Jam berbunyi dan rintikan hujan mulai turun. Alea duduk termenung di balkon kamarnya. Menatap sendu album foto yang dirinya pegang.
"Tuhan, entah kapan aku bisa bertahan dengan kehidupan seperti ini" lirih Alea
Entah kemana perginya kebahagiaannya dulu. Alea hanya gadis remaja yang masih membutuhkan kasih sayang dari keluarganya. Namun semua telah sirna dikala keluarganya memutuskan untuk mengadopsi seorang anak perempuan lain.
"Tuhan, apakah salah jika seseorang egois untuk mendapatkan kasih sayang? Aku hanya gadis pecinta hujan yang memiliki banyak luka. Tanpa ada yang mengobati." Ujar Alea
"Sayang" panggil seorang wanita paruh baya
Alea berdiri dan pergi dari balkon, menatap datar kearah Diana " ada apa nek? Tidak biasanya nenek datang ke kamar Alea?"
Diana tersenyum miris, apakah sudah terlalu lama dirinya tidak mengunjungi kamar sang cucu?. Alea hanya diam menyimpan album yang dirinya bawa ke dalam almari. Diana berjalan menuju sang cucu, dan mengelus kepalanya dengan lembut.
"Maafkan nenek, jika sudah lama tidak datang ke mari sayang. Nenek sadar jika terlalu memanjakan Laura" ujar lembut Diana
Alea menghelan nafas panjang "nek, Alea sudah lama tiada."
Diana menggeleng "tidak! Alea nenek ada disini. Dan tidak akan pernah tiada!"
Alea terkekeh, menjauhakan tangan sang nenek dari kepalanya dan berjalan kearah laci di samping tempat tidurnya. Mengambil sebuah berkas dan memberikannya ke Diana.
"Baca nek, disana tertulis jika aku. Alea Bianca Atmaja telah di keluarkan dari kartu keluarga dan ahli waris keluarga Atmaja. Kemarin ayah sendiri yang mengeluarkan ku dari ahli waris. Dan ayah sendiri yang tak menganggap ku anak, nek." Ujar Alea
Hati Diana hancur mendengar semua ucapan sang cucu "tidak sayang, nenek akan bicara dengan ayah mu! Nenek tidak akan membiarkan kamu pergi dari sini!"
Tangan lembut Alea mencegah Diana pergi "tidak nek, kini tugasku sudah selesai di keluarga ini. Nenek tak perlu bicara dengan ayah dan ibu, sudah waktunya aku untuk mandiri nek. do'akan saja cucu mu ini agar menjadi anak yang sukses"
Diana hanya bisa menangis mendengar itu, Alea memeluk sang nenek. Raga Alea masih utuh namun jiwa nya telah mati disaat ibu dan ayahnya tidak menginginkan kehadirannya lagi. Dirinya masih mengingat jelas dan tak akan pernah lupa dengan kejadian kemarin.
Flashback on
Alea termenung di taman dengan di temani hujan dan juga suara petir. Sejenak dirinya melupakan semua luka yang dirinya rasakan.
"Hujan. Aku sangat menyukai hujan. Karena hujan yang menjadi saksi betapa hancurnya seorang gadis kecil bernama Alea Bianca Atmaja." ujar Alea
Ketenangan Alea terganggu dengan Suara teriakan dari sang ayah yang mencarinya. Alea menutup matanya sebentar dan membukanya. Menghelan nafas panjang dan berdiri menghampiri sang ayah dengan wajah datar. Tak memperdulikan baju dan juga rambutnya yang basah.
"Ada apa? Kenapa ayah teriak teriak memanggil Ku?" Tanya Alea datar
Plak
Satu Tamparan mengenai pipi Alea. Alea hanya diam dan menundukkan wajahnya. Bima dengan wajah dinginnya menatap tajam kearah putrinya itu. Dibelakangnya ada istri dan juga kedua putranya.
"Kamu masih bertanya kenapa ayah memanggil mu?!" Marah Bima
Monica dipegangi oleh Shaka yang menatap benci kearah Alea. Alea mengangkat kepalanya dan menghelan nafas.
"Laura? Aku tak pernah menyentuh ataupun bercengkrama dengan nya. Apakah itu tidak cukup untuk kalian?" Balas Alea
Plak
Tamparan kedua dilayangkan Bima kearah Alea "Karena mu! Laura masuk rumah sakit! Karena mu juga dia di bully disekolah, Alea!"
Alea terkekeh "dia? Ayah sangat khawatir dengan dia?"
