Hohooo, Nesha kembaliii
janlup komen nya beb 😘
_____________________________
"Melupakan tidak semudah mengenal."
-Galen Areksa Darmendra.
_____________________________
9. Sepintas Kenangan.
•HAPPY READING•
*****
Dibawah sinar matahari yang tak lagi terik ditemani semburat jingga yang memanjakan mata serta hangatnya angin sore menerpa kulit seorang cowok bermarga Darmendra.
Ya, Galen. Cowok itu kini tengah berjongkok di depan gundukan tanah serta batu nisan yang sudah mulai usang.
"Na ... Gue kangen ..." lirih Galen menatap sendu nisan bertuliskan nama seorang gadis yang dari dulu hingga sekarang masih memenangkan tahta tertinggi di hati cowok itu. "Allena Christine Arkamata."
"Gue kira rasa sedih gue bakalan hilang dalam waktu cepat, tapi ternyata gue salah, Na ... Gue nggak bisa ... Gue nggak bisa tanpa lo, Na. Gue masih belum ikhlas, maafin gue, Na ..." paraunya dengan air mata yang entah sudah sejak kapan menetes membasahi pipi dan pakaiannya.
Kenangan masa lalu yang terlalu indah membuatnya kesusahan melupakan gadis yang sangat ia cintai itu.
***
Flashback...
"Hai? Boleh kita kenalan?" sapa seorang anak gadis kecil yang manis pada Galen, membuat si empu mengerutkan keningnya menatap heran pada cewek itu.
"Namaku Allena, kalo kamu?" lanjutnya lagi.
"Galen," singkat Galen tanpa basa-basi.
"Galen ... Namanya keren! sama kerennya kaya kamu!" jawaban cewek itu tentu membuat Galen menautkan alisnya heran, sedetik kemudian ia terkekeh dengan ucapan gadis manis di depannya itu. "Cantik," batinnya tanpa sadar.
Sejak saat itulah mereka mulai bersahabat sejak SD. Galen, Arsen, dan Allena, tiga anak menggemaskan yang setiap harinya selalu bersama, hingga saat mereka telah menginjak kelas delapan SMP terjadi tragedi dimana membuat hubungan mereka bertiga merenggang hingga sejauh ini.
"NA, AWAS!!"
Gadis itu menoleh ke belakang terkejut lalu tersenyum manis sebelum ia menjatuhkan dirinya terjun bebas ke bawah.
Bruk!
Rooftop serta lapangan sekolah adalah saksi bisu kematian seorang gadis yang telah menjadi tahta tertinggi di hati Galen sejak SD itu.
Lemas, kakinya seperti berubah menjadi jeli. Arsen, satu-satunya saksi dari rooftop yang bahkan telat menarik gadis malang itu ke dekapannya.
Ya, meninggalnya salah satu sahabat mereka adalah alasan terputusnya persahabatan ketiga remaja itu yang sampai sekarang masih meninggalkan rasa bersalah pada diri Arsen.
"Kenapa lo nggak selamatin Allena, hah?!"
"G-gue nggak tau ... G-gue–"
"Ck! Mulai sekarang nggak usah berhubungan sama gue lagi. Lo nggak ada bedanya sama pembunuh!" potong Galen dengan mata merah dan nafas memburu membuatnya terlihat mengerikan lalu meninggalkan Arsen di depan gundukan tanah yang masih basah dengan tampang shock, bayang-bayang Allena di detik terakhir itu masih bersemayam menghantui pikiran Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEN - On Going
Teen FictionKehadirannya yang tak dianggap juga tak diharapkan, di cap sebagai anak haram bukanlah hal yang mudah dilewati bagi Arsen Brahmantara Mahendra. Remaja tak bersalah serta banyak kekurangan ini harus menerima hidup di keluarga dan lingkungan yang bisa...