13

1 0 0
                                    

Satu minggu berlalu

Hari ini ada mata pelajaran olahraga. Kebetulan kelas Kai selalu dapat jam pertama, jadi enak lapangan outdoor ngga terlalu panas. Selain itu juga ngga perlu ganti pakaian olahraga karena udah di pake dari rumah.

Kai dan kawan-kawan langsung menuju lapangan depan karena materinya bola basket, jadi bisa make lapangan luar. Kai di suruh ngambil bola basket di ruangan pak Bambang guru olahraga, ditemani Celline salah satu teman sekelasnya yang cukup pintar.

“Kai, temen lo Keenan punya pacar ngga sih?” tanya Celline saat mereka berdua jalan di lorong setelah mengambil bola.
Kai menoleh sambil memainkan bola basket menggunakan tangannya. Cukup terkejut mendengar pertanyaan dari Celline.

“Kenapa? Lo suka?” alih-alih menjawab, Kai malah balik nanya, emang pantas dijuluki si tengil.

“Ngga usah terlalu frontal juga kali, nanya aja orang kepo.” Cewek itu mencubit pinggang Kai, Kai berhasil menghindar dari tangan Celline.

Memantulkan bola ke lantai sehingga menimbulkan suara yang cukup keras, membuat murid yang berada di dalam kelas menoleh ke arah mereka berdua.

“Kai anjir ngapain di pantulin, dimarahin bu Mona tau rasa lo.”

Mengabaikan perkataan cewek itu, Kai langsung lari saat mendengar suara pintu di buka dari dalam.

Celline bingung, cewek itu melihat ke arah pintu dan Kai secara bergantian, setelah paham situasinya cewek itu langsung berlari menyusul Kai.

“Hahaha sorry ngga sengaja kepantul tadi,” Kai mengatur nafasnya saat udah sampai di lapangan.

“Tau lo malah ninggalin.” Cewek itu melempar bola ke tanah dan langsung jongkok karena masih ngos-ngosan.

“Gue kaget tadi ndenger suara pintu,”

“Hahaha tapi lucu juga kalo sampe ketauan bu Mona tadi.” Saat membayangkan bu Mona keluar sambil membawa penggaris papan membuat Kai tertawa ngakak.

Celline memperhatikan tawa Kai, memandangnya cukup lama. Entah kenapa tawa Kai mirip dengan seseorang yang Celline kenal.

“Btw tadi lo nanya Keenan kan? Kayanya dia jomblo.” Setelah mengatakan itu, Kai langsung berjalan melewati Celline menuju ke tengah lapangan di mana ada pak Bambang yang menyuruh dia agar segera merapat ke barisan.

Tanpa Kai sadari, ada cewek yang terus memperhatikan gerak-gerik cowok itu.
“Ayo semuanya bikin barisan melingkar, mulai pemanasan ya, berhitung dari Kai mimpin.” Pak Bambang pindah ke tengah saat muridnya dengan cepat menuruti perkataanya.

Mereka melakukan pemanasan dan di akhiri keliling lapangan selama tiga kali.

“Oke yang pertama materinya dribble ya, abis dribble kita passing, terus lanjut shooting. Buat anak basket tolong bantu bapak nyontohin.” Pak Bambang menarik tangan Reno dan Brian agar membantu biar yang lain bisa lihat semua, karena muridnya lumayan banyak jadi ngga mungkin bapak ngelakuin sendiri.

Pak Bambang dan yang lain mencontohkan cara dribble yang benar. Kai fokus memperhatikan karena dia juga belum terlalu jago kalo soal basket.

“Liat deh Nan, tangan Reno kaya udah bestian anjir sama bolanya, kok bisa gitu loh sampe nempel banget ngga jatuh.”

Kai menyenggol kaki Keenan yang sedang di tekuk. Keenan ikut memperhatikan Reno, kalo di pikir-pikir mereka berdua memang jarang sih main basket. Jadi ngerasa keren aja lihat orang main bakset.

“Lo mau pindah ekstra ke basket ngga Kai?” tanya Keenan ke Kai, tapi tatapan matanya masih fokus ke depan.

“Ngga sih, gue kurang tertarik sama basket.”

“Sama gue juga.” Keenan menghela nafas, lumayan kenceng sampe Kai refleks menoleh.

“Lo kenapa anjir?” tanya Kai khawatir melihat muka Keenan yang memerah.

“Gapapa elah,” Keenan menepis tangan Kai yang hendak memegang dahinya untuk mengecek suhu.

“Kalo sakit mending ke uks,”

“Nggaa.”

“Yaudah kalo lo pingsan gue gamau gendong ya awas aja.” Kai bangkit berdiri.

“Lebay lo.”

***

Masih ada waktu sekitar 1 jam sebelum Kai kerja. Kai mutusin buat pergi ke perpustakaan sekolah untuk meminjam buku biologi. Walaupun murid-murid pulang sekolah jam 2, tapi perpustakaan tetep buka sampai jam 4.

Perpustakaan masih lumayan rame karena murid-murid baru pada bubar, yang artinya baru jam dua. SMA Merpati Putih muridnya beneran ambis semua sih, terbukti di jam pulang aja perpustakaan masih rame.

Biasanya anak-anak kalo ke Perpus tuh numpang tidur dengan alasan minjem buku, padahal aslinya matanya merem terus ditutupin buku. Ini mah engga, liat aja baru masuk pintu, Kai udah di sambut sama orang yang antri di meja peminjaman.

Kai jalan memutari rak sambil mencari buku biologi yang ia cari. Matanya fokus kesamping tanpa melihat ke depan. Tak sadar bahunya menyenggol orang yang ada di sebelahnya.

“Eh sorry gue ngga liat, “ Kata Kai sambil menoleh ke samping.

Orang yang ia senggol hanya diam, sambil pergi berlalu gitu aja. Cewek, putih, rambutnya pendek, Kai ngga pernah liat. Kai mengedikkan bahunya tanda ngga peduli, dia lanjut menyusuri dan akhirnya menemukan buku yang ia cari.

"Baru kesini lagi Kai," kata bu Ayu selaku penjaga perpustakaan. Bu Ayu ini kayanya hafal deh muka-muka anak yang sering ke perpustakaan, padahal hampir semuanya kesini. Mungkin karena muka Kai yang mencolok juga sih jadi gampang dikenalin.

"Iya bu, mau belajar biar makin pinter." Jawab Kai sambil tersenyum. Dia menengok ke samping ngga sengaja matanya saling tatap sama cewek yang tadi dia senggol. Kai menganggukkan kepalanya tanda ramah. Per minta maafan Kai juga belum dijawab tadi, Kai merasa ngga enak.

"Ngeliatinnya biasa aja dong, kenalin ini Zizi keponakan ibu, anak pindahan." Kata bu Ayu yang melihat ke arah pandangan Kai.

Kai tersenyum canggung, jadi ketauan.

"Pantesan asing bu, ngga pernah liat." Kai menggaruk alisnya.

"Udah nih dua aja bukunya?"

"Iya bu,"

"Pengembalian satu minggu ya, jangan lupa." Bu Ayu menstempel selembar kertas yang berisi buku pinjaman.

"Siap, makasih bu." Kai mengambil bukunya, lalu pergi meninggalkan perpustakaan.

Kai melihat jam tangan yang menunjukkan pukul tiga yang artinya dia harus segera ke resto. Pergantian shift emang jam segitu, emang dasar Kai aja yang sering telat dan keluarga Keenan memaklumi.

Kai berjalan ke arah parkiran sambil bersenandung. Emang dasarnya suka nyanyi, ditambah suaranya mendukung. Tapi Kai ngga ada cita-cita buat jadi penyanyi sih, Kai jalani sebagai hobinya aja. Hobi Kai banyak juga ya, bulu tangkis, nyanyi, main gitar. Multitalenta abis anaknya. Maklum ditambah anaknya emang ganteng. Ciah pd.

"Woi Kai nebeng dong," Kai kaya ndenger suara Bruno tapi ngga mungkin Bruno.

Bruno udah pulang duluan sama Keenan, anak itu mana mau diajakin ke perpustakaan.

"Malah kaya orang bego njir, " Bruno meninju bahu Kai dari belakang.

Kai tersentak kaget.

"Bukannya lo udah pulang nyet? " Kai balik menendang betis Bruno.

"Keenan tai, dia duluan sama cewek." Jawab Bruno masam, dia masih sebel gara-gara Keenan.

Masa Bruno ditinggal sendirian di bawah pohon mangga. Udah gitu Keenan cuma bilang dia ngga bisa bareng, pas Bruno samperin ke parkiran dia ngeliat Keenan boncengin cewek.

"Cewek siapa?" tanya Kai cukup kaget.

"Mana gue tau njir, keliatan belakangnya aja."

Kai sempet mikir apa mungkin Keenan bencong Audi, berani juga si Keenan pikir Kai.

"Udah ayo buruan pulang Kai, lo mau ke resto kan?" Bruno langsung nangkring ke motor Kai.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUPERIOR CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang