Bagus, Sasha dan Juna duduk bersama di rumah baru yang telah selesai dibangun. Dengan pipi Juna yang mempunyai bekas tamparan dari Bagus. Pria itu kembali mengamuk setelah melihat foto Juna menggendong seorang perempuan.
"Bagus ... kamu harus percaya sama aku. Cewek yang aku gendong itu Sasha. Dia bukan cewek baik! Setelah makan malam itu kami pergi berdua dalam satu mobil."
"Apa bener itu, Beb? Kalian pulang bareng? Yang di hotel itu yey sama Juna?"
Sasha menunduk, lalu mengusap air mata buaya yang berlinang. Tidak berani menatap Juna. Sasha hanya menatap Bagus dengan tatapan memelas.
"Iya, Beb. Kami emang pulang bareng. Habis itu aku diantar sampe kos. Kamu bisa tanya Tante Tari, kok."
Bagus menatap Juna dengan tatapan mematikan. Mana mungkin Sasha berbohong. Sudah dua kali ketahuan tidur bareng, masih saja berkilah! Lelaki memang saja. Berkata khilaf padahal aslinya itu ketagihan. Khilaf kok dua kali!
"Iyey, Beb. Eike percaya, kok. Emang dasarnya Juna aja yang blangsak. Sakit hati juga eike, wak."
"Bagus!" Juna mengusap wajah dengan kasar. Astaga, mengapa semua orang mudah percaya dengan kebohongan Sasha. Dasar wanita ular! Mulutnya licin sekali bagaikan belut.
"Sasha bohong, Bagus! Masa kamu nggak percaya sama aku? Kita kenal lebih lama dari kamu kenal dia, loh! Percaya sama aku, dia wanita jahat!"
"Beb, kayaknya kamu cari cewek lain aja. Juna nggak suka banget sama aku." Sasha kembali menangis.
"Waktu pertama datang di rumah, dia juga sengaja bikin aku nggak disukai sama keluarganya. Aku nggak mau lanjutin—"
"Nah, bener! Nggak usah dilanjut! Batalin aja!" Sambar Juna dengan antusias.
Makin mendenguslah Bagus. Seenak jidat membatalkan rencana! Mana bisa. Apa Juna kira mudah mencari perempuan yang fisiknya bagus sebagai ibu pengganti? Tanla rombakan dokter, karena rombakan dokter tidak menurun ke anak mereka.
"Nggak bisa, Beb. Pokoknya harus tetep lanjut nikah. Sabar, ya. Habis ini Juna nggak bakal jajan di luar lagi. Biar yey fokus promil."
Setelahnya, notaris datang. Menyerahkan kepemilikan rumah menjadi atas nama Sasha. Keputusan Bagus diambil setelah mendapat saran dari Sasha. Mulut manisnya berhasil membuat Bagus terlena. Jangan remehkan mulut manis si pekerja sales ini. Menggaet satu juta pelanggan saja mampu, apalagi merayu satu orang. Hal kecil bagi Sasha.
"Bagus! Kamu yakin percaya sama dia? Ini aset besar, loh. Bukan sembarang orang bisa kamu percayai! Kamu jangan bodoh jadi orang!"
"Oh, kamu ngatain aku bodoh? Iya? Terus kamu pengen rumah ini atas nama aku, dan keluarga kamu tau kalau aku pacar kamu? Iya? Bukannya lebih masuk akan akal kalau pemiliknya istri kanu sendiri, terus ganti pemilik kalau kalian pisah? Apa iya aku bodoh?"
Sasha menikmati perdebatan di depan mata. Sembari memakan camilan dan meminum teh. Seru sekali melihat dua orang bodoh saling menampakkan kebodohan masing-masing. Harusnya ia rekam dan menunjukkan kepada Dani.
Kedua pria itu berdebat hingga Sasha kekenyangan memakan camilan. Keduanya berhenti setelah ponsel Bagus berdering. Sepertinya ada panggilan penting. Sasha duga, adalah pacar lain dari Bagus. Tapi Juna yang bodoh itu mana mau curiga.
"Eike pergi dulu ya, Bok. Teksong eike udin dateng."
Bagus berpamitan kepada Sasha dengan melayangkan ciuman pipi.
Belum sempat Sasha pergi, Juna mengangkat tubuh rampingnya. Pria itu menidurkan Sasha di atas sofa. Wanita itu tidak takut. Juna tidak akan menyakitinya—kecuali saat bercinta. Sasha malah melipat tangan di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Options
ChickLitAwalnya, Arjuna mengira bahwa rencana pernikahan kontrak adalah rencana yang brilian. Hingga rencana itu malah membuatnya berurusan dengan Alisha, wanita selicin belut dan selicik ular.