Part 4

10 2 0
                                    

Mungkin Jo pertama kali bertemu Kiano adalah ketika Kiano masih berumur 3 tahun, menangisi sang Ayah yang sedang keluar membeli sesuatu.

Meninggalkan balita itu dirumah, tangisan kencang dari Kiano benar benar membuat para tetangga ikut bingung.

Anak itu terlalu takut ketika didekati orang asing, bahkan Jo saja cukup lama harus berbincang dengan Kiano yang sesenggukan.

Ketika Kiano tenang, akhirnya ia bisa bercerita walau tidak terlalu jelas tapi Jo menangkap semuanya.

Ia paham jika Kiano takut ditinggalkan sang Ayah, dan sudah cukup lama Kiano ditinggalkan.

Akhirnya beberapa rekannya mencari sang Ayah di toko yang mirip mirip disebutkan Kiano.

Kiano tertidur dengan pacifier di mulutnya, di gendongan Jo juga ia tertidur lelap. Tangannya mencengkram erat rompi Jo, sedangkan Jo berjalan kesana kemari sembari menunggu ayah Kiano kembali.

30 menit dan Ayah Kiano sudah kembali, ia berlari masuk ke rumah melihat sang putra yang tertidur.

"Oh, anakku. Maafkan Ayah sayang" Jo menyerahkan Kiano yang tidak mau lepas darinya "tidak apa apa, bisa kau pegang dia dulu sampai cengkeramannya mengendur?" Jo terpaksa mengangguk.

"Maaf ya, saya ambilkan minuman dulu" sebelum Jo bisa menolak sang ayah sudah menghilang dari pandangannya.

Jo melihat sekitar, menatap ruangan lebar itu. Hanya ada sofa usang, satu kasur lantai, dan satu meja kecil.

"Kalian tinggal disini?" Ayah Kiano mengangguk, "yah, aku sudah tidak memiliki uang lagi setelah istri—mantan istriku mengambil semua uangku dan hidup bersama selingkuhannya, Kiano terpaksa hidup disini" Jo menatap Ayah Kiano dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Maafkan aku karena meninggalkan anakku disini, tapi aku tidak punya pilihan. Jika perempuan itu tau aku punya anak darinya pasti Kiano akan diambil. Aku tidak punya siapa siapa lagi selain Kiano, jika ia diambil, aku tidak punya alasan lagi untuk hidup"

"Ah, maaf aku jadi menuangkan hal pribadi padamu. Maafkan aku sekali lagi" Jo semakin terdiam begitu melihat mata berkaca-kaca Ayah Kiano.

"Jika perlu penjagaan untuk Kiano, Saya siap melakukannya. Tidak perlu memberi imbalan, saya ikhlas, anda sudah cukup keras berusaha yang terbaik untuk putra anda, jadi terimalah" Jo memberi kartu namanya pada Ayah Kiano.

Ayah Kiano langsung memeluk erat Jo yang langsung terkejut. "Dan itulah bagaimana Kakek bertemu dengan pasangannya" Kiano menyelimuti kedua anaknya kemudian mencium dahi mereka.

"Selamat malam papa"

"Malam Sayang"

Lampu dimatikan, dan Kiano menatap foto Ayah dan polisi yang dulu menyelamatkannya dari sang ibu yang memiliki penyakit mental.

Ia berterima kasih pada ayahnya karena tidak menyerah, dan juga berterimakasih pada Polisi yang dulu menemukannya.

Kumpulan oneshot ritsutturu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang