Short Fic - Surrogate, Part 1

323 28 8
                                    

Berbagai macam media saat ini sedang memberitakan hal yang sama. Putra dari konglomerat keluarga Srisang mendapatkan sorotan setelah ia dinyatakan sebagai pengusaha tersukses di negaranya. Laman muka dari majalah menampilkan foto dari Tuan muda Srisang itu. Belum lagi kabarnya menembus melalui berbagai platform sosial media.

Segelas Champagne ia cicipi setelah disuguhkan padanya. Ia berpenampilan sangat rapi dengan setelan jasnya dengan jam tangan rolex melingkar di pergelangan tangannya. Lalu, ia menaruhnya setelah ia mencoba minuman berkelas itu.
Tatapannya yang khas kini beralih pada seseorang yang duduk di seberang dirinya.

"Force, aku tahu jika kau tidak punya banyak waktu." Katanya, seseorang yang berbincang pada Tuan muda Srisang nampaknya seorang wanita yang nampak berwibawa.

"Begitulah bu, tapi aku bisa menyempatkan waktuku untukmu." Balasnya, dengan latar belakang alunan musik jazz yang berkelas di sebuah lounge di malam hari ini.

"Alasanku untuk meminta bertemu adalah hal yang sama." Ucap Nyonya Srisang, dan pria tampan itu menunjukkan paras tampannya yang tidak tertarik melalui sepasang mata sayunya yang khas.

"Maksud ibu tentang kehidupan percintaanku?" Tanyanya menebak, terlihat Nyonya Srisang yang tidak menyanggahnya.

"Force, berapa usiamu sekarang?. Seharusnya kau sudah menikah dan memiliki anak." Force mendengus, tanda ia bosan dengan ucapan ibunya.

"Itu bukan urusanmu bu, lagipula sudah ku katakan jika aku tidak tertarik menjalin hubungan dengan siapapun." Tegasnya, nampaknya pria alpha itu tidak senang akan hal itu.

"Force, dengar.. Usiamu sekarang sudah menginjak empat puluh tahun. Kau memang sukses sekarang lalu apa kau tidak memikirkan akan masa depan perusahaanmu?. Mau bagaimanapun, kau harus memiliki penerusnya." Pria tampan itu seakan membuang wajahnya, sepasang matanya menampakkan rasa muak dan menimbulkan aura yang membuat tidak nyaman. Dan meskipun ia sudah tidak muda lagi, tetapi ia masih terlihat sangat tampan dengan tubuhya yang atletis.

"Force, kau sudah sangat sering menolak perjodohan. Bahkan, setiap kau memiliki kekasih kau tidak pernah menikahi mereka." Force semakin malas mendengarnya, rasanya ia sangat ingin pergi dari tempat ini. Meskipun tadi awalnya ia menyambut pertemuan dengan ibunya secara baik-baik, namun jika akhirnya akan membahas hal seperti ini rasanya sangat mengganggu.

"Bu, sudah kukatakan jika aku tidak senang menjalin komitmen. Bagiku, pasangan itu sangat merepotkan." Jelasnya dengan tanpa rasa bersalah. Ibunya mungkin sudah lelah mendengarnya. Terlihat ibunya itu sempat terdiam, di tempat umum seperti ini juga sepertinya mereka harus menghentikan pertengkaran kecil mereka. Dan mungkin ibunya memilih untuk mengalah saja.

"Jadi.. Masalahmu hanya soal komitmen?" Pertanyaan ibunya itu sempat membuat Force berpikir lalu ia mengangguk menjawabnya.

"Jika kau memiliki anak itu berarti tidak masalah kan?"

"Maksud ibu?" Force dibuat mengernyit mendengarnya.

"Maksudku, mungkin kau bisa memiliki anak dari seseorang. Bayar dia berapapun agar bisa mengandung anakmu."

"Ibu, kau bicara apa?" Respon Force dengan tertawa sinis.

"Force, kau putraku satu-satunya, ayah dan ibu sudah sangat ingin mendapatkan cucu darimu."

"Tapi, kau yang tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun. Maka setidaknya, kau harus memiliki keturunan. Tidak perlu kau mengenal siapa seseorang itu, yang jelas dia bisa memberikan anak untukmu. Bagaimana menurutmu?" Force sempat berpikir jika ide ibunya itu terbilang cukup gila. Tapi bagi Force, mungkin ini yang terbaik dibandingkan ia harus menikah dengan seseorang.

________________

Pria tampan itu baru saja keluar dari sebuah ruangan di salah satu rumah sakit ternama. Akhirnya, ia benar-benar melakukan ide gila itu dengan uang yang cukup banyak tentunya. Pihak rumah sakit mengatakan padanya agar menemui seseorang yang akan menjadi ibu pengganti dari anaknya kelak, namun Force yang tidak berminat, ia menolak akan hal itu. Dalam pikirnya, ia hanya ingin semua urusannya cepat selesai.

Ia melangkah di koridor rumah sakit dengan wibawanya, ia sempat mengecek waktu di arlojinya. Baginya yang seorang workaholic, ia harus segera kembali untuk mengurus perusahaannya.

Beberapa bulan berlalu, Force mendapatkan kabar jika seseorang yang sedang mengandung anaknya dengan proses inseminasi kini sedang hamil dengan usia kandungan lima bulan. Waktu memang berjalan begitu cepat, padahal ia merasa seperti baru saja kemarin ia menyetujui ide ibunya itu dan kini janin dari benihnya sudah semakin tumbuh di dalam rahim seseorang. Force memang hampir setiap harinya mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit tentang kondisi dari janinnya yang ia sangat bersyukur jika janinnya dalam keadaan sehat.

Ia baru saja menutup teleponnya, awalnya ia selalu merasa terganggu namun entah kenapa sekarang ia merasa seperti selalu menunggu tentang kabar bayinya itu. Ia menghembuskan napasnya, lalu ia memainkan bolpoinnya sambil duduk di meja kerjanya. Ia seperti sedang memikirkan suatu hal tentang keadaan bayinya, atau lebih tepatnya ia merasa seperti ingin bertemu dari seseorang yang menjadi ibu dari anaknya. Ia berpikir, hanya untuk sekedar berterimakasih karena telah bersedia mengandung anaknya.

Suara ketukan pintu membuat dirinya menoleh, lalu ia mempersilakan seseorang untuk masuk ke dalam ruangannya. Disana ada seorang pria omega yang tersenyum padanya yang sepertinya bekerja sebagai sekretarisnya. Ia masuk ke dalam ruangannya dan melangkah mendekat menuju mejanya. Mau dilihat bagaimanapun, pria omega itu sedang dalam keadaan mengandung.

"Pak, ini berkas yang perlu anda tanda tangani." Katanya, Force segera meraihnya dan menandatangani beberapa letak yang dimaksud.

Force kembali menyerahkan berkas itu setelah selesai, lalu ia menatap sekretarisnya.

"Terimakasih." Ucapnya, namun saat pria itu akan pergi. Force mengatakan suatu hal padanya.

"Berapa usia kandunganmu?" Tanyanya dan sepertinya pertanyaan itu membuat sekretarisnya sedikit keheranan karena bosnya bertanya akan hal itu.

"Oh, usianya lima bulan pak." Jawabnya sambil mengusap lembut perut yang berisikan janinnya itu.

"Apa suamimu sudah pulang?" Tanyanya lagi, dan terlihat pria omega berparas cantik itu tersenyum akan pertanyaannya.

"Untuk bulan ini belum pak. Mungkin bulan depan." Ucapnya dan Force mengangguk karenanya.

"Baiklah, kau bisa kembali bekerja." Ujar Force lalu sekretarisnya itu segera pamit. Force kini seperti sedang memikirkan suatu hal, ia semakin yakin jika dirinya harus menghubungi ibu dari anaknya.

Bersambung

ForceBook's StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang