Se1 - Eps 4

4 1 0
                                    

⚠️WARNING⚠️

Kisah ini mengandung unsur kekerasan, romansa dewasa, seksual, dan sejenisnya. Pastikan para pembaca telah berusia 21 tahun keatas dan bijak dalam membaca.

"Nona, bisakah aku saja yang menjadi Barista?" Tanya Wulan, sambil menahan kekesalannya.

"Memangnya kenapa jika kau sebagai Waitress?" Sahut Srita penasaran.

"Diamlah kau, aku kesini juga karena ingin menjadi Barista"

"Tenanglah, aku juga harus menjelaskan bahwa posisi itu tidak akan permanen karena setiap 1 bulan sekali akan ada rolling posisi" Jelas Tara.

Sesaat setelah mendengar penjelasan Tara, Wulan mengiyakan meski dirinya tetap menahan kekesalan. Ia malas jika harus bekerja sebagai Waitress, menurutnya hal itu akan menjadi beban saja untuknya.

Hari pertama bekerja akan dimulai pada hari ini juga.

Selama 2 jam pertama Tara memandu mereka semua, mulai dari cara menyambut tamu, memberikan buku menu, dan banyak hal lainnya. Srita dan Berli sangat serius dalam melaksanakan semuanya berbeda dengan Wulan yang sejak awal hanya sibuk memainkan handphone.

Tamu pertama yang dilayani saat itu adalah sekelompok mahasiswa yang ingin mengerjakan tugas sekaligus nongkrong bersama teman-teman mereka. Wulan melayani mereka dengan setengah hati, namun Berli dengan sigap melayani sisanya, Srita juga mulai membuatkan order.

Tak lama kemudian masuk pada jam istirahat, secara bergantian mereka semua istirahat.

"Wah ternyata lumayan lelah juga ya, karena semuanya dikerjakan sendiri" Ucap Berli.

"Iya tapi ini Wulan kemana sih? Aku kan mau istirahat, ini sudah lebih dari 1 jam loh" Sahut Srita kesal.

"Ya sudah kau istirahat saja dulu, sementara ku double job, agar tidak terhambat, biarkan saja si Wulan terlambat"

"Tapi nanti kalau Nona Tara atau pemiliknya tiba-tiba datang bagaimana?"

"Memangnya kau tau pemiliknya siapa?" Tanya Berli bingung.

"Eng... engga tau sih, tapi kan mana tau tiba-tiba saja datang, namanya juga pemilik"

Tak lama kemudian, Tara datang menghampiri mereka berdua, dan bertanya tentang keberadaan Wulan. Namun, tentu saja mereka menjawab tidak mengetahui dan tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

"Ah ya sudah, biarkan saja, setau ku, nanti pemiliknya akan datang makanya aku bertanya Wulan dimana?" Jelas Tara.

Baru saja dibahas, Wulan masuk cafe tanpa merasa bersalah, tubuhnya benar-benar mengeluarkan aroma rokok murahan yang sangat kuat.

"Apa kau baru saja merokok?" Tanya Tara.

"Iya, apa itu menjadi masalah untuk mu Nona?" Sahut Wulan sinis.

"Ah hahahaha... tidak masalah, hanya saja, seragam cafe kami memiliki teknologi membuat asap rokok menempel dan memudarkan warna seragam, sehingga kau harus membayar kerugiannya"

Mendengar hal itu, Wulan melihat ke seragamnya yang sejak awal sudah berubah menjadi warna coklat kekuningan. Ia terkejut karena ia tidak mendapat informasi itu sejak awal.

"Hah apa? Kalau begitu besok akan ku cuci..."

"Wulan, kau sebaiknya membayar kerugian, karena aku tak yakin teknologi yang dimaksud Nona Tara bisa dicuci begitu saja" Ucap Berli.

"Sialan, diam lah kau, aku sedang berusaha tau!" Bentak Wulan.

"Ya cobalah kau cuci" Ucap Tara.

Srita menyadari sesuatu dari ekspresi Tara, ia yakin bahwa seragam itu tidak bisa dicuci secara sembarang, kemungkinan besar seragam itu hanya bisa dicuci berdasarkan dengan prosedur khusus. Tapi seperti biasa, Srita memilih untuk diam saja, ia malas jika harus berdebat dengan orang keras seperti Wulan.

16.00 Closing

Tidak disangka ternyata hari pertama cukup ramai, terdapat 3 jenis komplain tentang kesalahan order dan double order.

The Purple RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang