Part 2

1.1K 173 17
                                    

Indah baru saja menginjakkan kaki di unit apatemen miliknya setelah beberapa kegiatan di JKT48 yang melelahkan. Menatap ke arah jam yang berada di nakas sebelah kasur yang menunjukkan pukul dua belas malam.

Menghela napas perlahan, kemudian meletakkan tasnya di atas kursi belajar lalu mengambil bathrobe yang tergantung dan mulai berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hampir tiga puluh menit berada di kamar mandi untuk memberisihkan sekaligus merilekskan diri, akhirnya gadis asal Jambi itu keluar dari sana dan mulai memakai pakaiannya.

Baru saja ingin melangkahkan kaki ke arah kasur, tiba-tiba dering ponselnya berhasil mengalihkan niat gadis cantik itu. Dengan setengah malas, Indah bergerak mengambil benda pipih yang masih berada di dalam tas.

Matanya terbelalak saat melihat nama Oniel di layar ponsel, sebagai penelepon.

Takut terjadi apa-apa dengan gadis itu, karena tak biasanya sang senior menghubunginya tengah malam begini, jadi dengan segera Indah mengangkat panggilan tersebut.

"Halo kak Oniel," sapanya sembari melangkahkan kaki ke arah kasur untuk mengistirahatkan dirinya.

Tak ada sahutan dari seberang semakin membuat Indah berpikiran macam-macam, "kak Oniel, kamu kenapa?" tanyanya lagi, kali ini sarat akan kekhawatiran.

Terdengar helaan napas dari arah seberang yang membuat Indah mengerutkan dahiny, bingung.

"Indah," panggil Oniel dengan suara pelan, "bisa keluar bentar gak?"

Kerutan di dahi Indah makin terlihat, keluar? Maksudnya apa?

"Keluar kemana kak Oniel?" Tanya gadis cantik itu masih dengan kerutan di dahinya.

"Keluar unit apartemen kamu," jawabnya pelan, ada jeda beberapa detik sebelum akhirnya melanjutkan, "aku sekarang lagi di depan pintu apart kamu."

Dan jawaban dari Oniel itu berhasil membuat Indah membelakakkan matanya, "hah? di depan apart aku?" tanyanya dengan nada tak percaya.

Namun dengan cepat, Indah melangkahkan kaki ke arah pintu unit apartemen miliknya dan ternyata benar, saat dia melihat dari bel pintu kamera, ada Oniel yang sedang berdiri dengan wajah lelahnya.

Maka dengan segera, Indah membuka pintu unit apartemennya dan terlihatlah gadis yang berstatus sebagai seniornya di JKT48 itu sedang tersenyum tipis yang bahkan tak menutupi wajah lelahnya sama sekali.

"Kak Oniel, astaga!" ucapnya sembari menyuruh gadis manis itu untuk masuk, "kok ke sini gak bilang-bilang sih?" tanya Indah dengan dahi yang masih berkerut. Otaknya masih memproses semua kejadian ini.

Oniel tak menjawab, memilih untuk menurut pada Indah dengan masuk ke dalam apartemen dan mematikan panggilan teleponnya.

"Duduk kak," ucap Indah sembari memindahkan tasnya yang masih berada di kursi belajar ke atas meja.

Sementara Oniel mengangguk pelan dan mulai mendudukkan dirinya di kursi belajar milik gadis cantik itu.

"Oke, sekarang kasih tau aku, kenapa kak Oniel bisa ada di depan kamar apartemen aku, malam-malam begini?" Tanya Indah sembari menatap intens ke arah Oniel.

"Aku bingung mau mulai darimana tapi," ada jeda di sana, "aku mau minta maaf sama kamu dan meluruskan kesalahpahaman yang terjadi antar kita karena omonganku beberapa waktu lalu," lanjutnya dengan tatapan yang juga tertuju ke arah Indah.

Dahi Indah sedikit berkerut, masih belum menyadari maksud dari ucapan sang senior, "maksudnya?"

"Soal kapal Ondah," jawabnya cepat yang berhasil membuat kerutan di dahi Indah hilang dan berganti dengan anggukan mengerti, "aku mau minta maaf kalo ada ucapanku yang salah dan bikin kamu, Atin juga Marsha jadi agak jaga jarak sama aku."

Indah menghela napasnya sebentar kemudian tersenyum tipis, "maaf ya kak, kalo aku kesannya kayak jaga jarak," balasnya pelan, "aku cuma takut kak Oniel risih kalo aku tetep kayak biasa."

"Enggak, aku sama sekali gak keberatan, kalo kamu kayak biasa," jawab Oniel dengan gelengan kepalanya, "bahkan aku ke sini biar kamu bersikap biasa lagi ke aku, Indah."

