chapter 十三

111 18 3
                                    

HAPPY READING

13






Mereka benar-benar pisah kamar dan sejujurnya Felix sedikit kecewa dengan itu.

Setelah beberapa hari di rumah sakit, Felix akhirnya diperbolehkan pulang oleh Dokter Eunwoo. Pada awalnya Minho ingin langsung membawa Felix ke apartmentnya guna menyuruh laki-laki manis itu lanjut beristirahat. Tapi Felix dan kebosanannya berhasil mengacaukan rencana itu, ia dengan semangat meminta Minho untuk membawanya pergi berbelanja. Felix bahkan sempat meracau karena Minho Edevane yang notabenenya keras kepala itu tetap kukuh pada keinginannya.

Namun bukan Felix namanya kalau menyerah di detik pertama. Dengan alasan bahwa semua barang miliknya tertinggal di rumah sewa milik Wooyoung dan ia butuh beberapa pakaian ganti, Felix akhirnya berhasil menyeret Minho ke tempat yang ia inginkan.

Dan disinilah Felix berakhir sekarang; berdiri di depan cermin, di salah satu kamar yang ada di unit apartment Minho lebih tepatnya. Ia kini menempati kamar yang biasa di tempati oleh Mingi, ruangannya rapih—sangat rapih bahkan, bila dibandingkan dengan kamar Minho yang sempat ia intip sebelumnya.

"Tipis banget sialan, padahal niatnya tidak mau pakai underwear. Jadi harus pakai deh." Lirih Felix ketika melihat pantulan dirinya di cermin dengan piyama berwarna krem melekat di tubuhnya. Jangan tanya siapa yang memasukkan piyama itu ke keranjang belanjanya tadi, oknumnya sudah pasti pria dewasa kekasihnya, yang kini entah dimana.

"Minho pasti sengaja." Monolognya lagi seraya menggerakkan pundaknya, melihat sisi kanan dan kiri tubuhnya di cermin. Licik sekali pria itu.

"Sayang ~~"

Tone suaranya sangat seduktif.

Felix melotot dan sontak mematung ketika mendengar pintu di belakangnya terbuka. Sial, waktunya tidak tepat.

"Berhenti disana!"

Pria yang tak lain memang Minho itu tak mengindahkan perintahnya, ia justru menyeringai samar ketika melihat Felix yang masih berdiri di depan cermin tak berniat sedikitpun untuk memutar menghadapnya. "Kenapa?"

Minho lanjut berjalan sedangkan yang di tuju hanya diam di tempat. Laki-laki manis itu mendadak panik di dekati olehnya, Minho cukup tahu hanya dari gerakan mata Felix yang terlihat di cermin.

Minho tersenyum jahil. "Kamu sudah mencobanya. Bagaimana, suka?"

"Minhooo ~~" Rengeknya.

"Piyamanya bagus, ya." Bisik Minho tepat ketika tubuhnya berada di belakang Felix.

Laki-laki manis itu sedikit meremang ketika merasakan napas Minho menerpa permukaan kulitnya, belum lagi bisikan seduktif yang Minho berikan berhasil membuat jantungnya mulai berdebar. Semoga saja Minho tidak sedang menyusun rencana untuk menjebaknya malam ini. Pasalnya piyama berwarna krem yang terlalu tipis itu benar-benar kontras dengan warna pakaian dalamnya.

Lagipula kalau memang ingin melakukan sesuatu Felix rasa Minho cukup mengatakannya secara terang-terangan, Felix yang hidupnya terlalu frontal justru tidak bisa menangani kode-kode nakal seperti ini.

"Pilihanku memang tidak pernah salah." Minho kemudian memutar tubuh Felix tepat menghadapnya, menatap laki-laki manis yang masih tahan dengan posisi kedua tangan menyilang di selangkangannya dengan sorot mata yang tak bisa dinalar. Sungguh, tatapan mata Minho sangat sukses dalam menghancurkan pertahanan Felix kali ini. Pria itu bahkan sudah berhasil menggodanya tanpa berbuat apa-apa.

Beyond EvilWhere stories live. Discover now