#8. Tiga Syarat

128 16 4
                                    

Damar gelisah sejak kemarin, pasalnya Naya tidak membalas pesannya sejak mereka berpisah setelah janji makan siang kemarin. Namun kegelisahan itu sedikit terabaikan pagi ini, karena ia berkejaran dengan waktu untuk bisa hadir di acara seminar yang diselenggarakan oleh salah satu institusi.

Damar bergegas masuk mobil, setelah dipaksa sarapan dulu bersama dengan Baskoro dan Mouly, dan Bagas sudah siap di bangku depan bersama supirnya, Pak Mumun. Mereka harus tiba di Bandung pukul 10 pagi ini.

"Ini Bang, resume acara pagi ini. Materi paparannya sebagaimana yang saya kasih kemarin ... ini kalau Abang mau baca-baca lagi," kata Bagas sambil menyerahkan iPadnya.

"Gak usah Gas, gw dah kuasain kok materinya ... eh, tapi gw belum liat dari kemarin siapa aja pembicaranya?" Damar hari ini akan memberikan materi seminar tentang energi terbarukan yang disponsori oleh perusahaannya.

"Nanti Abang isi sesi pertama yah." Bagas mengingatkan.

"Oh, sesi selanjutnya soal apa emang?" tanya Damar sambil memperhatikan profil para pembicara dan panelis di sesinya.

"Kalau gak salah soal pengaruh energi terbarukan terhadap lansekap perkotaan Bang," jelas Bagas. "Soalnya kan seminarnya bakal dihadirin sama lintas bidang juga Bang." ... "Ada di halaman-halaman berikutnya."

Damar sibuk menggeser layar di iPad Bagas, hingga salah satu halaman membuatnya terkejut. Sosok yang menjadi sumber kegelisahannya akan menjadi moderator sesi kedua.

"Gas, ini moderator sesi pertama sama kedua. Tolong, switched!" perintah Damar tiba-tiba hingga Bagas langsung menengok dengan seluruh badannya dari bangku depan, tidak paham maksud atasannya.

Tanpa menghiraukan Bagas, Damar melanjutkan "Ini perintah!"

🎀 ----------- 🎀

Kondisi ballroom di salah satu hotel di Kota Bandung pagi ini menjadi ricuh. Tiga jam sebelum acara dimulai, tiba-tiba sponsor acara minta perubahan yang sangat mendadak. Naya dan Amora memperhatikan orang-orang sekitarnya yang sibuk, sementara mereka yang menjadi topik pembicaraan bingung harus berbuat apa.

"Kenapa kita harus tukeran Nay?" tanya Amora setengah ingin menangis.

Naya tak bisa berkata apa-apa, ia pun kaget ketika diberi tahu bahwa keynote speaker yang juga perwakilan perusahaan sponsor acara hari ini secara tiba-tiba meminta pertukaran moderator. Tak lama panitia berbisik-bisik bahwa sang pembicara adalah salah satu petinggi di perusahaan itu sehingga panitia tidak enak hati untuk menolak.

Perubahan mendadak ini membuat pekerja sibuk memasang spanduk baru yang berganti profil muka salah satu pembicara, panitia acara yang harus mengganti tampilan di LED yang terpasang nanti.

Naya dan Amora sedang berdiri di depan pintu masuk ketika pekerja sudah selesai memasang spanduk baru yang akan menyambut para peserta. Wajahnya seperti melihat hantu ketika seseorang yang familiar dan sumber permasalahan pagi ini terpampang di spanduk, pria yang membuat Amora hampir menangis.

Ia segera mengambil gawainya di saku, mencoba menghubungi sebuah kontak. Namun tak diangkat. Lalu mengetik sebuah pesan.

"Hai Damar. Pagi ini, lo jadi keynote speaker di Seminar : Transforming into Bigger and Greener di Pullman Bandung?"

Namun pesan itu tak kunjung mendapatkan jawaban.

🎀 ----------- 🎀

Damar santai masuk ke lobby Hotel Pullman Bandung didampingi Bagas. Ketika keluar lift menuju ballroom hotel tempat seminar, ia sudah disambut oleh Gasendra Versnel, South East and East Asia Director NGO tempat Naya bekerja beserta jajaran dari kementerian dan universitas yang menjadi partner kerjasama acara seminar hari ini.

City of EchoesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang