gevano terbangun lebih dahulu sebelum mereka berdua dia melihat kalau Kalingga sedang tertidur pulas dengan tangan kokoh yang memeluk pinggangnya.
dia perlahan menyingkirkan tangan itu dari pinggangnya setelah terlepas dia beranjak menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
ceklek.
saat dirinya keluar dari kamar mandi dia melihat kalau Kalingga sedang tertidur sambil memeluk naren, sungguh pemandangan yang indah bukan? dia seperti memiliki keluarga.
"apa aku bisa hidup bahagia?" gumamnya menatap sendu ke arah mereka berdua.
"tapi aku merasa bahagia bersama mereka sayangnya aku bukan siapa siapa mereka aku hanya bekerja disini saja"
dia menggeleng lalu keluar dari kamar menuju ke dapur disana dia melihat kalau bi sarah sedang membuat sarapan, dia mulai mendekat lalu berdiri disamping bi Sarah.
"eh nak vano apa mereka sudah bangun?" ucap bi Sarah sambil tersenyum ke arahnya.
"belum bi sarah mereka masih tidur pulas, oh iya apa pak Kalingga akan berangkat ke kantor?"
"sepertinya tidak karena biasanya kalau dia akan berangkat ke kantor dia bakal bilang sama bibi kalau harus menjaga naren" ucapnya, gevano mengangguk paham.
"baiklah kalau begitu eum apa aku boleh membantumu bi?"
"kalau kamu mau tidak apa apa"
"aku mau" ucapnya dengan semangat, akhirnya gevano mulai memasak bersama bi Sarah.
jam sudah menunjukan pukul delapan pagi tapi dia tidak melihat Kalingga dan naren turun alhasil dia menuju ke atas untuk membangunkan mereka berdua.
ceklek.
"astaga ternyata belum bangun juga" ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.
dia berjalan mendekat ke arah ranjang lalu menyibak selimut dengan pelan.
"hei bangun ini sudah siang sampai kapan kalian mau tidur?" ucap gevano.
Kalingga menggeliat dalam tidurnya lalu menatap wajah gevano yang sedang menatapnya dengan senyuman manis.
"sudah bangun? sekarang cuci muka terus turun sarapan"
"apa seperti ini rasanya mempunyai istri?"
"kenapa masih diam cepat cuci muka, wajahmu ada ilernya itu"
"mana ada memang aku kalau tidur ileran?"
"sudah cepat sana aku mau membangunkan Seno" ucapnya lalu duduk sambil mengelus kepala naren.
"eung~ buna?"
"iya sayang sekarang bangun ya? terus makan"
"iya buna" ucapnya lalu memeluk tubuh gevano.
•
•
•
selesai makan mereka bertiga sedang duduk sambil menonton film di ruang keluarga.
sebenarnya gevano merasa tidak enak, kerena perlakuan Kalingga terhadapnya tidak seperti majikan dan pembantu melainkan seperti keluarga.
"sepertinya aku harus keluar"
"maksud mu?" ucap Kalingga bingung karena tiba tiba gevano berkata seperti itu.
"aku harus membeli bahan makanan karena sudah pada habis"
"kenapa tidak bi Sarah saja?"
"iya aku dengan bi Sarah"
"kalau begitu denganku saja" ucapnya membuat gevano langsung menoleh ke arahnya "ah t-tidak perlu a-aku bisa sendiri" ucapnya terbata.
"tidak! bersamaku atau tidak sama sekali" ucapnya menatap tajam gevano supaya menurut dengannya, gevano menghela napas pasrah lalu mengangguk.
"seno mau ikut buna"
"iya Seno ikut" ucapnya sambil tersenyum.
-
-
-
-sekarang mereka sedang memilih bahan makanan ah tidak lebih tepatnya gevano karena Kalingga tidak terlalu mengerti tentang memilih.
satu jam lamanya mereka memilih bahan makanan setelah selesai Kalingga membawa belanjaan ke meja kasir untuk membayarnya, dia mengeluarkan blackcard nya ke arah kasir.
setelah membayar mereka keluar, tiba tiba gevano ingin ke kamar mandi.
"aku ingin ke kamar mandi dulu Seno bersama Dady ya?"
"mau ikutt"
"nurut okey buna cuman sebentar" ucapnya, Seno mengangguk lalu dia turun dari gendongan gevano.
dia langsung menuju ke toilet umum di seberang jalan, 30 menit akhirnya dia selesai.
dia melihat Kalingga dan naren tersenyum menatapnya, gevano berlari menyeberangi jalan menuju ke arah mereka.
tanpa dia sadari ternyata sebuah truk besar datang dari arah barat dengan kecepatan tinggi.
TIN.. TIN..
"GEVANO AWASS" ucap Kalingga kepada gevano.
gevano yang mendengar teriakan Kalingga berhenti dan...
BRAKKK!..
TBC.
nih gue kasih double up wkwk gue gantung🤣🤣 tunggu part selanjutnya ya hehe😉✌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐌 𝐃𝐔𝐃𝐀 𝐀𝐍𝐀𝐊 𝐒𝐀𝐓𝐔 (ʙʟ) ||End
Romancegevano Sagara anggarta pemuda manis yang hidup sebatang kara, karena ditinggal oleh kedua orang tuanya dia harus mencari pekerjaan untuk kebutuhan sehari-hari. • • • "hiks... cakit" anak kecil yang menabrak pemuda itu menangis membuatnya panik. "hei...