Chapter 60 - Perjalanan Haruto Dimulai Kembali

3 1 0
                                    

Haruto jatuh dalam kegelapan yang seolah tiada akhir. Tubuhnya yang lemah dan luka-luka terasa tidak lagi ada artinya. Setiap detik terjatuh, pikirannya dipenuhi oleh rasa sakit dan pengkhianatan. Wajah-wajah orang yang pernah ia percayai berkelebat dalam pikirannya—Arthur, Misha, bahkan Celestine.

"Celestine sama... apakah kau telah mengkhianatiku ...?" gumamnya dengan suara serak, hampir tak terdengar di antara aliran udara yang semakin kuat di sekitar tubuhnya yang terjun bebas.

Rasa sakit di hatinya jauh lebih dalam daripada luka-luka fisiknya. Setiap kenangan bersama Celestine, percakapan mereka, pengorbanan yang telah ia lakukan, kini tampak tidak berarti. Dunia yang dulunya ia anggap rumah sekarang tampak seperti jebakan mematikan.

Tiba-tiba, kecepatan jatuhnya mulai melambat. Ada sesuatu yang tak terlihat menahan tubuhnya, membuat perjalanannya ke dasar jurang terasa seperti dihentikan oleh kekuatan yang tak kasat mata. Haruto terkejut, matanya masih tertutup oleh kain sihir, tapi dia bisa merasakan ada energi yang aneh dan tak dikenal menyelimutinya.

"Apa... ini?" gumamnya, rasa kebingungan bercampur dengan sisa-sisa keputusasaan.

Alih-alih jatuh dan terbentur ke dasar yang keras, tubuhnya terhenti beberapa meter di atas tanah. Seperti dijatuhkan perlahan-lahan oleh angin lembut, dia tersentuh oleh sesuatu yang tak tampak, lalu dengan pelan, ia diletakkan di atas tanah dingin yang tak beraspal.

Haruto terbaring di sana, terengah-engah dan masih bingung. Kain sihir di matanya mulai terbakar oleh kekuatan misterius yang menyentuhnya. Dalam gelapnya kesadaran yang perlahan pudar, dia hanya bisa merasakan satu hal—sesuatu, atau seseorang, sedang memperhatikannya.

Suaranya hampir tak terdengar, "Siapa... kau...?"

Tak ada jawaban, hanya keheningan di sekitar. Namun ada kehangatan yang mulai membangkitkan rasa di tubuhnya yang lelah, mengisyaratkan bahwa mungkin... dia belum sepenuhnya sendirian.

Karena dia telah leluasa bergerak, dia segera mendudukkan tubuhnya. Lalu mencoba melepas cincin itu namun usahanya sia sia. Kemudian dia bertemu dengan monster yang mengerikan, dengan cepat, Haruto langsung bersembunyi di balik batu.

["Master ....!"]

"Ai-san ... maaf baru terhubung ,,,"

{"Ku pikir anda menghilang, Suamiku ..."}

"Maaf Raphael-san ... bisa kalian nilai apa itu ...?"

{"Tentu, dia adalah Cerberus ... seharusnya dia adalah penjaga pintu dunia bawah ... karena dunia bawah sudah luluh lantah, dia muncul ke permukaan ..."}

"Lagi lagi monster berbahaya ..." gumam Haruto. "Uwah, statistiknya lebih besar dariku ... gimana ini ..."

Haruto menatap makhluk itu dari balik batu dengan napas tertahan. Cerberus, raksasa berkepala tiga, bulu hitam legamnya tampak memancarkan aura kematian. Napas panas keluar dari tiga moncongnya, menciptakan kabut tipis di udara. Di setiap langkahnya, tanah di bawahnya bergetar, dan batu-batu kecil retak di bawah cakarnya yang besar.

"Ini gila...," gumam Haruto sambil meremas tangan yang gemetar, mencoba menenangkan dirinya.

Suara Raphael terdengar lagi dalam pikirannya, penuh kehati-hatian, {"Tuan, Cerberus ini bukanlah lawan yang bisa dianggap enteng. Anda harus sangat berhati-hati."}

Haruto menelan ludah, "Aku sadar... Tapi kalau tidak kubunuh, aku tidak bisa keluar dari sini."

Saat Haruto mencoba berpikir, sejenak dia bergerak sedikit terlalu cepat—kakinya tanpa sengaja menginjak kerikil kecil, menciptakan bunyi yang nyaring.

"Sial!" bisiknya, saat matanya langsung melihat ke arah Cerberus.

Tiga kepala raksasa itu langsung berbalik, matanya yang menyala merah membara menatap ke arah tempat persembunyian Haruto. Haruto merasakan jantungnya berdegup kencang, napasnya hampir terhenti. Sebelum dia sempat bergerak, Cerberus melompat ke arah batu tempat Haruto bersembunyi, menghancurkannya dalam satu pukulan cakarnya.

Dead or Alive in Second Life : RETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang