2. From Asha to Arthur

2.2K 302 41
                                    

Note : Sekarang Asha dipanggil Arthur

Dan mau ingetin ini BL ya. Takutnya ada yang gabaca deskripsi.

🔥

Arthur memotong-motong sayuran yang akan dia pasak. Hari sudah malam, dan sekarang adalah jam makan malam.

Arthur sudah terbiasa memasak di kehidupan sebelumnya, tentu saja di medan perang mereka harus bisa melakukan banyak hal secara mandiri.

Arthur bersyukur, karena meskipun kedua orangtua Arthurias memilih hidup dengan keluarga baru mereka, mereka berdua tetap memberikan biaya hidup yang cukup untuk Arthurias dan adik-adiknya.

Dengan begini setidaknya mereka tidak kesulitan secara ekonomi, hanya saja mereka mungkin sedikit kesulitan soal kasih sayang.

Menjadi sosok orangtua mungkin tidak begitu sulit untuk Arthur, karena usia Arthur yang memang sudah dewasa. Meski di kehidupan sebelumnya keluarga Arthur juga disfungsional, tapi Arthur masih punya gambaran sosok ayah yang baik dari mendiang ayahnya.

"Abang? Butuh bantuan?"

Arthur menoleh, melihat Saveri yang menatapnya dengan gugup. Arthur lalu melambaikan tangannya, "Sini, bantu abang potong-potong ini."

Saveri menghampiri Arthur yang duduk di meja makan sembari memotong sayuran, Arthur menepuk kursi di sebelahnya, dan Saveripun duduk di sana.

"Kamu bisakan potong wortel sama seledri?"

Saveri menganggukkan kepalanya dengan senyum lebar, "Bisa kok!"

Arthur balas tersenyum tipis sangatttt tipis, sampai Saveri tidak menyadarinya, "Yasudah kamu potong sayuran ini, abang mau potong daging ayam dulu." Arthur berdiri dari kursinya, lalu dia menepuk sebentar kepala Saveri sebelum berlalu mengambil ayam di kulkas.

Saveri terdiam di tempatnya, dia terkejut, sangat terkejut dengan perlakuan tiba-tiba abang pertamanya. Saveri memegang puncak kepalanya, dia lalu tersenyum dengan wajah bersemu. Sepertinya abangnya itu sedang dalam kondisi hati yang baik, karena Arthur sangat jarang bahkan nyaris tidak pernah berlaku lembut pada adik-adiknya.

Saveri kemudian berlanjut memotong-motong sayuran itu, dan Arthur yang memotong ayamnya.

"HELLLLOOOOO MINNAAAAAA." Alterio tiba-tiba memasuki dapur.

Arthur menoleh sejenak, dia kemudian memilih fokus lagi pada ayamnya. Dia sudah harus membiasakan diri dengan tingkah aneh adik-adik barunya.

"Lagi pada ngapain?" Alterio duduk di kursi di depan Saveri.

"Lihat pake mata." Arthur menjawab dengan sangat judes.

"Kyaaa mataku tertutup, gelap gelappppp." Alterio meraba-raba sekitarnya.

Saveri terkekeh melihat tingkah kakak keduanya itu, Arthur yang kesal lalu mengambil bawang merah dan melemparnya ke jidat Alterio.

"Aduh sakit." Alterio mengelus dahinya yang perih akibat lemparan bawang.

"Daripada ganggu mending bangunin kembaranmu sana, sekalian sama Vian, pasti lagi tidurkan mereka?"

Alterio berdecak kesal, "Gamau, males."

Arthur menatap datar Alterio, pantas saja Arthurias dibuat darah tinggi mulu sama bocah satu itu.

"Bangunkan mereka, atau abang gamau ke sekolahmu besok."

Mendengarkan ancaman Arthur, Alterio langsung beranjak dari duduknya dan berlalu sambil melangkahkan kaki dengan kasar, kesal dia.

Arthur menggelengkan kepalanya, ini pengalaman pertamanya memiliki adik seperti mereka. Hubungan Arthur dengan adiknya di kehidupan sebelumnya tidak seperti adik kakak, mereka jarang sekali berkomunikasi, sampai-sampai rasanya seperti orang asing saja.

Arthurias : Soulmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang