PART 18

177 29 3
                                    

Mikoto melangkah pelan di samping Sakura, tangannya lembut menggenggam lengan menantunya untuk menyangga tubuhnya ketika mereka menyusuri jalan setapak. Saat ini Mereka sedang berjalan menuju rumah kaca di halaman belakang.

"Kita akan segera sampai," kata Mikoto sambil tersenyum, matanya terlihat penuh kasih. Sakura merasakan perhatian mertuanya sangat besar padanya, dan meski langkahnya sedikit terhambat karena kehamilannya, dia merasa nyaman berada di samping Mikoto.

"Ruangan ini selalu memberikan ketenangan bagi siapa saja yang masuk," lanjut Mikoto. "Aku harap kau bisa merasa seperti itu juga, Sakura-chan" Suara lembutnya membuat Sakura tersenyum.

Setiap langkah yang mereka ambil seolah menghapus ketegangan dan kekhawatiran yang terkadang mengisi pikirannya. Tapi kenyataan jika keluarga sasuke menerima dirinya dengan penuh kasih seperti ini membuatnya sangat bersyukur.

"Selamat datang di dunia kecil kita" Akhirnya, mereka tiba di depan pintu ruang kaca yang penuh dengan cahaya alami. Mikoto membukakan pintu dengan senyuman lebar. 

Begitu mereka memasuki ruang kaca, aroma segar dari tanah dan bunga-bunga yang sedang mekar menyambutnya. 

"Mari, Sakura," kata Mikoto sambil menuntun langkahnya "aku pikir kau pasti ingin menikmati waktu di sini." Mikoto mengarahkan tangan ke arah deretan tanaman yang rimbun dan warna-warni. "Jika kamu merasa bosan, kamu bisa berkebun atau hanya berjalan-jalan melihat bunga-bunga ini. Ini tempat yang tenang."

Sakura merasa hati dan pikirannya berangsur tenang mendengar kata-kata mertuanya. Ia tersenyum dan mendudukkan badannya pada salah satu kursi kayu di dekat pot bunga lily. 
"Terima kasih, Kaa-san. Aku pikir Sara-chan juga menyukainya." katanya sambil mengelus bagian bawah perutnya.

Mikoto sedikit menautkan alisnya. "Sara?"

"Ah.." Sakura tersenyum malu. "Aku lupa memberitahumu jika kami sudah mengetahui jenis kelaminnya. Sasuke dan aku memutuskan memanggilnya Sara ketika dokter memberi tahu kami jika bayi ini adalah anak perempuan."
  
"Anak perempuan! Bayangkan betapa lucunya dia nanti." serunya dengan mata berbinar. "Aku juga bersyukur karena kau bersedia menikah dengan sasuke dan menjadi putriku, Sakura."

Sakura bergerak untuk memeluk mikoto, tapi kekuatan lemah sehingga ia hampir terjatuh. Mikoto berteriak panik. tapi Sakura tidak peduli. Ia hanya tersenyum dan mengeratkan pelukan pada ibu mertuanya. 

"Aku yang berterima kasih padamu kaa-san."
Sikap hangat dan penuh kasih sayang Mikoto membuat Sakura merasa diterima dan dicintai. Sakura merasa seolah menemukan sosok ibu yang selalu ia impikan

Kedua tersenyum ketika melepaskan pelukan.  Tiba-tiba, Mikoto melihat sosok pria sedang merapikan tanaman di sudut rumah kaca pada sisi yang lain. 

"Kizashi-san!" Mikoto memanggilnya dengan semangat.

"Siapa?" tanya Sakura, meski hatinya sudah mulai berdebar mendengar nama itu.

"Dia tukang kebun baru kita! Dia sangat handal. Lihat cara dia merawat tanaman-tanaman ini," kata Mikoto, tersenyum lebar.

Sakura merasa seolah waktu berhenti. "Tukang kebun?" ia tidak sadar jika saat ini suaranya bergetar.

Mikoto mengangguk. "Benar. Ayo kemarilah. Aku ajak kalian berkenalan." Dia melambaikan tangan pada sosok pria itu yang saat ini membalikkan wajahnya. 

Sakura menatap pria itu dengan cemas. Kenangan pahit tentang ayahnya yang seorang penjudi dan sering melukainya muncul kembali. Ia sangat kaget hingga hampir terjatuh dengan posisi terduduk "Aku... aku tidak tahu," jawabnya pelan.

"Ada apa Sakura? Apa perutmu sakit?" Mikoto mulai merasa cemas dengan reaksi Sakura.

Sakura menggigit bibirnya, berjuang melawan emosi. "ti-tidak ti-dak apa-apa."

"Kizashi-san, perkenalkan. Dia adalah menantuku, Haruno Sakura." Mikoto meremas bahu sakura seakan untuk memberinya kekuatan "Sakura, ini adalah Kizashi-san. Ia adalah tukang kebun yang handal. Apakah kau tetap tidak mau memberi tahu nama keluargamu?"

Pria itu menggeleng pelan sambil menatap Sakura dengan tatapan tajam. Ia sedikit mendesis hingga membuat Sakura otomatis memundurkan tubuhnya. 

"Senang bertemu denganmu, Sakura."

***

Sakura melangkah perlahan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat sosok yang sangat dikenalnya—Ayahnya, Kizashi, sedang mengintip ke dalam lemari yang dipenuhi gelas posela.

Sakura mendadak kaget dan menjatuhkan gelas kosongnya ke lantai hingga pecah berkeping-keping. 

"To-tou-san!!" Serunya. Suaranya bergetar antara marah dan bingung. 

Kizashi berbalik dengan wajah panik dan berlari ke arahnya untuk membekap mulut Sakura agar ia tidak berteriak.

"Jangan bersuara!!"

"Hmpphh.. Hmppphh" Kali ini bukan hanya suaranya yang bergetar. Tapi ia juga merasa bahu dan sebagian tubuhnya yang lain gemetar hebat. Ia seperti terjebak dalam situasi yang tidak pernah ia inginkan sebelumnya. 

Kizashi berdiri di belakang tubuh Sakura, kemudian pelan-pelan ia melepaskan tangannya dari mulut anak perempuannya agar ia bisa bernafas dengan lega. 

Setika itu juga Sakura terbatuk-batuk dan menatapnya dengan tatapan kecewa. Ia merasa hancur, seolah semua harapan dan rasa percaya yang dia miliki terhadap ayahnya sirna dalam sekejap.

"Apakah memang serendah ini dirimu?" tanyanya dengan suara mendesis. 

Ia tidak menjawab. Matanya beralih pada perut Sakura yang membesar, hal itu jelas menunjukkan bahwa dia sedang hamil. Kizashi tidak bisa menahan kemarahan yang membara di dalam hatinya.

"Brengsek sekali kau, Sakura!" makinya dengan nada tinggi "Apa yang kau pikirkan? Kabur dari rumah dan hamil besar untuk menikahi pria kaya?"

Sakura terkejut, matanya membesar saat mendengar kemarahan ayahnya. "Ak-aku melakukan ini karena kau ingin menjualku ke rumah bordir.."

Kizashi melangkah lebih dekat, wajahnya merah padam. "Jadi kau tidak ingin menjadi pelacur di sana, tapi memilih menjadi pelacur di sini?"

"TOU-SAN!!" Sakura berteriak-sebenernya ia hampir menjerit. Tapi ia mencoba mengendalikan suaranya sendiri agar tidak terdengar orang lain. "Sasuke mencintaiku.. Kami berdua saling mencintai."

"Omong kosong. Kau pikir kenapa orang sekaya mereka menginginkan dirimu yang begitu menyedihkan itu?" Kizashi tertawa mengejek. "Itu karena mereka gampang menyingkirkan orang-orang seperti kita, sakura!!"

Sakura, merasa terjebak pada posisinya saat ini, menatap ayahnya dengan air mata di pelupuk matanya. "Tou-san, tolong jangan berpikir seperti itu. Sekarang kami adalah keluarga"

"Hanya ada dua pilihan yang akan terjadi. Entah bayi di dalam kandunganmu akan lahir tanpa seorang ayah, atau lahir tanpa seorang ibu." Kizashi menggelengkan kepala, tatapan matanya merendahkan. "Dia akan segera membuangmu setelah bosan."

 Sakura menggigit bibirnya, perasaannya menjadi campur aduk. "Itu tidak mungkin.. aku percaya padanya."

Kizashi mengangkat bahunya. "Yah, aku hanya bisa memberikanmu sedikit nasihat sebagai seorang ayah." katanya dengan ringan. Lalu ia menatap Sakura dengan tajam hingga suasana di sekitar mereka terasa mencekam. "Dengar, Sakura," katanya dengan suara dingin. "Aku tidak peduli dia mencintaimu atau hanya bermain-main denganmu. Tapi jika kau tidak bisa memberikanku uang, maka kau harus membiarkanku mencuri di sini, kau paham?"

Mata Sakura bersengit marah. "Kau tidak boleh mencuri.. sama sekali tidak-"

"Apa kau akan melaporkanku?" katanya dengan suara dingin. "Kau akan mengaku pada keluarga kaya ini jika aku adalah ayahmu?"

Sakura merasa jantungnya berdegup kencang. "Ti-tidak.."

"Atau kau ingin aku mengaku pada wartawan jika menantu keluarga Uchiha adalah anak dari seorang penjudi dan mantan narapidana?"

Sakura berteriak cukup keras "TIDAK!"

Kizashi melangkah lebih dekat, membuat Sakura mundur sedikit. "Lalu apa yang akan kau lakukan untuk menghentikanku?" ia tertawa sinis.

Sakura menatapnya dengan wajah putus asa. "Apa yang kau inginkan dariku?"

"Uang, sakura. Aku butuh uang yang sangat banyak." kata Kizashi dengan mata berkilau.

Sakura menggigit bibirnya. Ia berjuang melawan air matanya untuk tidak mengalir. Dia tahu dia harus mengambil keputusan tepat. Membiarkan ayahnya menjadi pencuri di rumah mertuanya sendiri atau memberinya uang dengan suka rela. 

Sakura menutup kedua matanya dan menghela nafas yang panjang.

"Berapa jumlah uang yang kau butuhkan?"

***



Konfliknya belum puncak yah teman-teman ending ff ini kayaknya chapter 28 deh. masih agak panjang.

Please Let Me Bear Your Child [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang