10. Pertemuan 2

32 7 2
                                    

"Siapa dia?"

.
.
.
.
.

“Yessa!”

“Hai, Om Sean!” ujar Yessa saat bertemu dengan sosok Ocean yang memanggilnya.

“Sama siapa kamu, kenapa nggak bareng Yanda Jemmy sama Buna Naren?” Ocean terpaksa mengikuti panggilan para abang dan kakaknya demi menyambungkan percakapan—kalau bersama Yessa.

“Jerry, tadi Yayah minta Jerry buat jemput Yessa, terus kita pergi deh beli kado buat Om Eros,”

“Jerry nya mana?”

“Udah masuk tadi, dibawa sama kak Shakeel,”

“Terus Yessa mau kemana, ini bentar lagi mau mulai loh!”

“Ke kolam sebentar, panggil kak Jie sama yang lain,”

“Oalah… ya sudah, sana panggil yang lain,”

“Oke,”

Kepergian Yessa, Ocean kembali ke pintu masuk untuk menyambut para tamu undangan. Ocean sebenarnya tidak tau seberapa banyak temannya Windu itu membuat undangan dalam pertunangannya ini, tapi ada beberapa kelompok orang juga yang terlihat seusia Eros datang juga—mungkin benar teman Eros.

“Kak Dani?” panggil Ocean tidak percaya. “Bunda masuk yuk Bunda… kak Rena, bang Galin… udah ditunggu tuh di dalem,”

“Galin doang?” tanya Rena sedikit menggoda adiknya itu.

“Hahaha, nggak kak… ayoklah masuk, Sean mau nyambut tamu dulu bentar, nanti langsung gabung kalo udah dipanggil,” jawab Ocean dengan tertawa canggung karena Rena menggodanya.

“Ya udah, duluan ya… selamat jadi den bagus,” kata Rena kembali mengejek Ocean sebelum benar-benar pergi.

“Perasaan anaknya tuh bukan Sean loh, bisa-bisanya Sean jadi palang pintu,”

“Kamu bungsu semua keluarga, dek,”

“Bisa aja menyemangatinya, hahaha,”

Rena dan Galin pun segera masuk mengikuti kemana Dania dan Bunda Winata pergi. Ocean tersenyum senang melihat sosok yang ditunggunya ternyata datang juga, namun senyumannya perlahan luntur saat matanya menatap sosok yang Ocean tau kalau dia itu adalah adik kelasnya, lalu bagaimana bisa dia berada di acara resmi keluarganya ini? Apa Windu yang memintanya datang? Bahkan seingat Ocean tidak ada undangan khusus untuk para anggota OSIS, apa karena Jiata?

“Iku!” panggil Ocean pada sosok itu sebelum kembali masuk ke dalam aula pertunangan.

Iku menatap tidak percaya dengan keberadaan Ocean, namun bukannya kabur anak itu malah mendekat ke sosok kakak kelasnya itu, “kak Ocean ngapain di pintu, sebentar lagi dimulai, ayo!” ajak Iku.

Entah sihir dari mana, Ocean malah mengikuti kemana Iku pergi dan meninggalkan pintu utama untuk bergabung dengan para undangan dan keluarga yang lain. Iku sendiri langsung berlarian kearah Ayah dan memeluk erat sosok Ocean kenal betul kalau itu adalah ipar abangnya yang pertama. Kenapa Iku bisa akrab dengan bang Deri? Pikir Ocean bingung.

“Ngelamun aja! Ayo buruan siapin makanannya!” interupsi Jiata saat melihat Ocean diam saja.

“Jie, kenapa Iku meluk bang Deri ya?” tanya Ocean dengan mengikuti kemana perginya keponakannya itu.

“Lah, lupa ingatan ya, Om? Perasaan kita seumuran deh? Iku anaknya Ayah Deri, Om. Beneran nggak tau atau pura-pura nggak tau,”

“Maksud mu? Iku itu anaknya bang Deri sama kak Dania?”

Me After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang