***
Hai, Selamat Malam><
Selamat Melanjutkan Membaca, yaa my bro! 🫂TANDAI TYPO!! BERI SAYA SEMANGAT DENGAN ΜΕΝΕΚΑΝ TOMBOL BINTANG. BUAT READERS, SILAHKAN FOLLOW DULU AKUN AUTHOR SUPAYA DAPAT NOTIP DARI SAYA:)
SANTEK
Ig:zhwasnti*
*
*selamat membaca🤍
"Dia seperti badai yang mengacaukan segalanya, tapi anehnya, aku justru menanti badai itu datang."
Antara Persahabatan dan Masalah
Pagi itu, suasana kelas XI IPA 3 terasa lebih hangat dari biasanya bagi Zefanya. Ia duduk di kursinya sambil menatap kosong ke arah papan tulis. Meski dikelilingi oleh teman-teman sekelasnya, ada sesuatu yang terasa kurang. Sahabat sebangkunya, yang biasanya duduk di sebelahnya, sudah beberapa hari absen karena sakit.
Zefanya menghela napas panjang. Ia merindukan kehadiran sahabatnya yang selalu ceria dan penuh semangat. Sosok yang selalu membuatnya merasa lebih hidup di tengah rutinitas sekolah yang kadang membosankan.
Namun, pagi itu ada sesuatu yang berbeda. Ketika Zefanya baru saja ingin membuka buku pelajaran, tiba-tiba pintu kelas terbuka dan masuklah seorang gadis dengan senyum lebar di wajahnya. Itu adalah sahabat Zefanya, Dina, yang akhirnya kembali ke sekolah setelah beberapa hari absen.
"Dina!" Zefanya langsung bangkit dari kursinya dan berlari kecil menghampiri sahabatnya. "Kamu sudah sembuh?"
Dina mengangguk dengan semangat. "Iya, Fan. Akhirnya aku bisa kembali. Bosan banget di rumah, enggak ada kamu yang bisa diajak ngobrol."
Zefanya tersenyum lebar. "Aku juga kangen, Din. Suasana kelas sepi banget tanpa kamu."
Mereka berdua tertawa kecil, lalu Zefanya menarik tangan Dina ke arah bangku mereka. Dina duduk di kursi yang selama ini kosong, dan Zefanya langsung mulai bercerita tentang kejadian-kejadian yang ia alami selama Dina tidak ada di sekolah.
"Ternyata, minggu kemarin itu ada lomba cerdas cermat, Din. Dan kamu tahu apa? Tim kita menang di babak penyisihan!" Zefanya bercerita dengan antusias.
"Seriusan?! Wah, hebat banget! Tapi aku nyesel deh enggak bisa ikut," balas Dina dengan nada setengah kecewa.
"Enggak apa-apa, yang penting kamu sudah sembuh. Nanti kita bisa ikut lomba-lomba lainnya," Zefanya mencoba menghibur.
Selama beberapa menit, mereka terus berbicara, berbagi cerita dan tawa seperti tidak ada waktu yang terlewatkan. Dina bercerita tentang pengalamannya selama sakit, bagaimana dia harus berurusan dengan dokter dan obat-obatan yang pahit, sementara Zefanya bercerita tentang sekolah dan betapa sepinya tanpa Dina di sana.
"Eh, ngomong-ngomong, gimana kabar Rangga?" tanya Dina tiba-tiba, mengubah topik pembicaraan. "Dia masih suka bikin onar?"
Zefanya mendesah. "Masih sama aja, Din. Dia malah sempat bikin masalah sama Bu Dia waktu upacara kemarin. Aku enggak ngerti deh, kenapa dia selalu cari gara-gara."
Dina menggelengkan kepala, sedikit prihatin. "Anak itu memang misterius. Tapi, aku yakin ada sesuatu di balik sikapnya yang begitu."
"Mungkin. Tapi jujur aja, Din, aku beneran enggak suka kalau harus berurusan sama dia," kata Zefanya sambil memutar-mutar pensilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raymond Rangga
Roman d'amourDi SMA Bhakti Mandiri, nama Rangga dikenal sebagai sosok yang paling ditakuti. Bersama geng motornya, *Black Vipers*, mereka menguasai jalanan dengan balap liar dan sikap berandalan yang membuat siapa pun segan. Di sekolah, mereka hidup dengan atura...