"Aku gak mau bikin fans makin mikir yang enggak-enggak soal kita kak," jawab Indah sembari menatap ke arah Oniel, "aku juga udah mikirin buat gak terlalu gimana lagi soal gimik kapal Ond—"

"Kenapa?" Tanya Oniel cepat, bahkan sebelum ucapan Indah selesai dengan sempurna, "kenapa kamu gak mau gimik kapal sama aku lagi?" Tanyanya lagi dengan nada yang sedikit menuntut.

"Bukan gak mau kak Oniel, tapi mengurangi," balas Indah dengan nada tenangnya.

Oniel mendelik tak suka, "ya kenapa dikurangin?" Tanyanya lagi dengan nada yang masih sama.

"Ya kan kamu sendiri yang bilang buat gak terlalu berlebihan," balas Indah bingung, kenapa Oniel terlihat lebih emosional daripada biasanya.

Karena Oniel yang Indah kenal, jarang sekali memperlihatkan emosinya, cenderung santai dan lebih sering memendam perasaan.

"Aku cuma bilang, gak terlalu nyaman kalo ada yang jadiin aku cowok, bapak atau suami karena mau gimana pun, aku ini tetep cewek," jelas Oniel dengan nada yang masih menyiratkan emosi, "bukan mempermasalahkan gimik kapalnya sendiri."

Indah menghela napas, "iya aku ngerti, tapi kan bisa sampe ada panggilan itu karena kamu dikapalinnya sama aku," balasnya dengan nada yang jauh lebih tenang, "artinya aku ada andil buat panggilan itu yang akhirnya buat kamu gak nyaman."

"Indah dengerin aku ya, aku gak pernah mempermasalahkan gimik kapal Ondah itu, gak sama sekali," balas Oniel dengan nada suara yang mulai diturunkan, "yang aku permasalahin adalah kenapa aku harus dirubah jadi cowok? padahal kan aku cewek," jelasnya dengan tatapan intens ke arah Indah.

Ada jeda sebentar diantara keduanya, tak ada yang bersuara hingga akhirnya Indah berkata, "maafin aku ya kak Oniel."

Oniel menggeleng, "aku yang harusnya minta maaf karena udah bikin kamu salah paham dan ngejauh, maafin aku ya Indah," ucapnya dengan tangan yang mulai menggenggam jemari Indah, "jadi udah baikan nih?"

"Iya udah baikan," balas Indah sembari terkekeh, apalagi saat melihat Oniel yang sudah tersenyum lebar.

"Oke, jangan ngejauh lagi ya, aku beneran ngerasa gak nyaman karena hubungan kita yang udah deket, malah jadi berjarak," ucap Oniel yang diangguki oleh Indah, "yaudah kalo gitu aku pulang deh ya, karena kesalahpahaman kita kan udah beres."

Baru saja Oniel mau beranjak dari kursi, tiba-tiba tangan Indah menahan pergerakannya, "nginep di sini aja, udah malam banget, aku gak izinin kak Oniel buat pulang."

Singkat, padat dan bikin Oniel salting.

Tapi, mana mungkin Oniel langsung menerima tawaran Indah dengan cuma-cuma walaupun aslinya, gadis bergigi kelinci itu ingin langsung menganggukkan kepala.

Tapi, gengsi lah.

"Gak lah, aku gak enak kalo nginep," balas Oniel dengan hati yang berharap jika Indah akan memaksanya untuk tetap tinggal.

Sementara Indah langsung memasang ekspresi tak suka, "apaan sih, kayak sama siapa aja gak enak. udah kamu di sini aja nginep," ucapnya sembari menuntun Oniel untuk kembali duduk di kursi.

"Tapi aku gak bawa baju—" belum selesai Oniel bicara, Indah sudah meletakkan jari telunjuk di bibir gadis keturunan Jawa itu.

"Sssttt," desisnya dengan tatapan intens ke mata Oniel, "baju aku banyak, jadi sekarang kamu bersih-bersih, aku siapin baju buat kamu dan tenang aja, baju dalamnya, masih baru, belum pernah aku pake."

Baru saja Oniel ingin menjawab lagi, namun tubuhnya sudah didorong perlahan ke kamar mandi, tak lupa mengambil handuk baru dari dalam lemarinya, "dah sana mandi, bersih-bersih. aku mau siapin baju tidur kamu dulu."

Oniel akhirnya menurut yang membuat senyum di wajah Indah melebar, padahal tanpa gadis itu ketahui jika senyum di wajah Oniel juga tak kalah lebarnya.

Haduh, dasar remaja kasmaran.

***

Makasih udah mau baca.

Jangan lupa support dengan cara vote dan komen yaa, bisa juga lewat saweria yang ada di bio aku, terimakasih!

See u di chapter berikutnya.

Story Of OndahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang