Ϲһα⍴tᥱr 10

2 1 0
                                    

Penjahat itu kemudian menembak ban mobil mereka hingga Bella kehilangan kendali dan menabrak pembatas jalan. "Tuan, tadi gadis itu sempat lari bersama kakaknya dan kini kami berhasil menangkap mereka kembali. Cuma mereka dalam keadaan terluka parah, " ucap penjahat itu memberi tahu Carlos. "Aku tidak peduli. Bawa mereka berdua sekarang juga ke Dubai, " perintah Carlos. Mereka pun membawa keduanya dalam keadaan tak sadarkan diri ke Dubai.

----------------


Varez dan kedua adiknya menerobos masuk ke dalam kawasan Carlos dengan menabrak pagar rumah Carlos. Mengetahui pemberontakan dari Varez, mereka langsung bersiap-siap untuk menghajar Varez dan kedua adiknya.

"Kak, kau belum menjelaskan rencana ini. Ini terlalu dadakan, kita pulang dulu yuk susun rencana, " ujar Dicto.

"Dicto, kalau kau mau pulang. Pulanglah sendiri, " ucap Zyan yang langsung turun bersama Varez dan menembaki satu persatu anak buah Carlos. Semua berhasil Zyan dan Varez kalahkan satu persatu, dan kini mereka berniat untuk lanjut ke lantai atas. Dicto turun dari mobil dan mengejar kedua kakaknya, Varez menatap dalam Dicto dan memberikannya senjata berupa belati yang cukup besar.

"T-tidak. Kau yang ini saja, " ucap Dicto menukar senjatanya dengan pistol Varez.

Mereka kemudian bergegas pergi ke atas untuk melawan musuh selanjutnya.

"Zyan, Dicto. Aku naik duluan ke lantai tiga, lantai dua ku serahkan ada kalian, "

"Baik kak, " jawan Zyan dan Dicto bersamaan.

Zyan dan Dicto maju untuk mengalihkan perhatian mereka agar Varez bisa naik ke lantai atas.

"Siapa kalian?"

"Anaknya Oscar Hernandes, " sahut Dicto dengan santai. Para petinju tersebut yang mengetahui tentang Oscar langsung mempersilahkan mereka berdua lewat.

Zyan kebingungan sementara Dicto jalan dengan santainya sambil memberi senyuman pada para petinju tersebut. Saat Zyan hendak mengikuti Dicto, para petinju tersebut menghalang nya.

"Hei, dia kakakku, dia anak kedua Oscar Hernandes, " jawab Dicto.

Mendengar itu, para petinju tersebut langsung mempersilahkan Zyan lewat. Setibanya di lantai tiga, Zyan dan Dicto melihat Varez masih bersembunyi untuk mempersiapkan diri melawan ketiga pembunuh tersebut.

"Dor, " kejut Dicto.

"K-kalian? Bagaimana bisa kalian lewat dengan mudahnya?"

"Dicto memakai nama Oscar, " jawab Zyan.

"Dicto kau-"

"Sudahlah kak, dari pada kau buang-buang tenaga mending gunakan otakmu, "

"Tapi Dicto, bagaimana kau bisa tau ini semua ada kaitannya dengan Oscar?"

"Salah satu petinju itu, pernah menjadi murid ayah. Kalian ingat waktu aku masih kecil, dan ayah mengajakku liburan dengan menonton pertandingan tinju. Dan dia mengakui bahwa dia bisa menjadi juara berkat ilmu ayah kita, "

"Ayah mu, " jawab Zyan dan Varez bersamaan.

"Dicto jika kau merasa pintar, bagaimana caranya kau bisa melewati mereka, "

Dicto lalu berjalan menghampiri ketiga pembunuh tersebut. Melihat kedatangan Dicto, mereka langsung berdiri dan memasang mata yang cukup tajam pada Dicto. Tidak di sangka badan mereka cukup besar dan juga jauh lebih tinggi dari Dicto.

"Mau apa kau kemari?"

"Sa-saya-"

"JAWAB YANG BENAR, "

"matilah kau Dicto, " bisik Zyan pada Varez yang memperhatikan dari jauh.

"Aku kemari atas perintah ayahku. Ayah ku meminta aku dan kedua kakakku untuk menemui Carles, "

"Carlos, "

"Ya dia maksudnya, "

"Lalu di mana kakakmu?"

Dicto memanggil kedua kakaknya, dan Zyan serta Varez pun menghampirinya. Varez diam-diam menyembunyikan senjatanya di  belakang bajunya, dan bersikap santai agar tidak menimbulkan kecurigaan sama sekali. "Apa yang kalian punya sebagai tanda bahwa kalian anaknya tuan Oscar?" Tanya mereka pada ketiga bersaudara tersebut. Hal itu tentu membuat mereka terkejut pasalnya mereka tidak punya bukti apa-apa yang bisa membuktikan bahwa mereka anak Oscar.

"Ah bentar, " ucap Dicto mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto Oscar bersama Zyan dan Varez ketika masih akur. Mereka memperhatikan satu persatu wajah Zyan dan Varez dari foto dengan yang aslinya.

"Tapi di foto itu tidak ada dirimu, "

"Dasar bodoh, aku masih kecil dan sedang sekolah. Apa kalian tidak lihat wajah ku dengan kedua kakak beda jauh? Mereka tua dan saya masih muda, "

Setelah mempertimbangkan itu semua, mereka lalu mempersilahkan ketiga bersaudara itu untuk masuk.

"Dari mana kau mendapatkan foto tersebut?"

"Dari lama facebook lama kak Zyan, " ucap Dicto singkat.

Setibanya di lantai empat dimana ruangan tersebut sama sekali tidak ada orang. Dicto dengan girangnya berjalan santai sampai tiba-tiba jeruji besi yang cukup tajam melayang hampir mengenai dirinya. Namun Varez dengan cepat menarik adiknya dan menyelamatkannya. "Kak Varez jika kau tidak menarik ku tadi, Kyara akan menjadi janda dan menikah lagi dengan pria lain, " ucap Dicto. Zyan dan Varez terlihat sangat capek dengan ocehan nya sepanjang hari, namun mereka tetap mengabaikannya. Mereka berusaha mencari cara untuk bisa melewati tempat tersebut tanpa mengenai jebakan-jebakan di sana. "Kak, pasti ada jalan lain agar bisa sampai ke lantai lima. Tidak mungkin mereka bisa ke lantai lima saat ini, " ucap Zyan. Varez lalu mencari jalan keluar agar bisa melewati tempat itu. Tak berselang lama mereka menemukan sebuah pintu lift yang menggunakan akses ijin untuk bisa masuk. Varez lalu menekan tombol permohonan masuk dan terkirim ke penjaga pintu lift tersebut.

"Siapa?" Tanya penjaga lift tersebut menggunakan mikrofon kecil.

"Kami anak-anaknya tuan Oscar, " ucap Varez.

Penjaga lift tersebut langsung menyampaikan hal tersebut pada Carlos. Carlos yang mendengarnya terkejut dan langsung memberikan izin pada mereka untuk masuk. "Dengar, Carlos sudah mengetahui wajahku. Kalian berdua masuklah, aku akan masuk nanti setelah menyelamatkan para gadis tersebut.

HERNANDES : The Kindness Monster'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang