17

52 5 2
                                    

"Seokjin, bangun. Kita harus pergi."

Seokjin membuka sebelah matanya. Ia langsung terduduk melihat Namjoon sudah berpakaian rapi, dan tampak tergesa-gesa mengetik sesuatu di ponselnya.

"Namjoon, ada apa?"

"Ada mobil yang sudah beberapa jam parkir tidak jauh dari sini." Namjoon melemparkan ponselnya ke tas punggungnya. "Sepertinya kita ketahuan."

Seokjin terdiam. Ketahuan? Hoseok bilang Namjoon menawarkan kerjasama. Ia juga selalu memberikan pelayanan seks gratis apabila Hoseok menginginkannya. Jangan bilang...

Panik ia langsung berlari ke jendela depan dan mengintip dari sela tirai. Namjoon benar. Ada mobil asing berjendela gelap yang diparkir di depan rumah tetangganya.

Seokjin menggigit bibirnya. Ia kenal mobil itu, mobil Hoseok. Ia beberapa kali melayani Hoseok di dalamnya.

"Kurasa itu mobil si detektif sialan." Namjoon ikut mengintip dari atas kepala Seokjin. "Rasanya itu mobil yang sama dengan waktu dia membuntuti kita."

"Iya. Kita harus pergi. Secepatnya." Seokjin langsung berlari ke kamar tidur, berganti pakaian dan menyambar tas punggung berisi barang-barang pentingnya.

Ia tidak ingin menanyakan tentang negosiasi macam apa yang Namjoon lakukan dengan Hoseok. Karena ia juga tidak mau Namjoon mengetahui penawaran yang ia lakukan buat Hoseok.

Tiba-tiba ia terdiam menatap tangannya sendiri. Tangan yang semalam digenggam Hoseok begitu kencang saat ia akan pergi.

Andaikan kemaren ia menerima tawaran Hoseok, apakah pagi ini segalanya akan damai-damai saja?

Sebenarnya itu mungkin bukan pilihan yang buruk. Hidup bersama seseorang yang punya pendapatan tetap tentu menyenangkan. Hoseok juga enak diajak ngobrol. Dan seks mereka, luar biasa.

Ia tersentak saat terasa tepukan di bahunya. Cepat-cepat ia menoleh, dan wajah Namjoon yang tersenyum menyodorkan sebuah botol kecil memenuhi area pandangnya.

"Minum susu dulu." Namjoon bahkan sudah menusukkan sedotan ke botol susu favorit Seokjin yang tutupnya keras sekali sampai sedotan sering patah.

Seokjin balas tersenyum dan menerimanya. Merasa malu pada dirinya sendiri sudah memikirkan untuk memacari orang lain.

Ia mulai berpikir logis. Kalau kemaren ia menerima Hoseok, maka pagi ini ia harus keluar dari rumah ini. Meninggalkan Namjoon.

Dan bagaimana bisa ia meninggalkan makhluk seindah ini begitu saja?

"Ayo." Ia menyambar botol susu itu lalu menghabiskan isinya hanya dengan tiga kali hisapan panjang.

Dilemparkannya begitu saja botol itu ke lantai saat ia memanjat jendela belakang. Ia celingukan untuk memastikan situasi aman, sebelum menyusul Namjoon yang sudah menunggu di dalam mobil tuanya. Seokjin melompat masuk.

"Siap?" Tangan Namjoon bersiap di kunci.

Seokjin mengangguk.

Kunci diputar. Suara mesin menggelegar. Namjoon langsung menginjak pedal gas, dan dalam decit yang memekakkan telinga saat Namjoon berbelok tajam membelah keheningan pagi.

"Mobil ini terlalu berisik." Seokjin mengeluh.

Dan kekhawatirannya menjadi kenyataan saat Namjoon melirik spion dan memaki. Di belakang mereka mobil Hoseok mulai mengikuti.

"Namjoon, kita ketahuan!" Seokjin memekik.

"Sialan! Mobil mereka lebih kuat daripada ini!" Namjoon menyeringai dan mencengkeram setir. Mobil melonjak saat ia menekan pedal gas kencang-kencang.

TomorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang