Cp. 20

572 79 29
                                    

Senin, 6 November 20xx
_______

Entah mengapa hari Senin ini terasa lambat. Aralie bahkan tak menikmati pelajaran Bahasa Indonesia yang selalu ia minati selama ini. Berulang kali ia menyalakan ponselnya, tetap tak ada pesan masuk dari nomor yang ia tunggu.

"Lie, habis ini kita pulang, kan?" tanya Fritzy membuyarkan lamunan Aralie.

"Hm? Kenapa?" tanyanya balik, wajahnya mengkerut bingung.

"Kamu belum baca grup, ya? Guru-guru ada rapat hari ini, jadi kita pulang setelah jam istirahat."

Oh. Aralie mengangguk pelan.
Jujur saja ia tak membuka ponsel selain untuk mengecek room chat-nya bersama Delynn. Aralie khawatir bukan main, terlebih suara bisikan yang ditujukan pada Delynn dan Oline sepanjang lorong sekolah. Ia tahu mereka sengaja melakukan hal itu karena Aralie dekat dengan keduanya.

"It's okay..." Erine meraih tangan Aralie dengan lembut. "Jangan dengerin perkataan mereka, Lie. Kita lebih tau apa yang sebenarnya terjadi."

Sejujurnya Erine juga khawatir, tapi Oline sudah berjanji untuk memberinya kabar dan ia yakin Delynn pun seperti itu pada Aralie, terlebih mengetahui betapa spesialnya kehadiran mereka untuk satu sama lain.

"Dimakan dulu, ya. Jangan terlalu dipikirin, Delynn ga sendirian di sana," kata Shasa.

Aralie kembali mengangguk, menerima suapan yang Shasa berikan. Ia mengunyahnya perlahan-lahan meski tanpa selera.

Ting!

Tangan yang tadinya sibuk memainkan jari-jari Nala pun bergegas meraih benda persegi panjang miliknya. Mata jernihnya membulat, jantungnya berdebar lebih kencang.

"Lie, Delynn hilang..."

_______

Seolah memotong angin, sebuah kendaraan melaju dengan kecepatan kencang. Beruntung kondisi lalu lintas tak begitu ramai. Hanya dalam tempo singkat, kendaraan roda dua itu telah berhenti di depan halte bus bertuliskan 'Marukyuu High School'.

Di sana, sudah ada perempuan berkacamata yang sedari tadi menggoyangkan tubuhnya tak nyaman. Perempuan itu segera berlari dan memeluk sang pengendara dengan isakan kecil.

"Tolong temani aku untuk hari ini, ya?"

"Selalu, aku selalu menemani kamu, Adeline. Tanpa kamu minta pun, aku akan selalu hadir di sana."

Aralie dengan cepat melepas pelukan keduanya sebelum mulai mengisi jok belakang. Ia tau Delynn tak begitu nyaman melihat wilayah sekolah yang masih cukup ramai.

"Hati-hati berkendaranya, ya?" pinta Aralie dengan lembut, ia teringat bagaimana Delynn membawa kendaraannya tadi.

Delynn mengangguk, motornya mulai ia pacu dengan kecepatan normal. Tak ada percakapan seperti yang biasa mereka lakukan, namun Aralie dapat melihat bahwa Delynn tengah menahan tangisnya.

"Kalau kamu ga kuat, kita berhenti dulu."

Kekhawatiran Aralie mendadak lenyap. Bukan berarti Aralie baik-baik saja melihat kondisi Delynn saat ini, tapi ia merasa tenang karena Delynn datang padanya. Kepercayaan yang Delynn berikan sangatlah besar.

Baru satu jam yang lalu Delynn dikabarkan menghilang, namun ternyata perempuan itu langsung memberi kabar dan meminta untuk ditemani.

Sebuah kemajuan yang besar, bukan?

"Sudah sampai, Lie."

Aralie membuka matanya yang sempat terpejam, tanpa sadar mulai membasahi bibirnya saat mengetahui lokasi yang mereka kunjungi saat ini.

Take Me - AralynnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang