Belum satu jam Haechan reunian bersama teman lama di organisasi, mentalnya sudah menciut.
"Emang selama 24 tahun hyung hidup, hyung udah bisa apa aja?"
jlebb//
Perkataan itu.
Hanya satu kalimat. Namun benar-benar menusuk tepat di jantungnya Haechan.
Membuat para temannya, Johnny, Kun, Mark dan Renjun terdiam membisu. Mereka tahu perkataan Jaemin ada benarnya juga karena Haechan sampai sekarang hanya bekerja di sebuah umkm pemula, yang gajinya bahkan di bawah UMR.
"Pencapaiannmu kan hanya di DO dari kamp—hmmppp!"
Kun segera menutup mulut Jaemin dengan tangannya. Memberi isyarat dengan gerakan mata kepada Jaemin.
'Diam! Liat dia hampir menangis!'
Menatap ke arah yang di tunjuk oleh hyung-nya, Jaemin menelan kembali kalimat yang ingin dia ucapkan.
"Haha...benar juga ya..." Haechan tertawa canggung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Matanya membentuk eye smile yang hampir sama seperti adiknya, Jeno.
"M-maksud Jaemin engga gitu chan—"
"Iya hyung gapapa, gue paham kok."
Haechan terdiam sejenak, menghela nafas berat sebelum melanjutkan ucapannya.
"Gue memamg cuma lulusan SMA dan gagal selesain sarjana. Tapi gue ga nyesal, gue bersyukur masih bertaha dan masih dapat kerjaan juga bisa makan dan jajan tiap harinya."
Haechan tersenyum, tapi mereka bisa melihat tekanan dari dalam senyumannya. Haechan sedang menahan tangisnya.
Mark menghela nafas kencang sebelum menarik botol soju yang sudah tersedia di tengah meja mereka.
"Udah-udah ayo kita minum!"
Sebagai yang lebih tua, Johnny, mengangkat segelas somaek(soju-maekju) miliknya dan memimpin mereka semua
—kecuali jaemin karena dia tidak bisa minum alkohol— untuk bersulang."Cheers!"
"Cheers!!" Ucap yang lain serempak.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Ugh kepalaku...."
Haechan berjalan sempoyongan. Tapi dia segera di bantu oleh Jaemin yang sedari tadi memantau dan menemaninya pulang—atas perintah Johnny.
"Hyung, gapapa?"
Haechan yang masih merasa sakit hati dengan omongan Jaemin, langsung menepis tangan Jaemin yang hendak menyentuh nya.
"Udahhh!"
" Gue...bisa...pulang..."
Haechan yang hampir jatuh langsung ditangkap oleh Jaemin.
Tanpa aba-aba Jaemin langsung menggendongnya ala bridal style.
Membuat Haechan tiba-tiba panik.
"T-turunin gueee!!"
"Diem."
Cuma satu kata, tapi mampu buat Haechan kicep. Nada suara Jaemin berubah berat. Sangat dominan.
Tanpa sadar Haechan mengungkapkan isi hatinya.
"Mentang-mentang deep voice lo keluar, gue bakal makin cinta sama lo gitu? Dih sorry ya gue masih sakit ati sama omongan lo—"
"Cinta?"
Jaemin berhenti berjalan, mereka masih di depan gedung apartemen Haechan, belumpun masuk ke beranda.
KAMU SEDANG MEMBACA
🔞The Gap Means Nothing. |Oneshot|
FanfictionApa pencapaian mu selama hidup?- Jaemin Anak muda sekarang benar-benar meresahkan!-Haechan