10. Hari pernikahan

3 1 0
                                    

Hari hari berlalu, dan Rendi benar benar tidak meminta maaf kepada Clara. Namun Clara sendiri tidak ambil pusing akan hal itu, sekarang ia malah sibuk di makeup karena akan menghadiri pernikahan bundanya.

Di dalam sebuah kamar yang dikhususkan untuk tempat merias pengantin, terdengar suara keributan.

Keributan itu disebabkan oleh Clara yang tidak ingin di makeup dan tidak ingin memakai dress yang disiapkan.

"Apa! Gue harus pake baju anak kecil ini?" Pekik Clara. Ia menatap horor dress yang di pegang bundanya.

"Hus ini bukan baju anak kecil Clara! Ini namanya dress," tegas bunda Naura.

"Tapi Bun ini tuh baju anak kecil, liat aja pasti pendek kalo Clara pake." Clara mengambil dress dari bundanya dan mensejajarkan dengan dirinya.

"Ayolah Clara, itu hadiah dari om Bagas," ujar bunda Naura.

"Gak mau!" pekik Clara.

"Kamu gak kasian sama Bunda?" ujar bunda Naura dengan tatapan memohon. Clara tidak kuat dengan tatapan bundanya, akhirnya ia mengangguk pasrah.

"Oke Clara akan pakai maju kekecilan ini,  tapi ini demi Bunda bukan orang lain," pasrah Clara dengan tatapan lesu.

"Bagus. Kalo gitu Bunda siap siap dulu ya," ujar Naura dengan senyum cerahnya.

Setelah Naura pergi, Clara mendengus dan segera berganti baju.

"Tuh kan apa gue bilang, ini baju anak kecil!" pekik Clara. Ia berusaha menurunkan dress se lututnya.

Tak lama setelah itu datang seorang MUA yang bertugas me makeup dirinya membuat Clara kesal.

"Apa lagi sekarang," ujar Clara.

"Saya adalah adik dari MUA yang me makeup Bunda anda Kak, jadi disini saya akan me makeup anda pada acara pernikahan ini," ujar si MUA sopan, tak lupa dengan senyum profesionalnya.

"Sorry gak nanyak, tapi gue heran Lo itu sebenarnya mau makeup-in orang apa mau presentasi dah, bahasanya terlalu formal dan kaku kayak ceker ayam," komentar Clara.

"Sudahlah nona, jangan banyak bacot," ujar MUA yang terlanjur kesal, sepertinya kesabaran perias itu hanya setipis tisu, ia pun menarik tangan Clara menuju meja rias.

"Nggak gue gak mau di makeup!!" pekik Clara. Ia menelungkup kan kepalanya di atas meja rias.

"Tapi kak, Kakak kan mau menghadiri acara pernikahan Masak mau berpenampilan seperti itu," ujar perias  tersebut.

Mendengar perkataan MUA itu, Clara mendongak.
"Maksud mbak apa? Saya jelek?"

"B-bukan begitu maksud saya kak," ujar MUA itu gugup saat melihat tatapan tak suka Clara.

"Tapi jujur, anda memang jelek mbak," batin perias.

"Huh pokoknya gue gak mau di makeup!" tegas Clara.

Bunda Naura yang mendengar perkataan Clara pun berucap,
"Clara jangan gitu, ini kan hari spesial Bunda."

Bunda Naura saat ini sedang di makeup oleh MUA lain.

"Tapi Bun...," ujar Clara.

"Sudah nurut aja," ujar Naura.

"Yaudah deh," pasrah Clara.

Akhirnya Clara pun di makeup oleh MUA itu. Satu jam berlalu dan makeup Clara sudah selesai, dengan hati berdebar Clara membuka matanya pelan. Clara berekspektasi saat dirinya membuka mata dirinya akan melihat dirinya yang tampil lebih cantik dan anggun, sehingga pengorbanannya selama satu jam tidak sia sia.

"Eh mbak, ini bedaknya ketebalan! Saya mau hadir di nikahan bukan mau nikah!" pekik Clara.

"Tapi ini udah pas kok kak," ujar MUA gelisah. Ingin rasanya ia mengetuk kepala Clara saking kesalnya.

"Gak mau tau! Pokoknya hapus!" tegas Clara. Dengan pasrah MUA itu menghapus bedak yang katanya ketebalan, dengan kekesalan yang harus ditahannya. Setelah itu ia mulai membedaki Clara lebih tipis dari sebelumnya.

Setelah perjuangan yang melelahkan akhirnya MUA itu berhasil me makeup Clara. Naura pun telah selesai dengan makeup-nya.

Setelah melihat hasil dari MUA yang kedua kalinya, akhirnya Clara merasa bangga dengan penampilannya sendiri. Dia merasa dirinya adalah orang tercantik saat ini, sungguh percaya diri sekali.

"Humm gue cantik juga ternyata," gumam Clara. Ia bercermin dan tersenyum manis.

"Bagus kak makeup nya, saya kasih empat jempol buat kakak," ujar Clara yang membuat MUA tersebut merasa bangga.

"Tapi duanya lagi jempol kaki ya kak, dan saya sarankan pakai masker aja, kaki saya bau soalnya hehe," ujar Clara random diakhiri dengan tawanya.

Tanpa di duga Clara benar benar memberikan jari jempol, dan jempol kakinya membuat MUA itu merasa tertekan. MUA itu sebelumnya belum pernah menghadapi orang seperti Clara ini, hingga dirinya tidak bisa berkata kata saat menghadapi Clara.

"Tepuk tangan dong kak, gak ada apresiasi banget, padahal udah di kasih jempol kaki," protes Clara yang merasa tindakannya tidak mendapatkan apresiasi.

"Ehahaha, i-iya bak bagus bagus, terimakasih jempol kakinya," ujar MUA dengan tawa terpaksa.

"Sekalian kalau bisa, saya cabut sekalian jari kakinya," bisik MUA yang terlanjur kesal. Untung saja Clara tidak mendengarnya, kalau Clara dengar pasti MUA itu akan di ajak bertengkar.

"Tapi beneran deh kak, hasilnya bagus banget, yah meskipun kurang natural," komentar Clara yang membuat MUA tersebut rasanya ingin membenturkan kepala Clara ke dinding, sekaligus ingin menjahit mulut pedas gadis itu.

"Wah anak Bunda cantik banget ya..," ujar Naura yang tiba tiba berada di belakang Clara. Untung saja Naura datang tepat waktu, kalau tidak entah apa yang akan terjadi selanjutnya antara Clara dan MUA itu.

"Iya dong. Clara gitu loh," ujar Clara. Clara memandang bundanya dari cermin, sungguh bundanya amat cantik. Bunda Naura memakai gaun pengantin yang indah dan rambutnya di sanggul, menyisakan sedikit anak rambut di telinganya.

"Bunda juga cantik banget...," ujar Clara. Ia berbinar melihat penampilan bundanya.

"Kamu bisa aja, bunda jadi malu," ujar bunda Naura malu malu kucing.

"Yaudah ayo kita keluar, Bapak penghulunya udah datang," ujar bunda Naura. Mereka saat ini memang berada di sebuah gedung yang telah di sewa Bagas, dan mereka saat ini berada di ruangan yang di khususkan untuk mereka bersiap.

"Siap Bun," ujar Clara lalu bergelayut di lengan bundanya.

Sedangkan Bagas dan Bara bersiap siap di ruangan lain.

"Menurutmu bagaimana penampilan calon mamamu nanti?" Tanya Bagas pada putranya.

"Gak tau," jawab Bara singkat, dirinya memang tidak penasaran sama sekali dengan penampilan calon mamanya itu.

"Kamu benar benar tidak bisa diajak diskusi ya Bar," ujar Bagas, namun putranya itu lebih memilih diam dan tidak menanggapi perkataannya membuat Bagas menghela napas. Namun, tetap saja Bagas mencoba mencari topik dan mengajak Bara berbicara.

"Kalau Clara, bagaimana penampilannya menurutmu?" Tanya Bagas yang membuat Bara menoleh, namun hanya sebentar setelahnya pemuda itu kembali sibuk dengan ponselnya.

"Biasa aja," meski terkesan cuek, Bara tetap menjawab pertanyaan Bagas. Bara memang tidak menaruh ekspektasi tinggi terhadap penampilan gadis yang di cap nerd itu.

Bersambung.....

Gak ada yang rindu author kah?

Lama ngilang tak kira bakalan ada yang nyariin😳

Naughty GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang