Ketika Adelina mendengar kabar mengejutkan itu, tubuhnya seolah kehilangan kekuatan. Syok berat menguasai dirinya, dan dalam sekejap, ia pingsan di depan Celestina. Tanpa berpikir panjang, Celestina segera mengangkat tubuh lemas Adelina dan membawanya masuk ke kamar. Dengan hati-hati, dia meletakkan Adelina di atas ranjang, memastikan tubuh sahabatnya itu nyaman di atas bantal dan selimut.
Celestina duduk di sisi ranjang, menatap wajah Adelina yang tampak pucat. Waktu berlalu terasa lambat, seiring dengan kecemasannya yang makin memuncak. Setiap detik terasa seperti beban berat di pundaknya, menanti sahabatnya tersadar, sementara pikiran tentang Haruto terus membayang di benaknya.
Akhirnya, setelah apa yang terasa seperti selamanya, Adelina mulai menggerakkan jemarinya. Perlahan, matanya terbuka, dan segera setelah ia sadar, air mata mengalir deras dari kedua matanya. "Haruto..." isaknya pelan, suaranya gemetar. Tangis itu seperti semburan emosi yang tertahan—rasa sakit, takut, dan kehilangan semuanya berpadu menjadi satu.
Tanpa ragu, Celestina segera meraih Adelina, menariknya ke dalam pelukan hangat. "Shh... Adelina..." bisiknya lembut, mencoba menenangkan sahabatnya yang terguncang. "Aku di sini... semuanya akan baik-baik saja..." Celestina berusaha kuat, meski kata-katanya tak terdengar meyakinkan bagi dirinya sendiri.
Adelina menangis tersedu-sedu di pundak Celestina, tubuhnya bergetar hebat. "Aku... aku tidak bisa... Haruto... dia..." suaranya terputus oleh isak tangis yang tak tertahankan. Setiap kata yang ingin diucapkannya tenggelam dalam rasa takut dan kepedihan yang mendalam.
Melihat Adelina yang begitu rapuh, Celestina sendiri tak lagi sanggup menahan air mata. Perlahan, setetes air mata jatuh dari pipinya. "Maafkan aku... aku juga... takut..." Celestina berbisik, suaranya mulai patah. Dia memeluk Adelina lebih erat, merasakan beban kesedihan yang sama. Mereka berdua menangis dalam pelukan, berbagi rasa sakit dan ketidakpastian yang mencekam hati mereka.
Di tengah keheningan malam yang sunyi, hanya tangisan mereka yang terdengar. Dua sahabat yang terjebak dalam rasa putus asa, terikat oleh perasaan yang sama—ketidakmampuan untuk membantu orang yang mereka sayangi. Celestina tahu, meskipun mereka berdua hancur, mereka harus tetap berdiri. Tapi untuk saat ini, dalam pelukan itu, mereka membiarkan diri mereka menangis, menumpahkan segalanya dalam keheningan malam yang penuh rasa duka.
Adelina menatap Celestina dengan tatapan yang penuh tekad. "Bawa aku ke tempat Haruto..." suaranya tegas, tak tergoyahkan.
Celestina menunduk sejenak, merasakan beban dari permintaan itu. "Aku tidak bisa..." jawabnya pelan, ada kepedihan dalam suaranya.
"Kenapa...? Apakah kamu tidak merasa kalau Haruto itu temanmu?!" bentak Adelina, suaranya pecah, penuh amarah dan keputusasaan. Namun setelah sesaat, ia segera tersadar dan menunduk. "Maaf..." ucapnya lirih, menyesal karena membentak Celestina.
Celestina menggeleng pelan, lalu berdiri. Setelah menghela napas panjang, dia mengulurkan tangannya ke arah Adelina. "Kalau begitu ayo..." ucapnya dengan suara lembut tapi penuh keputusan.
Mereka berdua berjalan menyusuri lorong asrama menuju istana. Celestina, sebagai putri Raja dan Ratu, diizinkan lewat tanpa surat izin, dan Adelina yang menyertainya mendapatkan hak istimewa serupa. Para penjaga hanya mengangguk ketika Celestina meminta mereka untuk membiarkan Adelina masuk. Mereka bergerak cepat menuju ruang bawah tanah, melalui jalur rahasia yang jarang diketahui oleh orang luar.
Sesampainya di lorong bawah tanah yang dingin dan lembab, langkah mereka terhenti di depan pintu besar yang mengarah ke sel tempat Haruto ditahan. Celestina hendak membuka pintu ketika para penjaga menghentikannya.
"Maaf, jangan masuk ke sana sendirian," ucap salah seorang penjaga dengan nada tegas.
Celestina menatap mereka sesaat sebelum berbicara. "Kalau begitu kawal kami..." ucapnya tanpa ragu. Para penjaga membungkuk, mengangguk hormat, lalu mengikuti Celestina dan Adelina menuju ke sel Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive in Second Life : RE
FantasiBercerita tentang anak SMA biasa bernama Takumu Hiyoshi yang di reinkarnasikan sebagai World Order yang baru. Demi menjaga tatanan di sana, Takumu menyembunyikan identitasnya dengan Bereinkarnasi kembali menjadi anak dari kepala desa di wilayah Nord...