"Angh shh, Mar!" Jay mendesah tak karuan. Ia menaik turunkan pinggulnya, berusaha mencapai klimaks. Biar pun ia sulit bergerak. Jay ada di atas tubuh Marven, dengan penis Marven yang bertaut ke lubangnya. Mereka bercinta dengan berbagai gaya. Entah, ini yang ke berapa. Tetapi, Jay sangat menikmati permainan Marven.
"Cantik." Puji Marven. Betapa indahnya pemandangan yang ia lihat sekarang. Tubuh putih, dengan kulit halus. Desahan erotis yang dapat membangkitkan kejantanan. Jay amat sempurna baginya.
"Ugh akh I know...." Kata Jay, disela-sela desahan nya.
Laki laki manis itu amat berantakan, tetapi ia begitu candu dengan hentakan penis besar Marven. Sampai Jay merasa ia sudah dekat tuk mencapai putihnya. Begitu pun Marven, penis pria itu berkedut dan semakin membesar.
"Gua pengen keluar Akh!"
"Together, pretty."
"AKHHH ANJING!"
Jay terbangun dari tidurnya, ia mimpi buruk. Keringat bercucuran dari pelipis hingga ke leher. Jay memijat dahinya. Tidak tahu untuk yang ke berapa kali, Jay bermimpi tentang hal menjijikan semacam itu. Semenjak putus tiga Minggu lalu, Jay seperti di hantui.
"Marven bangsat!" Umpat Jay, bermaksud memaki pria blasteran canada itu.
"Kenapa jadi kaya orang gila gini? Tiap malam mimpinya kaya gitu? Muak gua jadinya."
Jay melirik jam dinding yang ada di kamarnya. Tepat tengah malam, dan menuju pagi itu masih sangat lama. Jay memilih buat tidur, lagi. Semoga saja mimpi jelek itu ngga bakalan muncul, dan terulang.
°°°°
"Cielah yang udah jadian sama Raya." Ledek Javian.
Marven terkekeh, geli. Teman teman nya akhir akhir ini kerap kali menggoda Marven, lantaran dua Minggu lalu. Marven memacari seorang gadis cantik dan berprestasi.
"Biasa aja lah, jangan gitu."
"Malu, ya Lo? Haha, wajar dong kalau gua ledekin. Omong-omong, cewek Lo mana nih?"
"Lagi main sama Karin. Kayanya mereka lagi di kantin."
Javian memangut, mengerti. Ia pun mengajak Marven menyusul untuk menyusul anak anak lain, sekaligus pacarnya di kantin.
Marven mendapati teman teman nya sedang asik bersama pacar mereka masing masing, termasuk Javian. Jangan salah, pria itu walaupun keliatan santai, dan nggak tertarik sama yang namanya pacaran. Aslinya Javian ada gandengan.
Cuman Kelana yang nggak bisa mesra mesraan disekolah, soalnya dia milih LDR. Arlan pula udah jadian sama mantan Marven. Emang gila tuh anak.
Marven duduk di samping kekasih cantiknya itu. Raya tersenyum, hangat.
"Hai, sayang." Raya bergelayut manja pada lengan pria tampan itu.Marven pun menyambutnya dengan baik. "Kamu udah pesen makan?"
"Belum. Niatnya nungguin kamu, biar makan bareng."
"Haha, lucu banget sih. Ayo pesen, aku beliin buat kamu juga. Lo mau beli apa, Rin?"
"Ish! Nggak usah nanyain Karin deh! Aku pacar kamu!" Protes Raya. Spontan semua mata melirik pada gadis itu, terutama Karin sendiri. Karin menyunggingkan senyuman nya.
"Nggak usah, Mar. Thanks."
"Ya, udah. Aku pesenin makanan buat kamu dulu, ya? Tunggu bentar."
"Iya sayang."
Marven berdiri, dan menuju tempat memesan makanan. Ia membiarkan kekasihnya mengobrol dengan teman teman nya yang lain.
°°°
"Bu, saya pesen bakso sat-Mar?"
Marven yang tadinya tengah asik memainkan ponsel, seraya menunggu makanan pesanan miliknya. Reflek menoleh. Alangkah terkejutnya dia, ketika ngeliat mantan termanis nya. Siapa lagi kalau bukan Jay.
Marven jadi kikuk, ia tersenyum. Tapi kaya robot. "Hai."
Sapanya. Dibalas sapa balik oleh Jay. Rasanya canggung sekali. Terlebih, mereka tak berkomunikasi setelah tiga Minggu lama nya.
"L-lo ke kantin sama siapa? Damian?"
Marven berusaha mencari topik. Supaya suasana nya sedikit lebih nyaman, mungkin? Daripada cuman diem dieman. Udah kaya mantan an sama orang bisu.
"Nggak. Gua sendiri. Lo pasti sama temen temen lo, ya?"
"Iya, sama pacar gua juga."
"Pacar?"
"Siapa pacar Lo? Pasti cantik banget, ya..."
"Banget. Walaupun gak secantik Lo...." Lirih Marven.
"Apa?"
"Dek, ini pesanan nya!"
Marven menerima nampan dari si penjual, yang berisikan pesanan miliknya. Marven menyudahi orbolan dengan Jay. Padahal, aslinya Marven masih betah. Cuman, ya gimana. Udah jadi mantan.
"Udah ada, pacar ya? Kenapa rada gak terima gini?"
Jay duduk sendirian di kantin. Atensinya selalu saja melihat ke arah Marven. Pria itu tampak bahagia berinteraksi dengan Raya.
Jelas bahagia, kan pacarnya.
Marven sama Jay sempet kontak mata beberapa kali. Cuman mereka selalu berusaha ngehindar. Terutama Jay, pria itu segera menoleh ke arah lain. Ada rasa nggak terima, perlahan tumbuh di hati Jay.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Favorite Rival
FanficNasib Jay yang malang akibat menerima taruhan dari rivalnya sendiri--Marven. Penuh percaya diri, jika dirinya yang akan menang. Namun kenyataannya justru sebaliknya. °°°° Lapak BXB! cr; pinterest, Twitter, Instagram, dll.