Jim pergi ke sekolah dan menggunakan kendaraan pribadinya.
Menatap ke arah lalu lalangnya jalan, sambil memikirkan apa yang abang Fei katakan pada saat sarapan sebelumnya.
"Aku akan mengajaknya secara langsung kah? Ini semua karena semalam, dia melakukan hal yang aneh dan membuatku memikirkannya!"
Jim mengingat kejadian semalam dimana Wei Lim melakukan video call kepadanya dengan berada di kamar mandi, berendam di dalam bathup. Meski seluruh tubuhnya tidak terlihat namun tetap saja ada bagian yang benar-benar nampak.
"Bahunya, kemudian juga wajahnya, bagian lehernya ..."
Jim mulai memikirkan ingatannya mengenai bagian tubuh mana yang terlihat pada saat Wei Lim melakukan video call.
Detak jantung Jim benar-benar tidak beraturan, semakin memikirkannya maka bagian tubuh Jim yang lain melakukan reaksi yang aneh.
Glek ...
Sambil menelan ludahnya, Jim pun berkata.
"Reaksi ini adalah reaksi normal pria yang beranjak dewasa kah?"
Bagian bawah milik Jim pun tegang bukan main karena mengingat lekuk tubuh Wei Lim dan benar-benar membuat Jim menjadi pusing karenanya.
"Ini adalah respon dari keberadaan hawa napsu, sebaiknya aku harus bisa menahannya atau dewi Kwan Im akan memarahi diriku!"
Mobil mulai melaju dan mulai memasuki area komplek sekolah, di depan mobil Jim terlihat ada mobil mercedes benz S-class limousine edition. Terlihat juga bahwa di plat nomor tertera bahwa yang memiliki plat nomor seperti ini adalah plat nomor dari orang-orang penting di negara tiongkok.
"Keluarga Huang kah? Aku tidak seharusnya dekat-dekat dengan keluarga paling busuk itu!"
Jim menyadari bahwa dia satu angkatan dengan keluarga Huang.
Selain itu juga ada keluarga Lim yang mempunyai tonggak kekuasaan yang cukup penting pada parlemen negeri tirai bambu.
Sesampainya di parkiran mobil, Jim memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Jim sudah memesan khusus area parkir untuk dirinya sendiri.
Berjalan perlahan ke arah sekolah.
"Itu abang Jim."
"Senior Jim itu adiknya dari Fei Guang kan ya? Dokter muda yang ganteng itu?"
"Huwaah tampannya."
Setiap langkah kaki yang Jim langkahkan, dirinya selalu mendapatkan perhatian berlebih dari orang-orang sekitar. Hanya saja, dia tidak memperdulikannya yang dia perdulikan saat ini adalah bagaimana caranya mengajak Wei Lim jalan.
Pandangan Jim kemudian ke arah depan dan melihat ke arah sekitar, banyak dari siswa maupun siswi yang datang menggunakan maid pribadi.
Terlihat dengan jelas bahwa ada Wei Lim yang berjalan berdampingan dengan maid pribadinya yang sedang membawakan tas untuknya.
"Wajar aja kalau tasnya dibawa sama maid pribadi," gumam Jim karena melihat Wei Lim yang seakan tidak peduli dengan maid pribadinya.
Grekkk ...
Tiba-tiba saja Jim dirangkul dari belakang, rangkulannya sangat kencang dan cukup membuat sulit untuk bernapas.
"Yo ... my brother!"
Menengok ke arah dimana dirinya merasa tercekik, Jim kesal karena Bingwen membuatnya menjadi agak sedikit panik.
"Oi ada apa Bingwen?" tanya Jim sambil melepaskan rangkulan milik Bingwen yang sangat membuat sesak napas ini.
Bingwen melepaskan rangkulan tangannya dan menatap ke arah yang ditatap oleh Jim. Melihat ada seorang bidadari yang berjalan di antara banyaknya orang. Tentu saja mata dari seorang pria tidak bisa berbohong.
"Walah walah ... masih pagi sudah cuci mata saja kamu!" Bingwen menunjuk ke arah Wei Lim.
"Berisik, kebetulan saja kan? Dia ada di depan mataku!"
"Terkadang kebetulan itu memang menyenangkan yah? Seperti bertemu bidadari di pagi yang cerah ini!" Bingwen berjoged-joged tidak jelas di depan Jim dan tentu saja ini membuat Jim menjadi sangat kesal.
