Sudah satu bulan Aciel tinggal bersama Jef di jakarta, tidak ada perubahan tentang hubungan mereka, bahkan Arkana saja tidak lagi bertegur sapa dengan Aciel sejak terakhir kali mereka pulang bareng naik bus dan memakan es krim, Aciel tidak mengerti kenapa, bukannya hubungan mereka semakin baik setelah Jef jelaskan tentang Aciel, malah hubungan itu semakin jauh.
Aciel menuruni anak tangga dengan pakaian santainya, karena memang hari ini hari Minggu membuat remaja 17 tahun itu hanya berdiam diri dirumah.
"Selamat pagi Tante" sapa Aciel yang berjalan menuju dapur, sudah menjadi rutinitas Aciel menemani Keysha masak sarapan setiap pagi, setiap ingin ditolong Keysha selalu menolak anak itu dan memintanya duduk saja sembari minum susu dan makan potongan apel.
"Papa mana tante? biasanya udah baca koran sambil minum kopi" tanya Aciel heran, biasanya ia sudah melihat ayahnya duduk dimeja makan sembari menyesap kopi.
Keysha berjalan ke arah Aciel memberikan anak itu segelas susu coklat dan beberapa potongan apel, karena Jef bilang jika Aciel selalu minum susu dan buah apel setiap paginya sebelum memakan sarapan sedikit berat.
"Papa pergi keluar kota sayang, semalam Abang Azka sama bang Alaska yang antar ke bandara" Aciel mengangguk tanda mengerti, dia menikmati susunya dan potongan apel yang diberikan Keysha.
"Kata papa sorry nggak sempat pamit sama adek, soalnya semalam adek tidurnya nyenyak banget, papa jadi nggak tega buat bangunin" Aciel tersenyum ketika mendengar cerita Keysha yang menyampaikan pesan Jef yang tidak sempat pamit pada Aciel, padahal remaja itu pikir Jef lupa dengan dirinya.
"Tidak papa Tante Aciel mengerti"
Suasana yang hangat seketika mencekam ketika keenam putra Jef dan Keysha sudah berkumpul dimeja makan, Aciel mengayunkan kakinya untuk menghilangkan rasa gugupnya, bahkan jantungnya bekerja dua kali lebih cepat.
"Tante boleh tidak kalau Ciel nggak sarapan pagi ini?" Tanya Aciel menatap Keysha penuh permohonan.
"Alasan?"
Aciel menghela nafas panjang, "nggak tahu Aciel lagi nggak nafsu buat sarapan" jawab anak itu lesu.
Sedangkan keenam saudaranya hanya diam menyimak obrolan Aciel dan sang ibu yang terlihat sangat serasi.
Keysha menangkup pipi bulat Aciel, "karena nggak ada papa ya?" Aciel menggeleng pelan, ia bukan orang yang susah diajak sarapan atau pun pilih-pilih makanan. "Jujur sama mama, Aciel mau apa? Atau sarapannya nggak sesuai sama Aciel?" Lagi dan lagi anak itu menggeleng tapi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Bilang sama mama Aciel mau apa hm?"
"Aciel kangen sama bunda, Aciel mau bunda" bibir Keysha keluh, wanita itu paham dengan perasaan Aciel, anak seusia Aciel memang masih sangat membutuhkan kehadiran sosok ibu.
Ansel meremas celananya ketika mendengar suara Aciel yang begitu lirih, dia tidak tahu betapa sakitnya hati saudaranya itu.
"Mau mama temanin ke rumah bunda?"
Aciel mendongak menatap Keysha yang sudah meneteskan air matanya, Aciel usap air matanya yang turun semakin deras.
"Boleh?" Tanya Aciel takut-takut, bahkan mata itu memancarkan binar bahagia.
"Boleh sayang" Keysha memeluk raga Aciel, ia rasakan tubuh putra sambungnya itu bergetar.
****
Keysha memutuskan untuk menemani Aciel pergi ke Bandung hari ini setelah izin dengan Jef yang sedang berada di Kalimantan karena ada urusan pekerjaan, keenam putra Keysha terpaksa ikut karena di paksa sang ibu ikut menemani Aciel mengunjungi makan Sahara.Aciel menatap jalanan dengan pandangan kosong, sama seperti Jef yang membawanya pergi ke jakarta, entahlah hatinya merasa kosong.
Aciel satu mobil dengan Arkana, Arkata, Keysha dan dirinya, sedangkan Azka, Alaska, Ansel dan Azril satu mobil yang mengikuti dari belakang.
Aciel memutuskan untuk tidur dengan tubuh yang dimiringkan menghadap kaca, ia lelah menangis, rasanya kesedihannya tiada berujung.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, kini mereka telah sampai dikota bandung, Aciel sudah terbangun dari tidur sejak 30 menit yang lalu, remaja 17 tahun itu memberitahu Arkana alamat rumah milik Sahara dibandung, Aciel pikir setelah menempuh perjalanan panjang, pasti para kakaknya itu cape dan membutuhkan istirahat, Aciel tidak ingin egois yang memikirkan diri sendiri, bisa berkunjung ke bandung dan singgah dirumah penuh kenangan itu sudah membuat hatinya bahagia.
"Tante bisa istirahat di kamar bunda" ucap Aciel ketika mereka sudah memasuki rumah Sahara dan Aciel di bandung.
Keysha menyusuri ruang tengah sederhana itu, banyak foto Aciel dan Sahara, yang lebih mendominasi foto Aciel dari bayi hingga remaja sekarang ini.
Ansel menatap tidak suka ketika ada satu foto, dimana disana ada Aciel, Sahara dan Jef disana berfoto dengan sangat gembira.
"Itu foto satu-satunya kami bertiga, sebelum kejadian naas itu terjadi" ucap Aciel berjalan mendekati Ansel yang sedang menatap foto mereka.
Mereka semua bungkam, tidak ada yang ingin menimpali, "disini hanya ada tiga kamar, Tante bisa tidur dikamar bunda, kalau Abang, sama Azril dan Ansel bisa pilih tidur dikamar Ciel atau ruang tamu"
"Lo tidur dimana?" Tanya Arkana menimpali.
Aciel tersenyum menatap kakak keempatnya itu, "Ciel bisa tidur disofa"
"Jangan... Ciel tidur sama mama aja dikamar bunda" jawab Keysha menyela, mana tega dia jika sampai Aciel benar tidur disofa, remaja 17 tahun itu hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Ke makan Bundanya besok saja Tante, Aciel yakin pasti kalian semua cape, Aciel tidak mau egois" Keysha menatap keenam putra, ketika melihat anggukan keenam putranya Keysha mengangguk pada Aciel sebagai jawaban.
***
Azka, Alaska dan Ansel memilih tidur satu kamar yaitu kamar milik Aciel, kamar itu sangat sederhana, hanya ada tempat tidur yang cukup kecil, sepertinya mereka harus tidur saling mepet agar tidak jatuh dari kasur, mengingat tubuh Ansel yang begitu bongsor.Ansel berjalan menuju meja belajar Aciel, ia lihat foto Aciel yang berusia 10 tahun yang menggandeng jemari Sahara, senyum itu begitu tulus, Ansel belum pernah melihatnya.
'kapan gue bisa lihat senyum itu secara nyata?'
"Ternyata hidup Aciel selama ini sulit, dapat kita lihat dari kamar sederhana ini" celetuk Azka yang terus memperhatikan kamar Aciel.
Alaska membuka jendela kamar Aciel yang langsung menghadap taman bunga dan pohon mangga yang sedang berbuah.
"Tapi walaupun disini sederhana, udaranya sejuk nggak kayak dijakarta" timpal Alaska menghirup udara Bandung yang begitu memabukkan.
Ansel tidak sengaja menyenggol sebuah origami warna hijau berbentuk bangau, Ansel ambil origami itu dan entah kenapa dia membongkar origami berbentuk bangau itu.
'Bunda, maaf Aciel tinggalkan rumah penuh kenangan ini, Aciel memutuskan ikut papa ke jakarta, bunda, Aciel sayang sama bunda, doain Ciel agar saudara Aciel bisa menerima Aciel di sana, jika tidak dengan siapa Aciel berlindung'
Ansel meremas origami itu ketika dia membaca catatan kecil dibalik origami berbentuk bangau itu, Ansel merasakan sesak didadanya, ia sadar jika ia sudah menorehkan luka dihati saudaranya.
'maafin Ansel Ciel, hanya saja Ansel masih menyakinkan hati kalau aku udah sayang sama ciel'
****
Jangan lupa vote dan comentSemoga kalian suka sama part ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN A
FanfictionKehilangan adalah salah satu yang sangat ingin semua orang hindari bukan? Hidup berdua dengan sang ibu sudah membuat remaja bernama Aciel begitu bahagia, tapi sayang remaja itu harus dipisahkan dengan ibunya. Terpaksa Aciel harus ikut dengan ayahnya...