"Apa maksudmu? Tentu saja kami khawatir dengan Laura" bukan Bima tapi Fian yang menjawab
"Haha. Sungguh lelucon! Apa kalian menyalahkan ku karena dia di bully? Itu sungguh lucu. Aku tak tau menau tentang dia yang dibully. Bukan kah kalian sendiri yang tak mau Anak Kesayangan kalian ada di dekat ku?" Tanya Alea dengan senyum tipisnya
Alea terkekeh geli melihat keluarganya terdiam "hey, kalian sudah lama mengeluarkan ku dari daftar ahli waris bukan? Jika sudah. Tak perlu repot-repot untuk menuduh ku mencelakai anak kesayangan kalian itu. Dan masalah anak kalian yang sedang dirumah sakit tak ada sangkut pautnya dengan ku disini."
Mereka terdiam. Alea berjalan kearah Monica menggenggam tangan sang ibu dengan lembut "ibu, aku tak pernah sekalipun membenci ibu. Dan aku tak pernah punya niatan membuat ibu sedih. Saat ibu nanti menua aku akan selalu ada disisi ibu meskipun kita sudah tidak memiliki ikatan keluarga, namun cinta ku tulus untuk ibu. Tugasku sekarang untuk menjaga ibu telah usai. Sudah Saatnya aku mulai hidup baru dengan pilihan ku sendiri."
Setelah itu Alea mencium tangan sang ibu, berjalan kearah sang ayah. Bima hanya diam, dirinya masih terdiam dengan semua kata yang diucapkan sang putri. Alea memeluk Bima dengan erat.
"Ayah, terimakasih untuk kasih sayang dan juga keluarga Cemara untuk masa kecil ku dulu. Kini, putri kecil ayah akan pergi sesuai keinginan ayah. Alea sudah tak bisa menganggap bahwa Alea adalah putri kecil ayah. Sekarang putri kecil ayah adalah Laura. Jaga dia ayah. Tugas ku sudah selesai. Terimakasih untuk semuanya." Bisik Alea di telinga Bima
Setelah mengatakan itu Alea melepaskan pelukannya, pergi dari sana. sebelum itu dirinya berbalik dengan senyum tulusnya dirinya menatap keluarganya untuk terakhir kalinya sebelum pergi ke kamar dan mempersiapkan semua untuk keluar dari rumah keesokan harinya.
"Ibu, ayah, bang Shaka, bang Fian. Seharusnya, keluarga adalah tempat perlindungan kita. Seringnya justru keluarga menjadi tempat kita menemukan rasa sakit hati terdalam. Ayah, mengingatmu merupakan suatu hal yang mudah, dan aku telah melakukannya setiap hari. Merindukanmu adalah hal yang tersulit karena rasa sakit ini tidak pernah pergi. Saat ayah menampar ku, itu adalah di saat terakhir ayah melihat jiwa putri ayah ini. Jiwa ku sudah lama mati ayah. Dan di hadapan kalian saat ini hanya raganya saja. Aku pamit" lirih Alea dan pergi
Setelah itu Alea pergi, meninggalkan keluarganya yang menatap sendu kearah punggung Alea. Monica hanya bisa menangis mendengar semua perkataan sang putri. Bima hanya bisa terdiam dan menatap tangannya yang telah menampar putri kecilnya. Shaka dan Fian hanya bisa terdiam dengan banyak pertanyaan di pikiran mereka.
Flashback off
Setelah Alea berpamitan dengan sang nenek dirinya pergi meninggalkan rumah yang sudah menyimpan banyak kenangan dan juga luka untuknya.
Hamparan rumput menjadi tempat ternyaman Alea Sekarang. Gadis pencinta hujan itu kini menjadi wanita sukses di negri orang. Banyak rintangan yang telah Alea lalui. Sekarang dirinya bahagia disini.
"Mrs. Alea" panggil sekretaris Alea
Alea menoleh dan tersenyum "ya?"
Yola memberikan sebuah surat "surat yang ke-86 untuk bulan ini Mrs."
Alea hanya tersenyum. Yola yang melihat itu mengerti dan membawa surat itu pergi. Alea menghirup udah segar di area taman kantornya. Luka yang dulu dirinya dapatkan memang sudah sembuh namun untuk memaafkan itu semua sangatlah berat.
"Aku pernah kecewa dan aku pernah terluka. Namun itu semua aku anggap jalan ku menuju kedewasaan yang sudah diatur oleh tuhan untuk ku." - Alea Bianca Atmaja
Atma ini telah pulih. Lara telah Gata. Dan Harsa telah kembali. Semoga buana selalu memberikan yang terbaik dan juga kebahagiaan untuk semua orang yang sama sepertinya.
The End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerpen
Teen FictionHanya kumpulan cerpen acak No copy! Ini karangan author sediri! Makasih untuk yang vote dan komen