Caramela • Prolog

558 116 49
                                    

halooo! selamat datang di cerita CARAMELA versi terbaru!

⚠️ WARNING ⚠️
PLAGIAT DILARANG MAMPIR

happy reading!
•••

Caramela berjalan terseok ke sofa kamarnya, lalu menjatuhkan dirinya di sana.

Air matanya mulai menetes lagi, membasahi luka di pipinya yang memerah.

Tangannya yang gemetar meraba pergelangan tangan, bekas lebam keunguan tampak jelas di kulitnya. Ia mencoba meraih ponsel di saku, tetapi layar yang pecah dan baterai yang mati membuatnya semakin merasa tidak berdaya.

Hidupnya terasa hancur dalam sekejap. Apa yang terjadi beberapa waktu lalu terus terulang di benaknya seperti film buruk yang tidak bisa dihentikan.

Flashback On.

Suara musik menghentak memenuhi ruangan, bercampur dengan suara tawa dan obrolan dari para tamu.

Caramela tidak terlalu nyaman, tapi ia tetap berusaha tersenyum. Pesta bukan tempat favoritnya, namun ia tak ingin mengecewakan pemilik acara.

Dengan segelas minuman soda di tangan, ia berdiri di sudut ruangan, mengamati teman-temannya yang asyik menari.

"Kayaknya gue mau keluar aja deh, cari tempat yang lebih tenang." gumamnya pelan sebelum melangkah keluar.

Koridor rumah Angel, Sepupu Laura, yang panjang terasa sunyi. Ia berjalan menuju taman belakang yang lebih sepi, berharap bisa menenangkan pikirannya. Tapi saat melewati lorong sempit menuju taman, tiba-tiba seseorang menarik lengannya.

"Eh, siapa -" Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, sebuah tangan besar menutup mulutnya.

Caramela mencoba meronta, tetapi pria itu terlalu kuat. Wajahnya tertutup bayangan, hanya suara napas beratnya yang terdengar jelas di telinga Caramela. Ia diseret ke sebuah ruangan kecil yang gelap, mungkin ruang penyimpanan.

Ketakutan menyelimuti Caramela. Tubuhnya gemetar saat ia mencoba melawan, tapi sia-sia. Laki-laki itu memaksa tubuhnya, mengabaikan teriakannya yang teredam. Air mata mengalir di pipinya saat ia merasa tak berdaya.

"Diem, atau saya bakal lebih kasar." bisik laki-laki itu dengan nada dingin. Tercium bau aneh yang menyengat dari napas pria itu.

Laki-laki itu mabuk?

Tapi Caramela mengabaikan ancaman laki-laki itu. Ia berusaha memberontak, tapi tenaga laki-laki itu sangat kuat. "Lepasin gue! Jangan macem-macem atau gue teriak!"

"Saya tadi udah ingetin kamu, ternyata kamu lebih suka main kasar ya?"

Malam itu menjadi kabur dalam ingatannya. Rasa sakit, ketakutan, dan penghinaan bercampur menjadi satu.

"T-tolong, sakit,"

"Stop, jangan lagi."

Setelah semuanya selesai, laki-laki itu meninggalkannya begitu saja, tanpa satu kata pun. Dan Caramela hanya bisa meringkuk di lantai dingin, menangis dalam diam.

"Mamah, Papah, Mel takut. Tolong Mel, Mah, Pah," isak Caramela.

Setelah itu, Caramela keluar dari ruangan dengan langkah tertatih, berusaha terlihat normal meskipun hatinya hancur. Ia tidak mengenali laki-laki itu - wajahnya hanya samar di tengah kegelapan.

Flashback Off.

Setiap ingatan tentang peristiwa mengerikan itu membuat tubuhnya semakin gemetaran.

Di tengah keheningan itu, Caramela berbisik lirih, seakan berbicara pada dirinya sendiri.

"Kenapa aku... kenapa harus aku...?"

•••
don't forget to vote n comment ‼️

Caramela (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang