Tak lama kemudian, Haruto mulai membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat seolah belum siap untuk kembali menghadapi dunia. Cahaya matahari yang menyelinap di antara pepohonan menyilaukan pandangannya sejenak, membuatnya mengernyit. Ia mengangkat tubuhnya perlahan, merasakan nyeri di setiap otot yang seolah berteriak minta istirahat lebih lama.
"Ugh... aduh duh ... berapa lama aku tertidur...?" Haruto bergumam dengan suara serak. Ia meraba bagian dadanya yang masih terasa nyeri meski tidak separah sebelumnya. Perlahan, ia mulai bangkit, meski tubuhnya masih terasa lemah dan berat.
Ia menoleh ke kanan, memeriksa sekelilingnya dengan waspada. Pohon-pohon raksasa dan semak-semak lebat yang sama masih menyelimutinya, memberikan sedikit rasa aman namun juga isolasi. Ia kemudian menoleh ke kiri, memastikan bahwa tidak ada ancaman yang mendekat. Semuanya terlihat tenang, namun ada sesuatu yang membuat Haruto merasa tidak nyaman. Seolah-olah ada sesuatu yang hilang—atau mungkin, sesuatu yang belum ia sadari.
"Aku masih di sini..." Haruto menghela napas lega, tapi kewaspadaan tetap ada di benaknya. Ingatan tentang pertarungannya dengan Fenrir perlahan kembali, mengingatkannya bahwa ia tidak bisa lengah lagi. Hanya sedikit melonggarkan pertahanannya, dan nyawanya hampir direnggut.
Setelah memastikan tidak ada ancaman langsung di sekitarnya, Haruto kembali duduk dengan punggung bersandar pada pohon terdekat. Ia masih merasa lemah, tapi setidaknya ia tidak dalam bahaya langsung. Ia menatap langit yang tampak samar di atas, di antara celah dedaunan yang rindang. Meskipun tempat ini terasa damai, Haruto tahu bahwa ia tidak bisa terus beristirahat. Setiap detik berharga, dan dia harus melanjutkan perjalanannya.
"Jadi... apa langkah selanjutnya?" gumam Haruto, merenungi situasinya. Ia tahu satu hal: dirinya harus menjadi lebih kuat, lebih cepat dari sebelumnya. Fenrir hanya salah satu dari banyak rintangan yang menantinya, dan jika ia tidak terus berkembang, hidupnya akan berakhir di tempat seperti ini—terlupakan di hutan yang sepi.
"Yosh, lebih baik aku lanjut saja dan sampai ke tempat itu secepat mungkin ..." ucap Haruto sambil berdiri dengan perlahan dan melanjutkan perjalanan jauhnya.
Haruto melanjutkan perjalanannya dengan langkah mantap, menyusuri hutan yang seolah tiada habisnya. Meski pertempuran sengit dengan Fenrir tadi masih membekas, ia tetap fokus pada tujuannya: kembali ke kastil. Selama perjalanan, ia berhadapan dengan berbagai monster kecil dan menengah yang muncul di hadapannya—tidak ada yang terlalu berbahaya, hanya gangguan biasa yang dengan mudah ia singkirkan.
"Aku tidak mengerti...," gumam Haruto sambil menyeka keringat di dahinya. "Sejauh ini, aku hanya bertarung dengan monster-monster lemah, lalu tiba-tiba Fenrir muncul begitu saja. Tidak masuk akal."
["Sepertinya ini bukan sekadar kebetulan semata. Sesuatu atau seseorang mungkin telah mengatur ini, memastikan kamu bertemu dengan Fenrir,"]
"Ya, pasti ada seseorang di balik ini," Haruto bergumam, matanya menyipit saat ia mulai menyusun kepingan-kepingan peristiwa yang baru saja terjadi. "Noir... Dia pasti merencanakan semuanya. Dari awal, dia tahu bahwa aku akan berakhir di sini, berhadapan dengan Fenrir. Seakan-akan ini semua bagian dari permainannya." Haruto mengepalkan tangannya, merasakan frustrasi yang menggelegak dalam dirinya.
Namun, ia juga menyadari satu hal—meskipun Noir mungkin telah mengatur pertemuan itu, Haruto berhasil bertahan. Ia telah mengembangkan keterampilannya dan mendapatkan kekuatan baru dari pertempuran tersebut. Noir mungkin mencoba menguji atau bahkan menjebaknya, tapi Haruto tidak akan membiarkan usahanya sia-sia.
"Tch, dasar si Noir itu," gerutunya, sambil terus melangkah. "Kalau ini memang rencananya, aku akan menunjukkan bahwa aku bisa melampaui ekspektasinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive in Second Life : RE
FantasyBercerita tentang anak SMA biasa bernama Takumu Hiyoshi yang di reinkarnasikan sebagai World Order yang baru. Demi menjaga tatanan di sana, Takumu menyembunyikan identitasnya dengan Bereinkarnasi kembali menjadi anak dari kepala desa di wilayah Nord...