Bab 10 : Kita selesaikan satu-satu

612 40 1
                                    

jam 4 pagi salisa terbangun karena merasa haus, ia melangkah keluar menuju dapur saat berbalik dilihatnya ronald tidur berdua peter didepan tv. salisa mendekat ke arah ronald dan berjongkok, matanya tertuju pada luka lebam di ujung bibir ronald tangannya menyentuh bagian itu.

merasa tangan seseorang menyentuh bibirnya mata ronald terbuka "sakit yahh.." mata salisa sudah berkaca-kaca lagi ingin menangis.

"hei...hei.. jangan nangis.. aku nggak papa" ronald langsung bangun dan terduduk untuk memeluk salisa.

peter mendengar isakan membuka satu matanya, dan kembali menutupnya sambil berbalik ke arah jendela "bucin nggak tahu tempat.." bisiknya.

ronald berdiri memberikan tangannya agar mereka kembali ke kamar "jangan nangis terus sal.. kamu nanti kecapean nangis.."

salisa menggelengkan kepalanya tidak terima ini bukan kemauan dia untuk menangis terus "aku nggak tahu, nggak bisa berhenti.. liat kamu kebawa sedih terus.." ronald mengusap tengkuknya bingung karena ini pertama kalinya dia menghadapi wanita hamil

"ya udah.. sini aku peluk" ucapnya sambil memeluk salisa dan mengusap punggung salisa agar tenang.

ronald duduk dengan bersandar di headboard kasur dengan salisa berda dalam pelukannya. ronald menatap langit kamar apartemennya "besok aku urus berkas pindah agama.. sekalian ijin ke bapak mamak,, kamu di apartemen dulu, rumah kamu masih nggak aman.. aku disuruh kak melati buat ngabarin orang yang kamu percaya.. kamu mau aku kabarin siapa??" tanya ronald.

"kamu cerita kak melati? buat apa? ron aku malu astagq.." ucap salisa bingung. ronald menatap mata salisa dengan teduh berusaha menenangkan salisa "kita nggak bisa selesain sendirian sal.. kita butuh pandangan lain.. aku nggak tahu mesti kemana.. kak melati nggak akan bikin kita malu.. percaya sama aku.."

salisa menggeleng "terserah kamu,,, aku juga nggak tahu mesti apa.."

"kamu mau aku telepon siapa? umi? atau ibu lisa?"

"ibu lisa aja ron.." akhirnya salisa memilih make-up artis yang dekat dengannya. ronald mengangguk dan mengeluarkan ponselnya.

dia menggeser badannya untuk duduk tegap lalu menghubungi bu lisa, jantung ronald sebenarnya sudah mau lepas dan kepercayaan dirinya berada di titik terendah.

pada panggilan ke dua bu lisa mengangkat telepon dari ronald "halo.. kenapa ron??"

"ibu.. ada sedikit masalah.."
"masalah? kamu bikin masalah???"

kentara sekali bu lisa kebingungan dalam suaranya, ronald mengambil nafas banyak "salisa hamil bu.."

(hening..)

"RONYYYYY!!!!"

salisa terkaget mendengar teriakkan bu lisa yang sengaja di speaker ronald. salisa mencengkram lengan ronald, takut. ronald tersenyum kecil "aman.." bisiknya tanpa suara.

"ibu, ronald boleh minta tolong buat temani salisa besok.."

"awas kamu yahh ron!! tunggu ibu datang.." telepon dimatikan, ronald menghembuskan nafasnya berat. dia menarik salisa untuk masuk kedalam pelukannya. mereka hanya diam, menikmati sunyi sebelum badai baru datang sebentar lagi.
-----

"Huaaaaa.. kamu tuhhh nggak tahu diri.. kamu tuhhhh bego apa yahhh.. anak akuuu.. dihamilin seenaknya.." bu lisa memukul ronald dengan tas tangan yang dia bawa.

"ibu.. udahhh.. ibu.. ronald mau tanggung jawab" salisa mencoba menjauhkan bu lisa dari ronald.

jam set 8 pagi bu lisa akhirnya sampai di apartemen, mendengar bel yang tidak berhenti berbunyi membuat peter bangkit untuk membukanya karena ronald tidak di ruang tengah bersamanya.

SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang