Episode #1 - Takdir dan Bunga

10 1 2
                                    

Takdir, apakah itu adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan kejadian yang sedang terjadi saat ini? Seorang gadis berambut agak kecoklatan memberikan setangkai bunga untukku, entah bunga jenis apa itu, tapi di tengah badai hujan yang mengerikan ini, ia adalah satu-satunya orang yang memberikan perhatiannya kepadaku. "Kalau kau mengambil bunga ini, maka itu artinya kau akan menjadi milikku." Gadis yang tak kukenal itu mengatakan hal tidak masuk akal yang membuat otakku sempat berhenti sejenak karena terkejut. Saat ini, sekujur tubuhku dipenuhi memar dan kepalaku berdarah hebat, apakah aku memiliki pilihan lain? Tanpa sadar, aku mengambil setangkai bunga berwarna merah darah yang ada di tangan gadis itu, kemudian pingsan tak sadarkan diri.

Beberapa jam sebelumnya...

Hari ini, aku mulai menjalani lembar baru dari kehidupan, segala kenangan buruk dan hal tidak mengenakkan yang terjadi di masa lalu, pasti akan perlahan digantikan dengan kenangan baru yang indah di masa SMA ini. Seharusnya begitu, kan?

"WOI, ANAK  BAJINGAN, berani-beraninya lu nabrak cewe gw!" Saat aku tenggelam dalam pikiranku, tanpa sadar aku menabrak seseorang. Seluruh perhatian murid-murid lain mulai terarah kepadaku. "Maaf, kak, aku gak sengaja." Sambil membungkukkan badan, aku meminta maaf dengan tulus. Semuanya berjalan dengan lancar, setidaknya, itulah yang kupikirkan.

"LU KIRA CUMAN MINTA MAAF AJA CUKUP? Mana duid ganti ruginya???" Murid senior itu mengulurkan tangannya. Emosi mulai membuat adrenalinku naik, tanpa sadar, aku mengepalkan kedua tanganku. Sambil tetap membungkuk, aku kembali meminta maaf kepada senior itu "Maaf kak, aku gabawa banyak uang jajan hari ini." 

"Bocah gembel, kalo lu gabawa duit, ngapain masuk ke sekolah swasta. GOBLOK!" Sambil berjalan tertawa sinis, senior itu dan perempuan yang kemungkinan besar adalah pacarnya, menertawakan diriku. 

Cuih...

Sembari mengomel dan menarik perhatian teman-temannya, senior itu meludah sembarangan ke arah kepalaku. Pada saat itulah, aku secara reflek bangun dari posisi bungkuk, kemudian menarik kerah senior itu, lalu meninju perutnya hingga ia tersungkur di lantai. Suasana menjadi hening sesaat, kemudian beberapa murid lain mulai mengerumuniku.

"Gila, lu ngajak ribut kakak angkatan dek?" Seorang senior lainnya mendekatiku dengan wajah sombong. "Kak, bentar lagi aku mau masuk kelas, bisa tolong biarin aku lewat gak? Lagian bukan aku yang salah..." Tahan dirimu, Virgil, jangan mencari banyak masalah di hari pertama sekolah.

Bruk...

Belum sempat menjelaskan situasinya, aku sudah dipukul terlebih dahulu hingga hidungku berdarah. "AYO MAJU LU SEMUA, BANGSAT!" Emosiku sudah tidak terkendali lagi, aku langsung menyerbu segerombolan kakak angkatan itu dan menghajar mereka satu per satu. Meskipun dipukuli, aku tetap menyerbu layaknya binatang buas. Semua terjadi begitu cepat, hingga beberapa murid lain mulai berdatangan bersama dengan beberapa guru.

"Berhenti! Harus berapa kali Bapak bilang, di sekolah itu, kalian ga boleh berantem! Sini, ikut Bapak ke ruang Kepala Sekolah!" Seorang guru botak berseru dengan keras sambil menunjuk wajahku yang agak memar.

"I-iya Pak..." Ah, sialan, lagi-lagi, aku terjerumus ke dalam pertengkaran yang tidak berguna.

15 menit kemudian...

Wajahku yang tampan kini telah dipenuhi dengan perban, kurang sial apalagi aku hari ini. "Virgil Badai, hari ini adalah hari pertama kamu masuk sekolah, tapi udah bikin ribut kayak gini?!" Seorang perempuan tua melihat wajahku dengan tajam. Namanya adalah Ibu Suri, ia adalah kepala sekolah di SMA Altair, sebuah sekolah bergengsi yang ada di tengah kota. "M-maaf Bu, saya cuman gak kuat aja dicemooh sama kakak kelas..." Aku menunjukkan wajah bersalah dan Bu Suri menghela nafasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Bloom of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang