"Mas Abay, Yuna minta maaf karena telah berprasangka buruk terhadap mas Abay, apalagi Yuna sempat berkata kasar, Mas Abay mau kan maafin Yuna?"Abay mengusap lembut rambut panjang pirang istrinya itu, sambil menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. "Tidak perlu minta maaf, ini bukan salahnya Yuna, saya yang salah karena tidak berterus terang sama kamu mengenai Kinara dan Wiliam."
Yuna hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja, hatinya selalu meleleh setiap kali mendapatkan perlakuan manis dari suami nya Itu, Abay, memiliki hati yang tulus, selalu menerima kesalahan, dan selalu memahami Yuna.
Melihat itu, Kinara hanya senyum-senyum sendiri. Abay sangat lah manis jika bersama Yuna.
"Abay tolong ajak Wiliam main ya, kakak mau bicara berdua sama Yuna, bisa kan?" Kinara bersuara, membuat atensi Abay dan Yuna beralih padanya.
Abay mengangguk, tanpa menjawab. Raut wajahnya itu kembali datar, berbeda sekali saat berbicara dengan Yuna tadi. Ia bangkit dari kursi lalu menghampiri Wiliam yang sedang asik menonton movie super hero di ponsel Kinara.
Yuna melihat dari kejauhan Abay yang terlihat sedang mengajak Wiliam bermain di ruang tamu, hingga anak kecil itu memilih melupakan ponselnya. Wiliam terlihat sangat ceria dan antusias bermain bersama Abay, begitupun Abay yang bisa tertawa dengan lepasnya, tidak kaku saat harus menjadi figur ayah bagi Wiliam.
"Mas Abay udah cocok jadi seorang ayah, Yuna jadi mau segera punya anak dari mas Abay, punya keluarga kecil seperti harapan Yuna," monolog Yuna, seraya tersenyum tipis memperhatikan Abay.
"Ayuna ..." panggil Kinara, membuat atensi perempuan itu teralihkan.
Yuna menoleh, menatap Kinara yang sedang tersenyum padanya, punggung tangannya di usap-usap oleh perempuan itu. "Terima kasih ya, karena kamu sudah hadir dalam hidup Abay, kakak melihat Abay bahagia bersama kamu, Yuna, Abay kembali semangat menjalani hidupnya. Mungkin, jika Abay tidak bertemu dengan kamu, dia masih dirundung kesepian, kehampaan, kekosongan, merasa dirinya sendiri di dunia ini dan menjalani hidup penuh tekanan."
Mata Yuna berkaca-kaca, hatinya tersentuh mendengar perkataan tulus dari Kinara, ia benar-benar merasa di hargai kehadirannya, sudah mendapat suami baik seperti Abay, kini ia juga mendapat seorang kakak ipar yang dapat menerimanya.
"Terima kasih karena kamu juga memperbolehkan Wiliam untuk memanggil Abay dengan sebutan dady." Yuna hanya bisa mengangguk-anggukan kepala nya sebagai tanggapan, seraya tersenyum tipis, ia harus menjaga image di hadapan Kinara, karena ini pertemuan pertama mereka, tidak mungkin ia bertingkah, menunjukan segala gebrakan tidak wajarnya.
"Sedari dulu, Abay tidak bahagia, Yuna, Abay tidak bisa menikmati masa muda nya, itu semua karena kakak." Kinara menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan, ia menatap mata Yuna dengan sorot mata sendu.
"Jovan Arkandra, suami kakak yang merupakan Ayah Wiliam adalah tentara angkatan darat, ia di nyatakan gugur dalam tugas operasi setelah tertembak oleh sekelompok bersenjata di kota Ambon, saat itu usia kandungan kakak masih empat bulan. Kakak benar-benar rapuh, kakak ingin menyerah, kakak tidak kuat menjalani pahitnya kehidupan."
Yuna masih setia mendengarkan, tidak seperti biasanya yang suka menyela di saat Abay berbicara padanya, karena topik pembicaraan kali ini cukup serius. Melihat Kinara yang sudah meneteskan air matanya, bercerita dengan suara yang terdengar parau, tangan Yuna terangkat untuk mengusap-usap pelan punggung Kinara, hatinya seakan diiris saat mengetahui kehidupan kakak iparnya sangatlah menyedihkan, tidak terbayang jika ia ada di posisi yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abayyuna: Jaerose
Fiksi Remaja"Saya ingin mencintai kamu secara sederhana saja, tanpa mengekang, tanpa melihat masa lalu kamu seperti apa. Menghargai, mempercayai, selalu berusaha untuk memahami, dan memastikan kebahagiaan kamu adalah yang utama bagi saya. Kamu adalah perempuan...