ini.











































TBC.

cuma mau bilang kalau di book ini gak bakal ada konflik jadi bagi kalian yang menyukai konflik mending berhenti aja dari sekarang... takut mengecewakan😌😉

𝐎𝐌 𝐃𝐔𝐃𝐀 𝐀𝐍𝐀𝐊 𝐒𝐀𝐓𝐔 (ʙʟ) ||EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang