For you, I would

9 1 0
                                    

You can read this oneshot with Love Story by Indila-Penguin Piano Version

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can read this oneshot with Love Story by Indila-Penguin Piano Version

Warning, Kiss!

•••

"If you fall in love with their soul before you touch their skin, it's true love."

•••

Pesta dansa kekaisaran pada musim dingin kali ini kembali diselenggarakan. Gerbang-gerbang besar dengan sulur rumit yang selalu tertutup mulai dibuka oleh para penjaga. Beberapa pengawal berbadan besar dengan atribut lengkap tampak berjaga di setiap sudut istana. Wajah mereka menekuk serius, seakan bagian dari instruksi kekaisaran yang harus dijalani.

Butiran-butiran salju halus memenuhi seluruh halaman istana. Semua orang datang berbondong-bondong dengan pakaian terbaik mereka. Pesta dansa kali ini berbeda dari pesta dansa pada musim semi lalu, semua orang dari berbagai kalangan diperbolehkan hadir. Bangsawan, ksatria, tuan tanah, pengawal, pelayan, hingga rakyat jelata tampak sesak memadati seisi ballroom istana yang luas.

Para bangsawan, ksatria, dan tuan tanah yang kaya raya sibuk merapikan pakaian mereka, menepuk-nepuk pelan mantel mereka yang sebagian kecilnya terkena lelehan salju. Sedang pelayan dan rakyat jelata terlalu sibuk mengagumi keindahan istana, berdecak kagum tanpa memedulikan pakaian mereka yang hampir seluruhnya basah akibat lelehan salju.

Musik klasik diputar setelahnya, bersamaan dengan ditutupnya pintu-pintu ballroom yang megah. Seisi ruangan mulai menggerakkan tubuh mereka, menari-nari pelan di atas karpet lantai yang indah. Pada malam ini, semuanya berbaur dengan acak, melupakan segala stratifikasi sosial yang selama ini membelenggu mereka.

Para bangsawan bergerak lincah ke sana ke mari, berdansa indah dengan rakyat biasa yang menari dengan patah-patah. Sebagian dari mereka akan membimbing, namun sebagian lain justru pergi dan mencari pasangan lain. Sebagian rakyat jelata cenderung hanya diammenunggu ada yang menariknya berdansa, entah itu bangsawan atau ksatria. Maklum, kalangan mereka memang tidak pernah diajarkan teknik berdansa sebagaimana para bangsawan yang bahkan mendapatkan kelas khusus hingga latihan dansa secara rutin di berbagai acara.

Begitu juga Rosaline, gadis muda dari kota pegunungan bagian barat kekaisaran yang tidak pernah keluar dari wilayahnya hanya terdiam menggugu di pojok ruangan. Tangannya sibuk memilin ujung gaunnya yang semakin kusut, tatanan rambutnya sudah terlepas, membiarkan helaian rambutnya jatuh hingga sebatas pinggangnya.

Badannya menunduk sedikit, memperbaiki tali sepatu yang turun dari tumitnya, ia bahkan harus menarik tali-tali itu untuk mengikatnya di sepanjang betisnya. Namun, sebuah tangan laki-laki dengan lengan mantel mewah yang beraksen emas mengkilap terulur tepat di depan wajahnya. Ia menengadah sedikit hanya untuk menemukan seulas senyum manis yang ditampilkan laki-laki itu untuknya.

Ia tahu betul siapa laki-laki tersebut, lantas kepalanya kembali menunduk, kali ini ia bangkit berdiri dengan kaki sebelah kirinya menekuk ke belakang sebentar; memberi hormat, "Saya memberi salam kepada yang mulia putra mahkota, matahari kerajaan." Bukannya tersanjung-atau justru mungkin-laki-laki itu terkekeh pelan, wajahnya mendekat ke arah telinga Rosaline, "Jangan terlalu formal, cukup panggil namaku saja, kamu tahu kan namaku?" Seringai tipis menghiasi wajahnya yang kelewat tampan.

For you, I wouldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang