Bagian 1 : Kelahiran

201 12 0
                                    

𝖉𝖎𝖊 𝖜𝖎𝖙𝖍 𝖆 𝖘𝖒𝖎𝖑𝖊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝖉𝖎𝖊 𝖜𝖎𝖙𝖍 𝖆 𝖘𝖒𝖎𝖑𝖊


KELAHIRAN, mendengar kata kelahiran saat itu adalah saat-saat dimana seorang perempuan, seorang wanita mempertaruhkan nyawanya antara hidup dan mati, bergelut akan rasa sakit yang ia rasakan agar mendapatkan sosok bayi mungil lahir ke dunia yang fana, dunia yang begitu keras bagi sosok rapuh seorang bayi.

Iya benar, pada bulan Juli tepatnya 27 tahun yang lalu seorang ibu melahirkan anak pertamanya di Rumah Sakit Harapan, sesuai nama yang diberikan oleh pemilik Rumah Sakit. Harapan, setiap orang yang berakhir di Rumah Sakit semua akan memiliki harapan, harapan untuk kesembuhan, harapan untuk semua baik-baik saja.

Sama halnya dengan tuan Wijaya tepat 27 tahun lalu, putranya yang sekarang berdiri di depan banyak orang mewakili teman-teman seangkatan untuk berpidato sebagai ucapan terima kasih kepada Kampus terlebih Jurusan Kedokteran yang telah memberikan kesempatan padanya untuk menyelesaikan pertarungannya dengan gelar yang sekarang resmi berada di depan namanya.

dr. Sun Rainar Wijaya satu-satu kebanggaan tuan Wijaya yang tersenyum dengan menyimpan begitu banyak kisah dari tatapan haru tersebut.

"Pa, trimakasih."

Tutup pidato dr. Sun Rainar Wijaya.

* * *

Sun bersalam-salaman bersama tamu dimana semua adalah keluarga dekat pihak ayah dan ibu yang di undang untuk ikut merayakan gelar yang sudah dirinya dapatkan.

"Puas?"

Sosok wanita cantik berdiri di belakang Sun yang sedang mengambil minuman, membalik tubuh ramping dengan setelan tuxedo putih yang dipakainya ia tersenyum pada adik dari ibunya, "bibi."

"Dua puluh lima tahun Sun, dua puluh lima tahun saya tidak akan pernah lupa hari dimana kau merenggut nyawa kakak saya!"

Sun terpukul telak, "bibi saya tidak minta untuk dilahirkan jika kelahiran saya merenggut wanita yang dicintai ayah saya."

"Saya membencimu Sun!"

"Saya tidak minta untuk disukai," berusaha tersenyum dan sebelum menjauh dari bibinya ia menunduk, "benci dan suka hak pribadi, bukan hak saya. Saya pamit bibi, semoga hari-hari bibi dilimpahi kasih."

Menghindar keramaian, Sun berjalan keluar dari rumah untuk menuju taman mini yang berada di samping rumahnya. Berusaha menenangkan perasaannya yang sangat dicampur aduk akan kejadian hari ini.

Tiara Wisnu adik perempuan ibunya yang sudah menaruh begitu kebencian semenjak kehadirannya di dunia ini, karena hadirnya ia hari itu juga seseorang dijemput dari tengah-tengah keluarga besar Wijaya-Wisnu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝖉𝖎𝖊 𝖜𝖎𝖙𝖍 𝖆 𝖘𝖒𝖎𝖑𝖊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang