Saat tiba di rumah Callum, Asher tidak bisa berhenti merasa kagum. Matanya menjelajahi setiap sudut rumah mewah itu, dari langit-langit tinggi hingga dekorasi minimalis yang elegan. Sesaat, rasa sakit kepala akibat alkohol perlahan-lahan menghilang.
Callum, yang memperhatikan ekspresi terpukau Asher, terkekeh pelan sambil membuka dasinya dan melemparkannya ke sofa. "Kepalamu masih pusing?"
Asher yang masih sibuk melihat sekeliling langsung menoleh cepat ke arah Callum dan menggeleng. "Tidak, Pak."
"Jangan berbohong, Asher," ujar Callum sambil duduk di sofa.
Asher tersenyum kikuk. "Hanya sedikit saja, Pak."
"Bi, buatkan sup pereda mabuk!" Callum berteriak memanggil pembantunya. Suara dari dapur segera menjawab, "Oke, Pak!"
Asher tergagap. "Eh, Pak, tidak perlu repot-repot-"
Namun, perhatian Callum sudah teralihkan ketika ponselnya bergetar. Ia melirik layar sejenak. Itu pesan dari pembantunya yang menanyakan jenis daging yang akan dipakai. Callum malas menjawab secara detail, maka dia menoleh pada Asher. "Kamu lebih suka daging apa? Ayam, bebek, kambing, sapi, kalkun? Atau... Wagyu?"
Asher terkejut. Siapa orang waras yang pakai daging Wagyu untuk sup pereda mabuk? "Ayam saja, Pak. Itu sudah lebih dari cukup."
Callum tersenyum tipis, kemudian mengangguk, mengirim balasan ke pesannya. Suasana ruang tamu menjadi hening. Asher merasa canggung, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Asher," Callum memecah keheningan, "Ada yang kamu butuhkan untuk mencapai target di divisi investment tahun ini?"
Asher terkejut dengan pertanyaan itu, tapi dengan cepat berusaha berpikir jernih. "Aku rasa divisi investment membutuhkan perangkat lunak analitik baru untuk meningkatkan akurasi analisis risiko dan peluang."
Callum mengangguk paham. "Baiklah, besok saya pesan perangkat lunak baru."
"Eh... Pak, sebaiknya didiskusikan dulu dengan Luke."
"Kenapa harus Luke?" tanya Callum, menaikkan satu alisnya.
"Luke lebih tahu detail kebutuhan divisi investment, Pak. Saya merasa dia lebih paham." Asher menjawab, sedikit ragu apakah jawabannya tepat.
Callum mengubah posisi duduknya, kini lebih menghadap ke Asher, tatapannya tajam namun santai. "Baiklah, kalau kamu? Apa yang kamu butuhkan?"
Asher menatap Callum, bingung. Dia terdiam sejenak, berpikir keras apa yang benar-benar ia butuhkan dalam hidupnya saat ini. "Aku... tidak punya sesuatu yang spesifik yang aku butuhkan."
Callum tertawa kecil, suaranya rendah tapi cukup untuk membuat suasana lebih rileks. "Jangan bercanda, Asher. Semua orang punya kebutuhan."
Asher hanya tersenyum tipis. "Begitu, ya? Kalau begitu, apa yang paling Anda butuhkan, Pak Callum?"
Callum berpikir sejenak, wajahnya tampak lebih serius. "Keluarga. Aku ingin membangun keluarga kecil."
Asher menatap Callum, terdiam. Jawaban itu tak terduga. "Kenapa tidak mencari omega, Pak? Pasti banyak yang mau."
"Aku belum menemukan yang tepat," jawab Callum pelan, hampir terdengar ragu.
Tak lama, Shinta, pembantu Callum, datang membawa nampan berisi dua mangkuk sup. "Ini supnya, Pak. Punyanya Bapak pakai daging kalkun dan agak pedas."
Asher menatap kedua mangkuk itu, tampak sama saja dari luar. Ia mencicipi sup miliknya, dan rasanya sama seperti sup pereda mabuk biasa.
"Enak, kan?" Callum tiba-tiba bertanya, memperhatikan Asher dengan tatapan penuh harap.
Asher buru-buru mengangguk. "Iya, Pak. Enak sekali."
Selesai makan, Callum tiba-tiba mendekat dan berdiri di depan Asher, menyodorkan tangannya untuk menarik Asher berdiri. "Ayo, saya tunjukkan kamarmu."
Ketika tangan Callum menyentuh pergelangan tangan Asher, ada sesuatu yang berdesir di dalam dirinya. Sentuhan itu sederhana, tapi terasa lebih dari sekadar kontak fisik. Kulitnya terasa panas, seperti ada percikan listrik kecil yang mengalir dari jari Callum ke seluruh tubuhnya. Jantungnya mulai berdegup lebih cepat, dan ia bingung dengan apa yang ia rasakan.
Asher menatap tangan Callum yang masih memegang tangannya dengan sedikit erat. Perasaannya bercampur antara canggung dan sesuatu yang lain yang tidak bisa ia jelaskan.
Asher tersadar ketika Callum menatapnya sambil berkata, "Kamar ini khusus untukmu. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan panggil saya, oke?"
Asher hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Tangannya perlahan dilepaskan, namun rasa hangat dari sentuhan itu masih tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught in boss's grip (BL, END)
Teen FictionAsher Roth adalah seorang omega pria yang bekerja di sebuah perusahaan ternama. Hidupnya berjalan baik-baik saja hingga suatu hari, ia tiba-tiba mengalami heat, dan situasi tersebut diketahui oleh bosnya, Callum. Tanpa sepengetahuan Asher, Callum ma...