Chandra dan Luna kini telah tiba di sebuah toko boneka. Toko itu tampak antik namun di etalasenya terlihat banyak sekali jenis boneka yang mereka jual.
"Ngapain kita ke sini?" Tanya Chandra.
"Kalo kita tidak bisa membunuh Ajag, setidaknya kita harus menyegel mahluk itu!" Terang Luna.
"Caranya?" Chandra tampak bingung, ia tidak tahu dengan cara apa dia harus menyegel musuhnya.
"Salah satu kemampuanku adalah menyegel sesosok roh ke dalam sebuah boneka. Dan kita ke sini untuk membeli boneka yang akan dijadikan media untuk menyegel Ajag!" Jelas gadis itu.
Chandra pun mengangguk paham, mereka pun segera melangkah masuk ke dalam toko.
Di dalam, mereka terus berkeliling selama hampir setengah jam. Hingga akhirnya pandangan Luna tertuju pada sebuah boneka porselen wanita pirang yang tampak anggun.
"Nah, ketemu!" Ucapnya dengan senang.
Chandra berusaha menengok boneka apa yang ditemukan oleh Luna.
"Lah, kau memilih boneka itu untuk menyegel Ajag?" Heran pria itu.
"Iya dong, habisnya boneka ini tampak cantik dan anggun sih! Apalagi topi yang dikenakannya, menambah kesan elegan dari boneka ini!" Jelas Luna.
"Aneh, masa anjing itu disegel di dalam boneka kayak gini? Kan gak cocok sama mukanya!" Protes Chandra.
"Biarin, yang penting aku suka!" Seru Luna dengan wajah penuh senyuman.
Chandra hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan aneh dari Luna.
Kini ia pun hanya perlu melacak posisi Ajag, dan segera mengalahkan Siluman Anjing itu.
***
Selama beberapa hari Chandra dan Luna menunggu informasi dari Milo soal keberadaan Ajag.
Bahutai nyatanya memang memiliki kemampuan untuk melacak musuh, makanya Chandra memerintahkan Milo untuk melacak Ajag.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Milo pulang dengan membawa sebuah informasi.
Tentu saja Milo pulang dalam ukuran aslinya, sehingga membuat Luna sempat terkejut.
"Milo, kamu kok gede banget?" Tanyanya dengan kaget.
"Gak usah kaget begitu, ukuran asli Milo memang segini!" Jelas Chandra.
"Eh, tapi gak ada orang lain yang liat kan?" Ucap Luna dengan khawatir.
"Nggak lah, Milo kan mahluk gaib, mana bisa dilihat manusia biasa!" Ujar Chandra.
Milo pun berkomunikasi kembali dengan pemiliknya melalui telepati. Dengan kemampuan itu Milo sepertinya mampu memberikan informasi pada tuannya secara langsung.
"Begitu ya, aku sudah tahu di mana posisinya! Kalo begitu bersiaplah Luna, kita berangkat sekarang!" Tegas sang Indagis.
***
Chandra dan Luna kini tiba di sebuah bangunan kosong yang tampak tak terawat. Di dalamnya ada banyak barang-barang berserakan, sebagian dinding dan jendelanya juga sudah rusak.
Mereka berdua datang dalam wujud astral, tujuannya agar memudahkan mereka jika sesuatu buruk terjadi. Selain itu Chandra juga bisa sekalian langsung melakukan penyatuan roh jika musuh tiba-tiba menyerang.
Di sepanjang lorong yang mereka lewati, Luna memperhatikan setiap dinding di sekitar lorong itu. Sebagian dari dinding-dinding itu terdapat bekas cakaran hewan buas, yang sepertinya merupakan ulah Siluman Anjing.
"Hati-hati Luna! Ajag memiliki sebuah kelompok yang berisi sekumpulan Siluman Anjing, kelompok itu bernama Asu Baung. Awalnya kelompok itu sudah kumusnahkan, tapi aku khawatir kelompok itu berhasil dibentuk kembali oleh Ajag, apalagi ini sudah bertahun-tahun sejak pertarungan terakhirku melawan mahluk itu!" Ujar Chandra.
Luna pun mengangguk paham, kemudian mereka terus berjalan menyusuri lorong yang tampak kotor dan dipenuhi jaring laba-laba itu. Namun dari tadi sama sekali tak nampak keberadaan satu siluman pun di sana.
"Ini aneh, dari tadi kita tidak menemukan satupun siluman!" Ucap Chandra dengan waspada.
"Aku juga tidak merasakan hawa keberadaan satu siluman pun di sini!" Heran Luna.
"Ajag dan pasukannya memiliki kemampuan untuk menyembunyikan keberadaan mereka. Tapi jika Milo mengatakan posisi mereka ada di sini, pasti dia tidak akan salah!" Ujar Chandra dengan tegas.
Mereka pun tiba di sebuah ruangan yang cukup luas, dengan pilar-pilar penyangga di beberapa bagian ruang. Mereka terus mewaspadai sekitar, hingga kemudian seekor siluman pun keluar menembus dinding, menerjang ke arah Luna.
Beruntung dengan sigap, Chandra langsung menarik Luna dan memanggil Milo, sehingga anjing itu dapat menghalau serangan dari siluman itu.
Dalam sekejap, ruangan itu langsung dipenuhi oleh sekumpulan siluman anjing berbentuk humanoid. Ukuran tubuh mereka bervariasi, sekitar 2-3 meter.
Posisi Chandra, Luna, dan Milo kini sudah terkepung. Mereka kini berdiri saling membelakangi, mewaspadai serangan dari berbagai arah.
Dari balik kerumunan siluman, Ajag pun muncul dengan melangkahkan kakinya ke arah Chandra dan Luna.
"Hahahaha, lihat siapa tikus kecil yang datang ke sini!" Ejeknya.
"Ajag, kami ke sini untuk mengalahkanmu!" Tegas Chandra.
"Mengalahkanku? Bagaimana caranya? Lagipula jika aku mati, maka perempuan itu juga akan mati!" Balas Ajag sembari menunjuk Luna.
"Kalo soal itu, aku sudah punya cara untuk mengatasinya!" Ujar Chandra, sembari bersiap untuk melakukan penyatuan roh.
"Milo, Lakukan Penyatuan!"
Milo pun melompat dan merasuk ke dalam tubuh Chandra. Sebuah aura berwarna abu-abu pun menyeruak, membuat seluruh mahluk gaib di sana merasa waspada.
Sebuah pakaian hitam dengan jaket putih berbulu layaknya bulu Bahutai pun muncul, menyelimuti tubuh Chandra. Membuatnya kini tampak gagah seperti layaknya Lone Wolf dari musim dingin.
Bola mata Chandra pun menggelap, dengan iris mata abu-abu yang menatap tajam pada semua siluman yang mengepungnya.
Melihat perubahan wujud dan aura Chandra yang terasa berbeda membuat Ajag merasa waspada. Ia pun memerintahkan semua bawahannya untuk menyerang secara serentak.
Para siluman itu pun langsung menyerbu secara bersamaan.
"Luna, berlingdunglah di belakangku!" Perintah Chandra.
"Tebasan Cahaya Rembulan: Sabit!"
Chandra melakukan berbagai tebasan berbentuk bulan sabit ke arah semua siluman itu.
Sehingga tubuh para siluman itu terpotong sebelum sempat menyentuh tubuh mereka.
"Tebasan Cahaya Rembulan: Purnama!"
Chandra pun melakukan tebasan berputar, sehingga efek tebasannya itu meluas ke segala arah, memotong tubuh setiap siluman yang berada dalam jangkauannya menjadi dua.
Melihat kemampuan Chandra yang meningkat drastis, membuat Ajag jadi bergidik. Ia mulai merasa takut menghadapi kehebatan Indagis dari tanah Kalimantan yang sekarang berada di hadapannya.
Setelah memastikan semua siluman itu berhasil terbunuh, pandangan Chandra pun teralih pada Ajag sebagai pemimpin sekaligus satu-satunya siluman yang masih tersisa.
"Nah Ajag, sekarang hanya tinggal kita berdua yang akan saling bertarung satu lawan satu!" Ucapnya dengan penuh percaya diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis 1: Jawa Arc
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...