"Oi, masih pagi, dan lagi kau ini apa kau sudah meminum obat mu?" tanya Jim.
"Bercanda elah, lagipula aku akan selalu mendukung mu. Kira-kira apa yang kamu butuhkan Jim?" sambil mengedipkan satu mata ke arah Jim.
Dengan wajah yang memerah dan membuang sedikit mukanya, Jim pun berkata, "Nanti saja kalau sudah sampai di kelas."
"Baiklah!"
Mereka berdua mempercepat langkah kaki, khususnya Bingwen yang tidak sabar untuk berbicara kepada Jim mengenai apa yang Jim ingin lakukan.
Duduk di bangku barisan kedua, mereka berdua adalah teman dengan jarak bangku yang cukup dekat. Bingwen dengan sengajar menarik bangku untuk mendekatkan diri ke arah Jim.
"Lalu apa yang ingin kau inginkan? Wahai kawan ku."
Jim menghela napas panjangnya dan berharap bisa memberitahukan keinginannya kepada sahabat terbaiknya.
"Sebetulnya aku ingin, mengajak jalan Wei Lim."
"NGAJAKIN JALAN WEI LIM!"
Bingwen langsung berteriak histeris di dalam kelas dan beberapa siswa dan siswi ada yang mendengarkan meski mereka tidak tahu apa yang diteriaki oleh Bingwen.
"Sst ... bego, jangan berisik!"
Bingwen berdeham untuk menenangkan pikirannya, "Ahem ..."
"Perihal apa yang menyebabkan diri mu mau mengajak seorang Wei Lim jalan? Wahai sahabat terbaik ku?"
Dengan wajah yang kesal karena Bingwen benar-benar mempermainkan Jim.
"Yang serius kek."
Jim kemudian berkata kepada Bingwen, "Sebenarnya aku ingin mengajaknya jalan karena aku ingin menjadi yang pria pertama yang mengajaknya jalan."
Bingwen langsung mengangguk dan mengerti akan situasi yang terjadi, "Benar benar ... pria yang berhasil mengajak jalan pertama kali, tentu akan mempunyai kesempatan yang jauh lebih besar."
"Maka dari itu, aku ingin mengajaknya jalan. Bukan itu nge-date atau apa, tapi entah kenapa aku penasaran dengan seorang Wei Lim. Kenapa abang ku selalu mengatakan hal yang baik tentangnya." Jim memasang wajah yang sangat gembira seakan dia menceritakan hal yang indah.
Bingwen yang merupakan teman sejak kecil Jim, menyadari bahwa Jim yang saat ini adalah Jim yang sedang dalam fase tulus. Pernah sekali Bingwen melihat Jim berkata-kata lembut seperti ini tatkala dia penasaran dengan kebaikan abangnya yang pernah merawat kakek tua yang sedang kesulitan.
Maka dari itu, Bingwen akan dengan segenap hati membantu sahabatnya untuk memuluskan langkahnya jalan bersama dengan seorang nona muda bernama Wei Lim.
"Baiklah, bagaimana kalau setelah istirahat siang kita langsung ke kelasnya. Aku akan membawa Wei Lim untuk menemui dirimu." Bingwen mengedipkan matanya ke arah Jim.
Jim merasa sangat senang karena kehadiran Bingwen yang sangat membantu dirinya.
"Kau memang teman yang terbaik, Bingwen!"
Tung ning tung ning ...
Suara bell pelajaran pertama masuk dan semua siswa akan mengikuti pembelajaran.
---
Wei Lim memikirkan janjinya yang mau jalan bersama dengan seorang Li Wu.
Sayangnya keberadaan Li Wu tidak diketahui oleh Wei Lim. Karena insiden tadi malam, yang menyebabkan Li Wu digantikan.
"Aku harus berbicara dengan orang tua dari pemilik tubuh ini. Aku akan meminta untuk mengembalikan Li Wu."
Wei Lim sampai mengerenyitkan keningnya dan memincingkan matanya karena saking kesalnya dia.
Aiguo teman pria yang duduk di sebelah Wei Lim memandangi Wei Lim. Cukup panik karena wajah Wei Lim seakan sangat marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ke Tubuh Wanita
RomanceUpdate setiap hari, minimal update 1 hari 1 chapter. Jun Lee adalah seorang pria biasa yang bekerja menjadi budak korporat disuatu perusahaan publik ternama di kota Shenzhen. Hari-hari dilalui Jun Lee seperti biasanya, bekerja dan bekerja. Sampai...